THE PRESENT - EINS UND ZWANZIG

2K 327 29
                                    

"Semua makanannya sudah approved ya mbak, looking forward to your wedding next two weeks." Krisna tersenyum sambil menjabat tangan calon mempelai perempuan yang sekarang sedang tersipu-sipu di depannya, lalu Krisna pamit undur diri meninggalkan si empunya hajat untuk kembali kerja ke ruangannya.

Satu food testing kelar, tinggal release summary event untuk bulan depan, cek reservasi weekend, terus pulang, bathin Krisna.

Food testing hari ini untuk event wedding yang akan dihelat bulan depan itu awalnya agak sedikit memusingkan Krisna, karena kliennya itu tiba-tiba memajukan tanggal food testing yang seharusnya dilakukan minggu depan menjadi sore ini, sementara itu semua private dan meeting room hari ini sudah full occupied. Setelah hampir menyembah (dan habis-habisan disemprot) Executive Chef hotel nya untuk menyiapkan beberapa menu wedding dalam porsi kecil dan meminta izin untuk memakai salah satu meja di Silver Fan; restoran all day casual yang untungnya di hari itu tidak full book akhirnya Krisna berhasil melakukan food testing dadakan itu.

Gue ni mau food testing apa jualan tahu bulat sih, dadakan gini.

"Kris! Krisna!"

Belum juga sepuluh langkah ia meninggalkan meja tempat ia food testing tadi, Rena, waitress Silver Fan melambai-lambaikan tangannya dari side stand di pojok restoran.

"Apaan Ren?"

"Sibuk gak?"

Krisna menekan tombol home di handphonenya, tertera angka yang menunjukkan pukul enam sore lebih tiga puluh menit. Secara teori, harusnya ia sudah absen sign out tiga puluh menit yang lalu. Tolong dihiglight; secara teori.

"Ya mayan sih, abis food testing tu barusan, trus masih ada kerjaan lagi di atas. Kenapa?"

"Gini Kris..." Rena menggeret pelan lengan kemeja Krisna, lalu mengarahkan dirinya ke arah meja tamu di tengah Silver Fan, "Lo liat meja 38?" Krisna mengangguk, "Nah, tu tamu gue yang di meja 38 daritadi nanyain lo mulu." Tambah Rena lagi.

Krisna menyipitkan matanya untuk melihat dua orang yang sedang duduk di meja nomor 38 itu; keduanya perempuan, yang satu tampak mengenakan baju longgar dan perutnya terlihat sedikit membesar.

"Nanyain gue?"

"Iya, yang ibu-ibu hamil sih...."

Krisna menolehkan kepalanya cepat ke arah Rena, "Hah ngapain nanyain gue??"

Rena mengedikkan bahunya, "Mana gue tau. Kali aja lo pernah maen ga rapih trus dia tau kalo lo kerja di sini trus dia minta lo tanggung jawab. Inget-inget coba Kris, empat atau tiga bulan kebelakang lo ngapain hm?" Sekarang alis Rena sudah naik-naik menggoda Krisna.

"Tai Ren, enak aja. Sembarangan amat tu mulut." Balas Krisna sambil menjitak kepala Rena.

"Yaudah buru gih ke meja 38! Itu bumil udah nanyain lo mulu dari lo duduk buat food testing tadi, katanya kalo mas itu udah selesai tolong panggilin ke sini. Gitu. Buru gih, gih!" Rena mengibaskan tangannya untuk mengusir Krisna.

Tapi Krisna masih tidak bergeming di tempatnya, "Ren...."

"Ape lagi."

"Temenin sih Ren.... gue takut...." Krisna merajuk.

"Hah? Takut? Takut kalo ternyata bener elo ya ayah dari jabang bayi di perut teteh bumil itu?"

"Ah yaudah gue mau balik ke office aja kalo gitu, da-"

"IYA AYOK ELAH GITU AJA NGAMBEK YA!"

---

"Selamat malam bu, bagaimana makan malamnya? Ada yang bisa kami bantu lagi?" Wajah Rena yang tadi penuh ejekan sekarang sudah berganti dengan wajah ramah yang penuh senyum.

"Iya mbak, mas yang tadi kok gak keliatan ya? Apa udah pulang?" Ibu muda yang tengah hamil muda ini mengedarkan pandangannya ke penjuru restoran.

"Oh, mas yang tadi ya, maaf ibu, tadi kebetulan masnya baru selesai meeting sama klien, sekarang dia...." ucapan Rena menggantung ketika ia tidak menemukan Krisna yang tadi ia suruh mengikutinya dari belakang.

