Aku malu pada udara
Yang merasa nafas-nafas yang terengah saat ku berjuang
Atau langit yang menghantar doa-doa bagai kencana paling indah
Adalah entah,
Entah dimana semuanya sampai
Tidaklah disembunyikan oleh alam ?Pena itu telah mengering bersama kertas yang melapuk
Sementara pinta masih basah belum di jamah
Hasrat rindu kubiarkan dalam pendam
Untuk apa?
Adalah cinta,
Cinta agar kita sama
Tak kunjung juga dibalas TuhanSelalu saja aku!
Aku yang ditunda
Hatiku yang dipancing agar zalim
Atau mataku yang gelisah untuk terus menengadah
Seperti apa lagi agar aku patuh tepat sebagai hambamu
Kalau sekarang rasanya seperti ingin layuSemua telah pergi dan yang tersisa adalah perca
Utuh memang tidak pernah adaAih, ada cahaya menembus celah rumah kita
Menyilau di kaca
Takut karena tak kenal
Ayo berkenalan
Sesaat setelah itu ada benderang
Bukalah!
Singsingkan gorden kamar
Biar resap tumbuh tertanam
Gelap hilang pergi tenggelam
Jangan gusar!
Jangan meminta hal yang lebih rendah dari yang akan diberikan Tuhan
Tuhan tahu mungkin menunda
Tuhan tahu tapi menimbang
Tuhan tahu tapi menungguAtau mungkin,
Tuhan tahu dan besok buka lagi gordenmu
Ada yang datang....24 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-A Letter
PoetryJika tanah yang kita pijak masih berdekatan, apakah getarku sampai ke kamarmu? Menyampaikan sebanyak buih lautan perasaan yang hanya bisa kutuliskan. Jika hujan yang turun masih sama-sama kita rasa, apakah aroma dan dinginnya pernah membuatmu ingat...