03 - Memori Buruk ✔️

242 94 33
                                    

Sejak dua bulan yang lalu, Arka memang mengklaim Elsa sebagai majikannya. Lebih tepatnya sangat memaksa agar dia dibiarkan tinggal di kediaman keluarga Mahardi. Katanya juga, Arka rela tidur di pohon rambutan depan rumah.

Namun, kenyataannya... setiap malam hantu itu sering tidur di kamar Elsa. Ia suka suhu ruangan gadis itu, terasa hangat. Yah, meski tempat yang diberikan oleh Elsa adalah atas lemari.

"Sa..."

Elsa yang masih duduk di meja belajarnya jadi terperanjat mendengar panggilan itu. Sebenarnya ia tengah memikirkan sesuatu. Lebih tepatnya perkataan Yera siang tadi. Entah mengapa otaknya berteriak untuk setuju saja menyewa orang pintar. Tetapi bukan untuk memusnahkan Arka, melainkan untuk mencari kejelasan lagi perihal kemampuan tiba-tibanya ini.

Menurut penjelasan Ibunya, tiga tahun lalu ia memang sudah beberapa kali dibawa ke orang pintar. Tapi begitulah, tidak ada yang dapat memberikan jawaban masuk akal. Kebanyakan mereka malah berkata 'kemampuan ini terlalu besar, bukan sekadar indera keenam. Bisa berarti baik atau sebaliknya.' ya, begitu kalau Elsa tidak salah mengingat.

Lalu.. kalau bukan indera keenam, disebut apa?

"Elsa? Gue manggil lo nih.." Arka berkata lagi, kini berhasil membuat gadis itu menoleh.

"Eh, apaan? Hoahh.. PR gue udah selesai saatnya tidur." Elsa beranjak dengan lemas, menghampiri kasurnya dan duduk di tepinya.

"Tunggu dulu Sa.. jangan tidur dulu."

Kening Elsa bertaut. "Mau ngomong?"

Arka jadi menatap sendu langit-langit kamar Elsa dari atas lemari gadis itu. Ia memejamkan mata sesaat.. "Ini misalkan ya. Jangan dianggap serius karena gue belum siap kalau beneran kejadian."

"Dari nada lo aja serius gini," balas Elsa.

"Gue cuma lagi kepikiran sesuatu gitu." Arka berkata pelan.

"Tentang apaan?"

Hantu itu tidak langsung menjawab. Ia masih tidak yakin untuk mengatakan ini, apalagi tiba-tiba begini. Belum tentu juga Elsa akan mau.

Arka jadi memejamkan mata sekali lagi. Meyakinkan diri terlebih dahulu. "Oke.. Tentang gue." Ia menjeda sejenak. "Kalau misalnya... gue udah pergi beneran ke langit, lo mau nggak nanti datangin makam gue? Meski sesekali."

Deg.

Jujur, Elsa terkejut. "Lah, apaan deh ka? Ini mah beneran obrolan serius.. deeptalk.." Gadis itu terkekeh, sebenarnya berusaha menutupi keterkejutannya. Menyadari tidak ada senyum terselip di wajah Arka, langsung membuatnya terdiam. "Ke-kenapa? Kok tiba-tiba?"

Arka menatap seutuhnya pada Elsa yang terlihat penasaran disertai pandangan sibuk menerka-nerka.

"Apa lo... lo ingat sesuatu?" Tanya Elsa akhirnya. Mau tak mau Arka mengangguk membenarkan. Kedua mata Elsa jadi sedikit melebar, ada binar senang yang samar di sana. "Apa ka? Apa yang lo ingat? Eh, apa lo jadi tahu di mana makam lo? Ka, mungkin aja itu bisa jadi petunjuk buat nyari keluarga lo."

"Sayangnya bukan itu yang gue tahu. Bukan makamnya." Arka tiba-tiba mengernyit dalam saat mengingat-ingat potongan memori itu lagi. Ia meringis kecil, tampak seperti terluka sambil memejamkan mata. "Ini ingatan yang menyakitkan. Gue... gue sendirian. Gelap Sa... Ada bayangan orang yang marahin gue."

GHOST VS ME [New Version]Where stories live. Discover now