Memori

18.7K 2.8K 148
                                    

Gambar putih benderang memenuhi layar, diam selama beberapa detik.

Mendadak terdengar suara tawa geli,

"Aku masih belum terbiasa, ini gimana sih?"

Gambarnya pun menjadi sedikit bergetar.

"Nah oke!"

Perlahan, fokusnya pun mulai berubah.

Mundur dan semakin mundur, memperlihatkan matahari pagi berada dalam proses ditutupi oleh awan yang berwana pucat.

"Akhirnya!"
Tukas pemilik suara yang sama.

Fokusnya semakin luas dan turun. Tidak memperlihatkan langit lagi, melainkan sebuah lapangan yang cukup luas dengan pagar rendah terbuka didepannya.

"Lihat siapa yang datang!!"
Umumnya.

Muncul dari balik pagar depan, satu pria berpakaian olahraga warna abu gelap disusul kemudian satu pria berkulit gelap menggunakan pakaian bertema yang sama, namun berwarna biru tua.

"Ini dia pemimpin kesayangan kita!!" Komen si pemegang kamera.

"Kau!"
Pria yang berlari paling depan menunjuk-nunjuk.
"Jadi selalu bawa itu terus?!"

Fokus kamera bergerak maju, menzoom sehingga wajah dua pria itu terlihat mulai jelas sekarang.

Letnan Jan, si pria terdepan berlari dengan kecepatan tinggi, dan tak terlihat tanda akan berhenti.

Drap..drap..drap..drap..

Fokus semakin mundur, Letnan Jan berlari semakin dekat dan..

BRUGH!

Lengan Letnan Jan berhasil menabrak kameranya.

"Jangan ditabrak kek Letnan!!"
Protesnya dilanjutkan dengan aksi mengangkat kamera tinggi-tinggi.
"Handycam baru nih!! Masih dalam proses cicilan pula!!"

Letnan Jan terlihat tidak perduli.
Ia menghentikan langkah larinya setengah tertawa dan ngos-ngosan.

"Maaf Piter!!"
Teriak Letnan Jan ketika membalikkan badannya.
"Yes! Aku berhasil sekarang!!"

Pria yang dipanggil oleh Letnan Jan sudah berhenti berlari. Tertinggal beberapa langkah, ia hanya diam membungkuk mengatur nafas dan merutuk.

Letnan Jan melangkah pelan menghampirinya.
"Hei kau tak apa?"
Tanyanya dengan menepuk pundaknya.

"Tak apa,"
Suara Piter terdengar sangat kental dengan logat papuanya.
"Tidak percaya saya akhirnya dikalahkan anda,"

Letnan Jan mengeluarkan tawa lelah.
Tangan kanannya lanjut menarik lengan Piter agar posisinya yang membungkuk, menjadi tegak kembali.

"Hei itu aktif?"
Tunjuk Letnan Jan pada kamera.
"Ayo ambil gambar kami!"

Piter akhirnya menegakkan tubuhnya. Bergabung, berpose memamerkan otot seperti kawan disebelahnya.

Mereka berdua bergerak berganti pose beberapa kali setelah akhirnya bertanya,
"Sudah? Kau sudah ambil foto kami?"

Pemilik kamera menyeplos

"Sudah, video tapi."

"Hei kau tak bilang!!"
Letnan Jan memprotes.
"Hapus saja yang tadi!! Nanti keliatan seperti orang bodoh kita berdua!"

Aku juga ikut terkekeh melihat video itu.

"Sudah matikan alatnya!! Kau harus ikut senam gabungan kan!!"

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang