THE JOURNEY - ZWOLF

3.4K 482 154
                                    

Brian sedang beradu tatap dengan Jatra; teman sejawatnya ini baru saja menyuruhnya melakukan suatu hal yang amat sangat Brian hindari selama menjabat sebagai manager di kampusnya.

Yaitu pura-pura marah dan memarahi anak-anak semester satu.

Saat tatapan temannya itu tidak kunjung luluh, Brian menghela nafasnya dalam-dalam, "Harus gue banget nih, Tra?"

Jatra mengedikkan bahu nya, "Bukan gue yang mutusin, actually." Ucap Jatra enteng, "Tapi panitia yang lain udah sepakat untuk menjadikan elo sebagai salah satu eksekutor besok pagi."

Brian pusing, "Ya terus kalian semua sepakat tanpa consent gue?" kini Brian menatap panitia lainnya yang berdiri sejajar Jatra, ada Davi, Ayu, Adit, Satria, dan Sandra.

Dan teman-temannya itu hanya cengengesan menanggapi pertanyaan Brian, kecuali Davi.

"Haduuuuh kenapa gue sih?? Jangan gue dong please?" ujar Brian setengah memelas, "Kalian tau kan gue gapernah marah sama sekali?? Kenapa gak Satria sama Davi aja??" tambahnya lagi.

Ayu tersenyum kemudian mendekati Brian dan memegang pundak lelaki itu, "Justru karena lo gak pernah marah," selanjutnya Sandra pun mendekati Brian dan berkata, "Dan karena marahnya Davi dan Satria udah mainstream."

"C'mon bro, it'll be fun!" ini Adit yang berkomentar.

Brian mendengus pelan, It'll be fun gigi lu gendut, bathinnya.

Walaupun menurut teman-temannya yang lain jadi senior itu enak karena bisa leluasa melampiaskan kekesalan dan amarah kepada junior-junior mumet, Brian tidak suka hal tersebut.

Apalagi marah yang dibuat-buat.

Untuk seorang Januar Brianadhi, marah itu membutuhkan tenaga yang sangat banyak, sekalipun ada kelakuan teman atau juniornya yang amat menyulut emosi nya, yang Brian lakukan adalah pergi menyingkir sebentar ke toilet untuk cuci muka, menutup matanya kemudian tarik nafas dalam-dalam, pada hitungan ke sepuluh biasanya emosi nya sudah mereda.

Kalau belum, ia akan pergi lebih jauh (biasanya ke kantin) untuk membakar sebatang dua batang tembakaunya. This is his last resort tho.

Brian tidak akan membuang-buang tenaga nya sereckless itu, apalagi hanya untuk pura-pura marah dan membangun image sebagai manager yang disegani.

Biasanya kalau ada briefing akbar atau penataran junior macam ini yang menjadi eksekutor adalah Davi, Satria, Jatra, Mario dan Adit. Brian hanya menjadi 'pemandu sorak' yang menceletukkan beberapa kalimat profokatif berintonasi rendah seperti:

"Udah pinter kak~"

"Saya udah jago kak gaperlu diajarin lagi~"

Yang kemudian akan langsung disahut biasanya oleh Jatra atau Mario, "OH LO UDAH PINTER? MAU LANGSUNG PAKE BLACKJACK AJA? NIH PAKE BLACKJACK GUE!", tentunya dengan intonasi lebih tinggi satu oktaf.

Anger management Brian sudah bagus sih, tapi tetap saja kompor meledug.

"Gue yang ngomporin aja deh kaya biasa, ya? Ya?"

Nah kan.

"No no," Ayu menggoyangkan telunjuk nya di depan muka Brian, "Keputusan sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat, okay?" Ayu memasang senyumnya yang paling manis berharap agar pria di hadapannya ini luluh.

"Ayolah Bri, sekali iniiiii aja. Event selanjutnya lo dibebas tugaskan deh," Sandra juga memasang puppy eyes nya, masih dalam rangka membujuk Brian untuk menjadi eksekutor.

When Hoteliers Meet InstrumentsWhere stories live. Discover now