Gue hanya diam mendengar jawabannya barusan. Gue baru tau kalo ternyata Ferda selalu bercerita ke teman-temannya tentangku. Apa sebesar itu rasa suka dan sayangnya kepadaku? Selama ini gue selalu berusaha bersikap biasa saja dan apa adanya sama dia.

"Dia kalo udah suka dan sayang sama orang bakal berusaha untuk ngedapatin orang itu. Bagaimana pun caranya sampai dia udah dapatin apa yang dia mau." Katanya lagi

Kenapa Tera membahas tentang perasaan Ferda kepadaku? Padahal gue tidak mau lagi membahas soal perasaannya kepadaku. Sungguh gue tidak berniat untuk membahasnya.

"Dia kalo udah menyangkut soal perasaan selalu serius dan enggak pernah main-main dan bakalan ngelakuin apa aja ya asal orang yang dia sayang bahagia." Lanjutnya.

"Gue baru ngelihat Ferda yang selalu ceritain soal cewek yang dia suka ke kita-kita. Padahal dari dulu sejak pertama gabung sama kita, dia yang paling malas membahas soal cewek bahkan dia selalu mengalihkan topik kalo kita semua bahas soal cewek." Kali ini Rezi yang menyahut

Gue tidak bisa berkata apa-apa selain mendengar perkataan kedua laki-laki yang berada di depanku ini. Kedua laki-laki itu juga ikut diam saat menyadari gue tidak memberikan respon apa-apa kepada mereka dan seperti mengetahui kalo gue risih untuk membahas ini, mereka tidak melanjutkan perkataannya dan mengganti topik lain.

Beberapa lama kemudian, mulai muncul anggota geng-nya lain dan kini mereka sudah 5 orang tapi tidak ada satu pun tanda-tanda kedatangan Ferda. Ketiga laki-laki yang baru datang itu ikut menjabat tanganku dan menyebutkan namanya masing-masing.

"Kalian semua sebenarnya berapa orang sih?" Tanyaku di tengah-tengah percakapan.

"Cuma tujuh orang doang." Jawab Draco, cowok yang tangan kanannya di penuhi tatto dan berambut seperti anak punk itu. Gue sempat bergidik ngeri saat berkenalan dengannya karena dia satu-satunya berpenampilan mengerikan seperti itu.

Gue hanya ber-ooh ria dan kembali melihat kearah jendela menunggu kedatangan Ferda yang belum datang sampai saat ini.

●●●

FERDA POV

Hari minggu ini gue telah janji dengan Viki untuk mengajaknya berkenalan dengan geng ku. It's weird. Cukup aneh mengetahui Viki yang tiba-tiba saja bertanya beberapa hal tentang geng ku dan ingin berkenalan dengan mereka. Padahal dia pernah melarangku untuk terlalu dekat dengan mereka agar tidak terjerat dengan kenakalan teman se-geng ku itu walaupun emang dari sono nya gue udah nakal. But you know, gue gak segampang itu untuk jauh jauh dari geng gue.

Gue menyalakan mesin motor dan memakai helm lalu mengendarainya menuju ke kafe dekat tempat bilyar yang selalu ku datangi. Mobil ku dipakai mama sehingga gue harus naik motor kesana sedangkan Viki menolakku untuk pergi ke kafe bersamanya.

Gue memarkir motor lalu masuk ke dalam kafe. Mataku melihat ke segala penjuru isi kafe sampai gue menemukan Viki dan beberapa temanku duduk di pojokan lalu menghampiri mereka yang sedang asik mengobrol.

"Weyy... Lo pada udah lama ya nungguin gue?"

Semua mata yang ada di meja itu melihat kearahku dan menampilkan beberapa senyuman yang ada di wajah mereka setelah mendengarku berkata seperti itu.

"Enggak sih. Dari 10 menit yang lalu kayaknya." Jawab Yoan, teman gengku yang paling badung setelah Draco. Gue duduk di salah satu kursi yang masih kosong di samping Peter.

"Lo yang dari 10 menit yang lalu. Gue, Rezi sama Viki udah hampir sejam kali nunggunya." Ujar Tera

"Ngerti kok yang hobi nya emang telat dari dulu." Sahut Rezi.

I'm with youWhere stories live. Discover now