05 - Hari Terakhir Orientasi

12.8K 854 53
                                    

 Hari ini semua calon siswa SMA Mars akan mengikuti hari orientasi terakhir mereka. Dua hari sudah mereka mengikuti MOS yang sudah disiapkan. Dan selama itu pula, banyak sekali pengalaman buruk yang mereka dapatkan dalam masa orientasi.

Aelsya menghela napas. Hari terakhir orientasi juga ikut menambah beban baginya. Barang bawaan yang semula sedikit kini bertambah banyak. Maka tak mengherankan jika banyak sekali wajah ngos-ngosan para peserta MOS saat mereka berjalan menuju ke lapangan basket yang jalannya cukup menanjak dari gerbang utama.

"Duh, punggung gue sakit." keluh salah satu peserta perempuan yang menjadi teman satu gugus Aelsya. Gadis itu terlihat kelelahan dengan barang bawaan yang ada di tas ranselnya.

Gadis berkuncit dua itu menaruh tasnya di kursi kayu yang ada di pinggir lapangan. Napas gadis itu terlihat tidak beraturan. Tapi belum sempat ia melangkah, sebuah suara tiba-tiba saja mengagetkannya.

"Siapa yang suruh lepas?!"

Melihat siapa yang membentaknya, gadis itu refleks menunduk. Tubuhnya gemetar bersamaan dengan mendekatnya sosok itu ke arahnya. Aelsya yang melihat itu juga diam. Bahkan teman-temannya juga tak bisa membantu.

"Ma-maaf, kak. Tasnya berat." Arlan mengangkat salah satu alisnya.

"Keisi kertas aja ngeluh berat. Gimana kalau saya isi sama batu?! Mau kamu?!" gadis itu sontak menggeleng. Tubuhnya bergetar takut. Serius, ini si ketua osis sarapan apaan sih? Pagi aja udah jahat begini. Apa kabar kalau siang?

Gadis bernama Kyra itu tadi juga berasumsi kalau tidak ada panitia jaga sepagi ini. Tapi apa? Perkirannya ternyata salah. Malah ketua osis jaga di lapangan sepagi ini. Ini kalau ketua osisnya aja udah stay di jam segini, apa kabar sama semua anggotanya?

Kyra jadi merinding sendiri. Gadis itu buru-buru menolehkan kepalanya ke samping kanan dan kiri. Tapi belum usai sampai sana, suara berat itu terdengar lagi.

"Ngapain masih berdiri disini?! Kurang hukuman yang saya berikan kemarin? Mau saya tambah lagi?! Lari keliling kecamatan mungkin." gadis itu sontak tergagap. Tubuhnya meremang ketakutan.

"Ti-tidak, kak. Maaf."

Gadis itu buru-buru mengambil tasnya. Dengan cepat dirinya masuk ke dalam barisan gugusnya. Gadis bernama Kyra itu tak berani menoleh ke belakang lagi. Takut-takut kalau hukuman lari keliling kecamatan dari Arlan itu terjadi.

Kalau benar iya, apa kabar nasi soto yang baru tertelan tiga puluh menit lalu? Mau jadi apa nasi itu saat sepagi ini dia sudah harus lari dengan jarak sejauh itu? Boro-boro jadi daging, mungkin Kyra akan malah tahu definisi dari mabuk olahraga. Yang lebih serem dari mabuk perjalanan tentunya.

Kyra menggelengkan kepalanya. Sudah. Tidak baik jika ia memikirkan itu terlalu dalam. Gadis itu merapikan barisannya. Takut jika nanti ia kena semprot karena tak lurus pas baris. Dan paling parahnya, kalau enggak di jemur ya mungkin lari keliling lapangan. Atau yang lebih buruk dari itu, lari keliling kecamatan.

Kejam sih memang. Mau protes, takut malah bernasib sama kaya anak kemaren. Ngomong-ngomong soal anak laki-laki yang merokok di sekolah kemaren, Arlan memang tidak main-main. Saat cowok itu pergi, Nanda dan Aldo langsung menjaga mereka agar tetap merokok di tempat, saat itulah kepala sekolah datang. Kaget? Iya. Tentu saja. Dan seperti kata-kata Arlan, nama mereka langsung tercoret dari daftar siswa SMA Mars.

Sebenarnya hal ini bukan hanya berpengaruh pada nasib kedua cowok itu. Tapi juga nasib seluruh siswa yang masih bertahan. Satu hal yang harus mereka pegang dan catat dengan baik---Arlan, dia tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Kyra kembali menatap ke depan. Diikuti Aelsya yang berbaris tepat di belakangnya. Kedua gadis itu tengah fokus memperhatikan beberapa panitia yang tengah berorasi di depan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arlan  [Book 1 - Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang