THE PRESENT - SECHZEHN

2.7K 411 36
                                    

"Mas Dion? Sudah ditunggu di lantai 32. Dari sini belok kiri trus lurus aja ya mas, di ujung naik lift nomor enam. Nanti di lantai 32 ada yang esscort lagi. Ini ID Card nya. Have a nice day." Ucap ramah seorang staff perempuan dibalik barrier resepsionis khusus pintu karyawan.

Dion menyusuri koridor berdinding bata merah tersebut, kemudian berbelok ke kiri sesuai arahan staff tadi.

"Lift nomer enam, lift nomer enam." Gumam Dion sambil pandangan matanya berkeliling mencari lift dengan angka enam di atasnya.

Ah, itu dia!

Dion segera menekan tombol elevator yang berada paling kanan diantara jejeran elevator lainnya.

Ting!

Kebetulan sekali, elevatornya sedang berada selantai dengan Dion.

Sambil tersenyum kecil, kemudian ia bergegas masuk ke elevator itu.

Dion menekan tombol bertuliskan angka 32; satu-satunya tombol yang tersedia di dinding kotak besi berlapis cermin itu, namun setelah ia tekan berkali-kali tombol itu tak kunjung menyala dan pintu elevator pun tak kunjung tertutup.

Hm? Lift nya rusak nih?, bathin Dion.

Dion masih menekan tombol dengan angka 32 itu sampai seseorang yang hendak menaiki elevator sebelahnya melihat pintu elevator nomor enam terbuka.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staff perempuan yang memakai setelan seragam berwarna abu-abu dengan lengan 3/4 tersenyum cerah di hadapan Dion.

"Pagi mbak, ini nih, saya mau naik ke lantai 32 kok daritadi dipencet tombolnya ga nyala-nyala ya?"

"Oh, untuk akses ke lantai 32 harus pake ID Card mas, mas udah ambil id card di resepsionis?" tanya staff perempuan itu sambil badannya melongok sedikit ke dalam elevator.

ID Card?

"Oh! Ada nih mbak tadi dikasih di depan." Dion merogoh kantung di sisi dalam jas slim fit hitam nya dan menyerahkan kartu plastik seukuran ktp itu.

"Nah, ini kartunya tempel di sensor yang di bawah tombol nya mas, trus mas pencet aja lagi tombolnya, ntar lampunya langsung nyala. Lift nya langsung berangkat."

Dion tersenyum samar mendengar kalimat terakhir staff itu,

Liftnya langsung berangkat. Emang liftnya pake ngetem dulu kaya angkot?

"Ada yang bisa dibantu lagi mas?" tanya staff itu masih dengan senyuman ramah.

"Sudah mbak, terimakasih banyak ya mbak...." Dion berhenti sebentar untuk melirik papan nama staff itu, "Amy." Sambung Dion dan membalas senyuman staff tadi.

Benar saja, setelah Dion menempelkan ID card di sensor kemudian menekan tombol—seperti yang diinstruksikan staff bernama Amy tadi—elevator nomor enam itu langsung melesat ke lantai 32, membawa Dion ke lantai paling atas gedung hotel ini.

"HAH LO INTERVIEW SAMPE OWNER YON?"

"LOH KOK BISA SIH EMANG LO APPLY BUAT POSISI GM?"

"Wah? Alhamdulillah. Udah lah ini mah aman Yon, ciye akhirnya kerja juga ya."

"Tuhkan apa gue bilang? Untung lo jadi apply di sana!"

Itu adalah respon berurutan dari Jae, Krisna, Satria dan Brian tadi malam, saat Dion memberitahukan bahwa hari ini ia ada janji untuk interview dengan salah satu owner di hotel calon tempat kerja nya.

Dua hari yang lalu, staff HRD hotel itu menelepon Dion untuk menanyakan ketersediaan Dion untuk datang lagi ke sana pada hari Kamis pukul sepuluh pagi.

When Hoteliers Meet InstrumentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang