Afirmatif

24.5K 3.6K 351
                                    

"Menunggu?" pekikku frustasi. kenapa tidak bisa langsung jemput saja?!"

"Tidak bisa langsung, Markas pertahanan pertama semalam berhasil ditembus zombie. Mengakibatkan evakuasi menyeluruh, dan kami mundur kearah jakarta utara. Markas diutara itu adalah pertahanan terakhir. jika militer kembali gagal, kota Jakarta akan jatuh."

Aku terdiam sembari memandang yang lain.

Semua berwajah muram, sama terguncang mendengar perkembangan terbaru dari kakakku.

Keadaan telah semakin parah. benar benar kami mendapatkan keberuntungan yang besar sekali sehingga masih berada ditempat aman seperti sekarang ini.

Tapi kami tidak tau seberapa lama keberuntungan ini bisa bertahan.

"Ya, aku tahu ini berat, tapi kuharap kalian mengerti dan maaf luce, aku tidak bisa menjemputmu langsung seperti kemarin. Jenderal memintaku memimpin pertahan base disini."

Aku mendengus menjauh dari meja, membuka pintu kulkas tanpa mengambil apapun, masih mendengar samar suara kakakku yang keluar melalui speaker phone. Aku menggeleng sedih mendengar Gerald yang masih berusaha berdebat tentang rencana penyelamatan.

"Bawahanku akan datang menjemput empat orang di Graha Nusantara kemudian menuju tempat kalian. Kami disini akan mengirimkan helikopter yang ada untuk menjemput kalian setelah situasi disini dapat dikendalikan sepenuhnya."

Setelah kontak telepon usai, kami memutuskan untuk menenangkan diri dikamar.

Ketika berjalan lunglai keluar dapur, Alma memekik di sebelahku mengingatkan tentang televisi dikamar.

Kami merasa sangat bodoh tidak menggunakannya untuk mencari berita dari kemarin.

Aku langsung berlari duluan masuk kekamar diikuti Gery, Sam, Alma serta Gerald yang terakhir karena ia mengambil beberapa buah apel dikulkas.

Aku mendorong buka pintu kamar, menyalakan lampu kamar, dan mencari remot tv. Russ mengikutiku dengan antusias sambil mengibas ekornya cepat.

Setelah mengacak acak lemari geser hitam yang sering diduduki Gery Gerald, Aku menemukan remot tv nya di laci kedua meja itu. Sambil berdoa dalam hati, aku duduk dan menekan tombol on pada remote tersebut.

Televisi untungnya menyala, menampilkan langsung siaran ulang berita lokal tentang penyerangan dan perpindahan markas berada diutara.

Sang reporter wanita, bernama Nadia Amalia membawakan beritanya sambil berlindung dibalik Panser, pakaian yang ia kenakan pun hanya kaus dan celana training yang terlihat kotor. tidak berpakaian formal seperti yang seharusnya.

Akupun membesarkan volume tvnya.

"Pada jam sepuluh malam, dinyatakan militer mundur dari markas Surapati, yang awalnya dijadikan markas darurat utama di jakarta."

"Sebelum mundur, militer mengevakuasi secepatnya para pengungsi yang selamat, ke utara menggunakan truk dan bis militer."

"Pada saat ini saya sedang bersama regu militer merak yang merupakan regu pasukan paling terakhir yang pergi meninggalkan Markas Surapati. Seperti yang pemirsa lihat dibelakang saya, para prajurit sedang membasmi lebih dari seratus zombie yang mengikuti iring iringan kendaraan pasukan tentara merak ini."
(Terlihat sang reporter menutup telinga karena suara tembakan semakin keras dan gencar, kemudian gambar berita dihentikan).

Alma mengerang disampingku.
Aku yang masih penasaran, mencoba menganti ganti channel. Ternyata terdapat satu channel aktif, berbahasa inggris CBN.

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang