09 - Just a Nightmare ✔️

182 62 8
                                    

Arka bingung. Pikirannya dipenuhi dengan hal-hal yang sedang diduga-duganya. Jika biasanya ia sangat usil dan sering mengganggu Elsa saat malam hari, kini Arka jadi sedikit tenang dan tidak banyak berulah.

Tentu saja, perilaku tidak biasa makhluk itu mengundang keheranan Elsa. Sebenarnya gadis itu malah senang karena hampir seminggu ini terbebas dari keusilan Arka, tapi tak dipungkiri ia justru penasaran dengan perubahan tiba-tiba ini.

Seusai makan malam hari ini, Elsa yang biasanya beradu mulut dengan Arka di kamar, kini dengan khidmat tengah membaca buku geografinya. Kalau sebelum-sebelumnya sesi belajarnya selalu penuh gangguan, kali ini tidak ada satupun bentuk gangguan yang datang. Saat-saat seperti ini lumayan langka, jadi Elsa harus memanfaatkannya sebaik mungkin.

Dan malam ini, Arka terdeteksi tengah melayang-layang di sebuah bangunan kosong yang tidak jauh dari sekolah Elsa. Wajahnya terlihat frustasi, seperti banyak pikiran.

"Kenapa akhir-akhir ini gue merasa ada yang nggak beres? Gue harus nyari tahu tujuan makhluk itu ngintilin gue. Ya."

Arka melamun lagi, tak ada yang tahu apa isi pikirannya. Sampai kemudian sesosok makhluk berjenis kelamin lelaki hadir di sana. Dia menyapa terlebih dulu sebelum kemudian ikut duduk di atas atap bangunan itu.

"Sebenarnya aku tidak masalah berbagi tempat dengan orang baru. Hanya saja, beberapa anggota keluargaku tampaknya tidak suka arwah asing."

Mendengar itu tentu Arka paham maksud percakapan ini. "Tenang saja, gue bukan gelandangan. Gue punya tempat tinggal."

"Jadi? Mengapa tiba-tiba kau sering ke sini?" Tanya makhluk di sampingnya.

Penampakan hantu ini sangat menjelaskan bagaimana ia meninggal. Tubuh menghitam di banyak sisi, kulit mengelupas di sekujur wajah, dan pakaian yang sangat koyak. Dapat dipastikan satu keluarga ini meninggal karena kebakaran.

Arka memang sering ke sini, tapi setelah hampir sebulan berkunjung, baru malam ini penghuni asli bangunan tua itu menampakkan dirinya.

"Pinjam tempat doang. Setiap kemari gue nggak lupa ngucap izin kok, tapi ya gitu..nggak ada sosok siapapun yang datang. Jadi, maaf kalau gue menggunakan rumah lo."

"Hm, memang kami jarang menampakkan diri. Namun kami selalu mengawasi."

Arka mengangguk beberapa kali. "Gue butuh tempat tenang, karena kalau di rumah majikan gue itu rasanya ada energi kuat yang entah mengapa bikin nyaman tapi juga bisa sebaliknya, bikin nggak tenang.."

Hantu kebakaran itu tetap menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Tapi Arka dapat merasakan aura tidak menentu dari sosok di sampingnya.

"Meskipun kau punya alasan karena datang kemari, tapi keluargaku adalah orang yang tidak mau mendengarkan. Maaf, kau harus mencari tempat lain."

Arka tertawa ringan lalu mengangguk. "Tapi kalau boleh tahu, kenapa? Kan gue juga nggak ganggu kalian. Ayolah, kita sama-sama hantu."

Pernyataan itu membuat sang penghuni bangunan menoleh, memperlihatkan seluruh wajahnya yang rusak. "Karena itu kau."

Arka mengernyit karena tak mengerti, lantas bertanya balik. "Gue? Gue kenapa?"

"Kau membawa hal buruk. Hal buruk itu tidak pergi sepenuhnya meski kau sudah mati. Arwah sepertimu..." Hantu itu menggantung kalimatnya, ia terlihat menyeringai tapi ada raut takut yang tersirat di wajahnya. "berbahaya bagi kami."

Selama beberapa detik terjadi keheningan. Bahkan Arka tak sadar, makhluk di sampingnya itu sudah pergi. Begitu otaknya dapat bekerja kembali, Arka merasa tubuhnya tak bisa bergerak selama beberapa saat. Ia masih terlalu terkejut, sekaligus tidak paham maksud perkataan hantu tadi.

👻👻👻

Ruangan putih dengan pencahayaan sangat terang itu membuat orang itu menyipitkan matanya. Berusaha menahan banyaknya cahaya yang masuk ke retina, sambil pikirannya menebak-nebak di mana ia sekarang.

Setelah berjalan tanpa tujuan di koridor panjang putih ini, Elsa memutuskan duduk di lantai dingin itu. Dengan bersandar pada dinding di belakangnya, gadis itu memejamkan mata.

"Apa gue di surga ya, atau di dunia khayalan gue?" gumamnya.

Tempat ini benar-benar terasa dingin. Dan juga sepi. Tak ada suara apapun. Bahkan Elsa dapat mendengar napasnya sendiri di ruangan ini. Sampai kemudian, indera penciumannya merasakan ada bau yang familiar. Antara campuran obat dan pengharum ruangan khas medis.

Rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, dari arah kanannya terlihat keramaian. Beberapa suster dan dokter sedang mendorong kereta rumah sakit yang memuat seseorang di sana.

"Lo?"

Elsa menoleh mendengar ada yang memanggilnya, berikutnya jadi terkejut dengan mata melebar. Perlahan ia mencoba berdiri. Sambil tangannya tak berhenti menunjuk-nunjuk wajah orang di depannya.

"Kok? Lo? Lo siapa?"

Sosok di depannya adalah gadis berambut panjang, wajahnya pucat dan kepalanya dipenuhi darah. Sosok itu terlihat sama terkejutnya dengan Elsa. Keduanya sama-sama tidak percaya bahwa rupa mereka sangat sama!

Sosok itu masih diam. Dia mengamati wajah Elsa dengan mata sedikit melebar juga. Tentu, dengan ekspresi menahan sakit karena luka di kepalanya.

"LO SIAPA?" tanya Elsa lagi yang belum mendapat jawaban. Ia sudah meremas ujung bajunya hingga kusut.

"Gue...Elsa.." Orang itu menjawab dengan lirih. "Wajah kita kenapa sama? Lo bayangan gue ya? Tapi kok lo kelihatan sehat-sehat aja."

"Haa? Apa-apaan ini.." Elsa yang lain menggumam dengan bingung. Napasnya mulai tak beraturan sambil terus berusaha menahan berat tubuhnya pada dinding di belakangnya.

👻👻👻

Di sisi lain, di ruangan bersuhu hangat milik Elsa, sosok Arka berdiri dengan perasaan gelisah saat melihat gadis itu tampak tidak nyaman dalam tidurnya. Tangannya terulur, hendak mengusap kepala gadis itu. Namun, sebelum tangannya mencapai sana, sepasang mata itu terbuka lebar.

Arka terkejut, buru-buru menarik tangannya lagi.

Napas Elsa masih terengah-engah, ia belum sadar ada Arka di sana. Matanya masih menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Sa..?"

Kedua mata yang sarat ketakutan itu akhirnya melirik ke samping, tubuhnya masih sedikit bergetar. Mimpi tadi... Apa benar yang di dalam mimpi tadi itu adalah dirinya? Kenapa dia bertemu dengan orang yang berwajah sama persis dengannya?

"Ka, gue masih hidup kan? Lo... dengar napas gue?"

Mata Arka sedikit membelalak, tapi pergerakan hantu itu selanjutnya membuat Elsa mau tak mau menahan napas. Ya, Arka mencondongkan tubuhnya hingga telinganya hanya berjarak beberapa senti dari hidung Elsa.

"Gawat, gue nggak dengar napas lo. Tapi..." Pandangan Arka menurun ke bawah, sambil matanya terpejam. "Jantung lo masih berdetak. Keras bener lagi."

Elsa menatap tepat mata Arka saat makhluk itu mendongak ke arahnya. Apa Arka bodoh? Bagaimana Elsa bisa bernapas dengan benar kalau Arka berada di jarak sedekat ini dengannya?! Ya Tuhan, ini benar-benar salah!

"Ka, tolong menyingkir!" Elsa berteriak.

Berikutnya tubuh Arka terdorong menjauh, hampir aja tersungkur karena tenaga Elsa yang kuat. Gadis itu memposisikan dirinya menjadi duduk. "Gue butuh air. Gue haus. Ambilinn cepet!"

👻👻👻

Hai maaf semua baru bisa update lagi
Harap maklum karena aku udah kelas 12 semester akhir juga, jadi sibuk banget😭

Sekalian mau ngasih tahu kalo kemungkinan cerita ini sedikit slow up dulu ya

Oke, see you kapan-kapan lagi👋✌️
Stay safe 😊

GHOST VS ME [New Version]Where stories live. Discover now