40 - Unexpected

8.7K 696 75
                                    

I knew i love you before i met you
I think i dreamed you into life
I knew i love you before i met you
I hace been waiting all my life

🎵 Savage Garden - I knew i love you

* * *

"Udah kalian kalau mau keluar, sana keluar aja. Mama mau di kamar aja. Nggak enak jadi obat nyamuk," ucap Tante Yuni ketika kami berada di kamarnya.

"Yaaah, masak tante jauh-jauh ke Bali cuma di kamar aja, Tan. Mending ikut kita jalan-jalan sekitaran sini," jawabku mencoba meyakinkan Tante Yuni untuk ikut dengan kami. Sepertinya akan lebih menyenangkan jika kami pergi bertiga. Setidaknya aku tidak perlu terus-terus diseranb penyakit jantung akibat gombalan Bintang.

"Nggak ah, Nduk. Tante rencana cuma mau lihat pantai di hotel aja. Nggak kuat panasnya." Aaah menyenangkan sekali mendengar bagaimana Tante Yuni memanggilku "nduk". Menurut Tante Yuni, agar lebih akrab.

"Yaaaah, padahal Naura masih pengen ngobrol sama tante."

Bintang menepuk pundakku. "Udah Nau. Mama tuh emang suka males kena panas." Rasanya ingin menjewer telinganya. Sepertinya dia suka sekali karena Tante Yuni tidak mau ikut jalan-jalan.

"Oh ya! Nanti malem Naura nginep sini aja. Kan suites ini ada 3 kamar, biar nanti malem bisa ngobrol lama kita." Netraku reflek berbinar mendengar tawaran Tante Yuni.

"Boleh banget. Kalau nggak ngerepotin sih, Tan. Tapi Tante Yuni bukan balik hari ini ya?"

"Nggak Nau, kita balik besok malem. Aku ambil cuti besok. Kebetulan besok juga nggak ada jadwal praktek ataupun operasi. Ya kali, ke sini cuma semalem doang. Padahal belom tau bakal bisa ke sini lagi kapan." Kali ini Bintang yang menjawab pertanyaanku.

"Kalo gitu nanti Naura ke condo dulu ambil perlengkapan. Karena besok Naura kerja," jawabku kepada Tante Yuni. Aku melirik sekilas ke arah Bintang dan ternyata ia sedang mengerucutkan bibirnya. Sungguh laki-laki ini bisa bertransformasi .

"Kamu nggak bisa ambil cuti juga, Nau? Jarang-jarang lho aku bisa ke sini. Nggak kangen sama aku?" Aku berdecak salah tingkah karena kini Tante Yuni menatap geli ke arah kami. Bisakah Bintang berhenti membuat jantungku bekerja lebih keras.

"Bi... aku bisa dicincang sama Bang Arsa. Lagian besok kerjaanku nggak banyak kok. Aku usahain deh buat ijin setengah hari aja," ucapku pada akhirnya. Sungguh aku merasakan hangat pada wajahku, malu juka harus berdebat di depan Tante Yuni.

"Udah dong, Bi. Kamu kok maksa gitu. Biar aja kalau Naura emang nggak mau cuti. Kamu nih tumben banget manja gitu. Nggak pantes dilihatnya!" potong Tante Yuni yang membuat Bintang cemberut, berbanding terbalik denganku yang tersenyum puas penuh kemenangan. "Udah sana, kalian buruan berangkat. Keburu siang. Met jalan-jalan ya sayang."

* * *

Awalnya kami berencana untuk pergi ke beberapa pantai yang ada di Bali. Namun karena liburan beberapa hari lalu kami sudah menghabiskan waktu di pantai, maka aku pun menyarankan Bintang untuk pergi ke Ubud saja. Menikmati hamparan hijau dan sejuknya udara disana bukan ide yang buruk.

Kami pergi ke pasar seni Ubud untuk membelikan Tante Yuni dan Dyandra oleh-oleh. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk kami sampai di wilayah Ubud. Tak perlu banyak menunggu, aku segera masuk ke dalam pasar untuk membeli oleh-oleh.

 Tak perlu banyak menunggu, aku segera masuk ke dalam pasar untuk membeli oleh-oleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love You, Latte! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang