THE PRESENT - DREIZEHN

2.7K 427 94
                                    

"We have 3600 pax of Torched Lobster with Garlic and Cheese for tomorrow evening' event. Is the lobster ready now?" bapak-bapak berkebangsaan Australia yang rambutnya hampir ketutupan uban semua ini menaikkan alisnya sambil menatap gue sekarang.

"I've already placed the order to purchasing last we-"

"I know about that, Jagapati. My question is, is the lobster ready now?" tekannya lagi.

Gue menggeleng pelan, "I do apologize chef, the lobster hasn't arrived yet."

Yak oke mari siapkan kuping dari sekarang karena pak bos bule gue ini tidak akan menutup morning briefing nya sebelum beliau puas kasih ceramah pagi buat gue, kali ini topiknya lobster.

Ngomong-ngomong, bapak-bapak berkebangsaan Australia ini adalah pimpinan gue alias Excecutive Chef di hotel tempat gue kerja sekarang; Matthew McLarren.

"Pastikan lobster-lobster terkutuk itu sudah tersimpan rapi di ruangan pendingin sebelum kau absen pulang malam ini, Jagapati!" pesannya dalam bahasa Inggris saat gue pamit keluar ruang kerja nya yang terpisah dari dapur.

Lobster terkutuk dia bilang. Lupa kali kalo menu lobster yang tadi dibahas pas briefing adalah menu termahal kedua setelah Godess' Hands on The Wall (jangan tanya gue kaya gimana tampilan dan rasanya kayak apa karena selama masa kerja gue belum pernah kebagian handle acara yang mesen menu makanan tangan malaikat itu).

Gue menghela napas dalam-dalam dan menggulung lengan chef jacket gue sambil berlari kecil menuruni tangga darurat yang memisahkan head chef office dan dapur outlet gue yang berjarak dua lantai.

"Morning, Dee." Gue senyum ala kadar nya ke Dee, salah satu partner kerja gue. Setau gue dia masuk siang, tumben-tumbennya sepagi ini udah duduk anteng di depan komputer di office Kitchen Banquet; outlet gue.

Dee menolehkan kepalanya sekilas, "Hae Jae, buset tu muka udah ditekuk aje pagi-pagi? Ngape lagi, hm?" tanya Dee sambil masih konsentrasi ngetik, di layarnya terpampang file words yang masih terbuka dengan tulisan "MENU ENGINEERING" besar-besar sebagai judul.

Gue langsung mendaratkan pantat di kursi kosong sebelah Dee, "Lobster gue anjeeeeeeeng pagi ini belom dateng juga padahal gue udah order dari seminggu yang lalu. Kena lagi kan gue ama si Somat."

Iya, kami para cungmet alias kacung mumet punya julukan khusus buat Chef Matt, ya betul, kami memanggilnya dengan nama yang lebih Indonesia; Somat.

Alis Dee berkerut, "Buat kapan? Event gila besok itu?"

"Yap."

"Emang lo nulis delivery date nya kapan?"

Gue ngelempar chef hat gue ke meja, "Hari ini lah. Gue datengin kemaren yang ada gue kena ceramah lagi katanya lobsternya gak fresh."

Kemudian Dee terkekeh geli, tangannya kini mencoret-coret sesuatu di buku catatannya, "Ampun deh, bos lu tuh!"

Lah dia lupa kalo si Somat bos nya dia juga.

Oh iya gue harus telpon Pak Arman buat nanya status lobster gue itu. Apa udah nikah atau masih single.

Tuhkan gue mulai sengklek.

Ini semua berkat event yang akan dihelat di ballroom hotel gue besok malem.

Sebuah resepsi pernikahan dengan jumlah pax 1800 orang.

Baru orangnya ya, kalian semua tau lah kalo di acara-acara wedding gitu jumlah makanan harus lebih banyak setidaknya dua kali lipat dari jumlah orangnya. Jadilah gue dan seluruh chef di hotel gue ini harus menyiapkan makanan sebanyak 3600 porsi, yang tentu nya sesuai dengan permintaan si empunya hajat.

When Hoteliers Meet InstrumentsWhere stories live. Discover now