"Assalamualaikum." Aku membuka pintu rumah dan memasukinya. Seperti biasa rumah ini masih sepi setiap aku pulang sekolah.
"Kak anterin beli kuota yok!" Sesosok bocah laki-laki berumur 14 tahun keluar dari dalam dan menghampiriku sambil memutar-mutar kuntak motor. Aku berjalan mendekatinya, dia mengulurkan tangannya untuk menyalami ku, aku memberikan tanganku juga tapi bukan untuk menjabat tangannya melainkan.
Bletak!
"Sakettt!" Sambil meringis kesakitan dia memegangi kepalanya yang terkena jitakkan mautku.
"Kalau ada orang salam itu dijawab!"
"Nggak denger."
"Assalamualaikum." Ulang ku, kali ini sengaja ku perlambat agar telinga congek adik ku ini dapat mendengarnya.
"Waalaikumsalam ya ukhti."
Aku tersenyum puas sambil mengusap kepala adik ku tersayang yang tadi sengaja ku jitak. "Balikin tas gue ke kamar dulu gih nanti gue temenin beli kuota." Adik ku yang lagi ada butuhnya, biasanya dapat berubah menjadi seorang abdi dalem rumah dadakan meskipun harus diawali ocehan protesnya.
"Dasar licik." Celotehnya dengan bibir yang sudah manyun 5 cm.
"Gue capek kutil baru pulang." Balasku dan tada adik kecilku yang sudah besar itu langsung menyambar tasku lalu mengembalikannya ke kamarku.
Kenzo Hendrana namanya, adik ku satu-satunya. Adik yang banyak maunya, tengil, dan ngeselin tapi tetap saja dia kesayangan kami.
Kenzo anak kedua dari dua bersaudara. Funfact tentang Kenzo, sepertinya dia sekarang sudah mulai berani pacaran, soalnya nih ya akhir-akhir ini Kenzo sering banget ngajakin aku buat beli kuota dan aku nggak boleh minjem hpnya lagi! Padahal dulu mau hpnya aku pinjam 1 minggu itu boleh dan dia nggak nyariin. Dan fyi aja di keluarga ku nggak ada yang boleh pacaran sebelum SMA. Kalau benar Kenzo udah berani pacaran itu berarti Kenzo sudah melanggar aturan diatas kan? Bakalan seru kalau Mama sama Papa sampai tahu. Smirk smile.
***
Jalanan koplek rumah agak lengang bisanya akan ramai saat magrib nanti. Sang Surya yang hendak pamit pada Bumi untuk pergi ke belahan Bumi lain membuat kami dapat melihat jelas pemandangan langit senja yang indah. Diperjalanan menuju konter untuk membeli kuota, aku membelokan motor ke pinggir jalan untuk membeli Martabak Telur.
Karena aku yang ngebonceng kan jadi terserah supir dong ya mau kemana aja. Lagian kalau dilihat dengan jelas dibalik jejeran langit senja terdapat awan abu-abu yang tengah menunggu gilirannya untuk mengirimkan hujan, pasti enak tuh ya kalau hujan-hujan ditemani Martabak Telur yang gurih dan enaknya nggak ketulungan itu.
"Gue mau beli Martabak Telur dulu. No protes, protes nggak gue kasih." Ancamku pada Kenzo yang biasanya akan langsung ngoceh sepanjang jalan kenangan. Tapi berbeda, kali ini ia langsung turun dari motor bahkan sebelum aku menurunkan standarnya. Dari sudut mataku aku dapat melihat punggungnya berjalan menuju sebuah kafe.
"Aduh mau ngapain itu bocah, pake acara ke kafe segala. Emangnya dia bawa duit apa?" Aku menggerutu sambil menyusul Kenzo yang telah berada di dalam kafe bertema vintage.
Terlihat Kenzo tengah mengobrol dengan seorang gadis yang sedang duduk dengan seorang laki-laki yang tengah duduk membelakangi ku atau mungkin aku yang berada dibelakang laki-laki itu. Dan sepertinya aku nggak asing deh sama aroma parfum laki-laki di depanku ini.
"Naila, kamu?" Oh jadi nama gadis manis itu Naila. Setidaknya itu yang dikatakan Kenzo untuk memanggilnya.
"Kaneki Ken?" Balas gadis bernama Naila dengan wajah terkejut, dan oh jadi ini yang, what the hell? Tunggu, siapa? Adik ku kan namanya Kenzo, sejak kapan namanya jadi Kaneki Ken? Dan siapa Kaneki Ken? Walau bagian Ken-nya sama dengan nama Kenzo, tapi tetap saja itu bukan nama panjangnya Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Partitur
Fiksi RemajaOriginal story aturan tak tertulis larangan untuk pacaran sebelum SMA membuat Kenzi sangat minim pengalaman dalam hal percintaan. Itulah mengapa ia tumbuh menjadi gadis yang dipenuhi rasa ingin tahu gimana sih rasanya pacaran sama dia? dia? dan dia...