Kemana pula itu anak. Tadi minta ditemenin, sekarang malah ilang, bathin Rena, pandangan matanya pun tak absen menyisir sekelilingnya, tak lama, ia menemukan sosok bayangan berkemeja biru dibalik pilar restoran ini.

Rena menarik napasnya dalam-dalam, lalu tersenyum ke arah ibu hamil di depannya, "Mohon tunggu sebentar ya bu, saya akan kembali dengan mas-mas yang tadi."

Langkah Rena besar-besar menuju pilar tempat persembunyian Krisna, dan langsung saja ia memukul lengan partner kerja bagian Event Reservasionnya itu, "Elu mah ah! Umur berapa coba? Ngapain ngumpet-ngumpet segala? Bumil nya masih nyariin elu tuh!"

"Iya bentar Ren, ga cuma bumil itu yang nyariin gue, nih bubos di atas juga nyariin gue!" Rena melirik layar hp Krisna yang sempat memperlihatkan panggilan telepon yang baru saja diputus.

"Selamat malam ibu, kata temen saya tadi ibu mencari saya? Ada yang bisa saya bantu?"
ucap Krisna ramah dengan Rena yang masih berdiri di sebelahnya.

"Enggak mas, gapapa, gajadi. Kita udah mau pulang kok," bukan si ibu hamil yang berkata, melainkan temannya yang duduk di sebelahnya.

"Apaan sih Cil? Siapa yang mau pulang? Kan gue masih pengen makan!" selak si ibu hamil, "Mbak.... Rena," kata ibu hamil itu setelah memperhatikan papan nama Rena, "Di sini jual Cilor ga ya?"

Rena dan Krisna mengernyitkan alis mereka, "Cilor??"

"Iya, Cilor yang cilok digoreng pake telor itu loh mba, tadi abis liat garnish salad nya temen saya, saya jadi pengen cilor..." terang ibu hamil itu.

"Yaudah Tan ntar kita beli cilor di pasar malem yang depan komplek lo itu ya..." teman si ibu hamil yang tadi dipanggil "Cil" ini berusaha membujuk.

Krisna melirik sekilas ke mangkuk salad si teman ibu hamil itu dan menemukan tiga buah zaitun hitam dan hijau pada tusuk gigi di pinggiran mangkuknya.

"Yaudah Tan ntar kita beli cilor di pasar malem yang depan komplek lo itu ya..." teman si ibu hamil yang tadi dipanggil "Cil" ini berusaha membujuk.

"Nah! Cilor depan komplek lebih enak! Tapi gue tetep maunya dibeliin cilor sama mas ini Cil..."

Krisna mengerutkan dahinya.

Tunggu.

Maksudnya 'dibeliin cilor sama mas ini' tuh gimana ya. Mas yang dimaksud teteh bumil ini gue apa mas-mas yangduduk di meja no 34? Tapi meja no 34 kan agak jauh. Jadi maksudnya ibu hamil ini pengen gue beliin cilor buat dia gitu? Malem-malem gini nyari cilor di mana coba ya? Yakali gue beneran kudu beli ke depan komplek rumahnya si ibu hamil ini. Iya kalo rumahnya deket. Lah kalo rumahnya di Bekasi?

"Mas.... kok bengong? Mau ya tolongin saya beli cilor... gausah depan komplek rumah saya deh,cilor di mana aja, asal mas yang beliin. Ya?" wajah si ibu hamil ini sekarang memelas, "Soalnya saya pengen anak saya nanti ganteng kaya mas..." sekarang ia sudah memeluk perutnya sendiri dan mengusapnya pelan.

"Mas, maaf banget ngerepotin, tapi tolongin temen saya ya mas? Jarang-jarang ngidam gini tapi sekalinya ngidam minta nya yang aneh-aneh. Maaf ya mas...."

Krisna terdiam sebentar, ia sedang memikirkan permintaan salah satu tamunya ini.

Kalo gue iyain, agak bingung juga sih nyari cilor jam segini di mana. Kalo masih di Bandung mah tinggal ke Daarut Tauhid aja masih banyak tukang jajanan jam segini. Tapi Senayan jam segini nyari Cilor dimana coba? Tapi kalo ga gue iyain entar anaknya ga mirip gue. Udah mah ga mirip gue, ileran pula. Duh.

"Pssst pssst Kris!" bisikan di sebelah kirinya membuyarkan lamunan Krisna.

Rena menarik badannya sedikit ke belakang, lalu berbisik di belakang Krisna.

"Remember, you can not say no to guest, can you?"

***

SATU PART LAGI PAS AKU SAMPE RUMAH YA GUYS LAPTOP NYA HAMPIR MATI SOALNYA T.T COLOKANNYA REBUTAN T.T

Thank you for coming!

When Hoteliers Meet InstrumentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang