01 - Penyiksaan

16.4K 961 66
                                    


Satu definisi yang pas untukmu dariku, kamu itu tidak berperasaan.

***

Semangat Aelsya!

Aelsya terus menyemangati dirinya sendiri. Ia percaya kalau ia bisa menyelesaikan hukumannya dengan baik. Meskipun pada kenyataannya tubuhnya mengelak semua itu. Aelsya sebenarnya sudah lelah. Sangat-sangat lelah malahan. Hanya saja ia tak mampu berbuat apa-apa. Ia sudah membuat para seniornya marah. Dan tentu saja, hukuman yang diberikan juga tidak main-main.

Kaki gadis itu terus berlari. Menyusuri lapangan yang sudah kian sepi. Hanya dirinyalah saat ini yang berada disana untuk menyelesaikan hukuman yang seniornya berikan. Dalam hati sebenarnya Aelsya merasa iri pada teman-temannya yang lain. Mereka yang melanggar aturan dengan kriteria ringan hanya disuruh untuk membersihkan lingkungan sekolah. Mencabuti rumput, memungut sampah, atau membersihkan kamar mandi.

Aelsya mengehembuskan nafas. Langkahnya semakin memelan seiring dengan habisnya tenaga gadis itu. Sesekali Aelsya menghentikan langkah. Sekedar untuk memegangi kaki yang terasa ngilu ataupun mengambil nafas panjang untuk kembali melanjutkan berlari.

Rasanya Aelsya ingin sekali berhenti. Duduk di bawah pohon sambil menikmati semilir angin yang menyapu tubuh. Lalu, mengambil air minum dan menenggaknya sampai habis. Tapi sayangnya itu tidak akan terjadi. Karena saat ini Aelsya tengah diawasi oleh cowok yang tadi memberikanya hukuman. Tatapan cowok itu tak lepas dari Aelsya. Seolah ia tak lelah mengawasi Aelsya yang saat ini tengah menjalani hukumannya.

Kuat, kuat, kuat!

Gadis itu terus merapal dalam hati bahwa ia bisa. Ia kuat. Seratus kali bukan hal yang sulit.
Nafas Aelsya semakin tak beraturan. Gadis itu semakin kelelahan karena tenaganya sudah banyak yang menghilang.

Sudah 29 kali. Dan kurang 71 putaran lagi.

Aelsya menghentikan langkah. Kali ini bukan untuk mengambil nafas panjang atau menetralkan nafas. Aelsya memejamkan mata saat merasakan kepalanya yang berdenyut hebat. Gadis itu memegang tiang gawang yang ada di dekatnya. Keringat terus keluar dari pori-pori wajahnya.

Disaat yang lain berdiam di bawah dinginnya kipas angin di aula, ia malah apes dan harus lari keliling lapangan di saat siang seperti ini.
Aelsya semakin memegang erat tiang yang ada di dekatnya. Rasanya kakinya tak mampu bertahan lebih lama lagi. Gadis itu merasakan pandangannya menggelap. Tubuh Aelsya bergetar hebat. Hingga setelahnya gadis itu sudah tak sadarkan diri di lapangan basket.

***

"Lo gila, Ar!" komentar seorang cowok yang menjabat sebagai ketua MPK sekolah. Cowok yang kini tengah berada di dalam ruang osis itu menatap tidak percaya pada seorang Arlan yang kini tengah duduk di depannya. Namanya Delvio, dia seangkatan dengan Arlan, dan dia juga menjabat di tahun yang sama seperti jabatan ketua osis yang diberikan kepada Arlan.
Delvio yang tadi baru saja menyelesaikan sholatnya, dibuat terkejut saat mendapat laporan ada beberapa siswa yang pingsan. Dan salah satunya, karena hukuman lari seratus kali yang Arlan berikan. Baginya itu tidak masuk akal. Terbilang kejam, dan tidak berperasaan.
"Sistem yang lo ajuin itu nyiksa banyak peserta, Ar! Nyesel gue jadinya kemaren tanda tangan sebagai persetujuan dari proposal yang lo buat itu. Kalau tau jadinya begini, gue gak bakalan setuju!" Delvio berdecak frustasi. Pasalnya dia sama sekali tidak berfikiran panjang tentang dampak dari sistem yang Arlan berlakukan.

Arlan  [Book 1 - Proses Revisi]Where stories live. Discover now