33 - Reconciliation

7.5K 684 69
                                    

Jodoh itu...
Mau dikejar sekeras apapun,
kalau belum jodoh tidak akan bersatu.
Mau dihindari sejauh apapun,
kalau memang jodoh pasti akan bertemu.

🎵 Glenn Fredly - You are My Everything

* * *

Mobil sedan hitam yang membawaku kini memasuki pelataran rumah mewah bernuansa putih tersebut. Tak banyak yang berubah dari rumah ini, meski memang aku telah meninggalkan rumah ini cukup lama.

Taman luas yang selalu terawat. Pepohonan yang selalu terpangkas rapi. Hamparan bunga mawar yang disukai oleh si pemilik. Bahkan ayunan kecil dan tempat duduk untuk menikmati taman pun masih berada di posisi yang sama. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk utama rumah ini.

"Neng Chyntia ...," suara wanita paruh baya yang sudah sangat ku kenal membuatku menoleh ketika aku sudah akan membuka pintu, "Alhamdulillah, ini bener neng Chyntia? Apa kabar neng? Kok makin kurusan Neng?" lanjur Bik Rumi yang berbicara tanpa henti. Aku tersenyum menanggapi pertanyaan penuh perhatian darinya.

"Chyntia baik Bik. Sehat juga. Agak kurus karena emang diet," jawabku sambil mengedipkan satu mata.

"Ngapain diet atuh Neng. Neng mah udah kecil badannya, diet malah nanti kayak tengkorak Neng."

Aku langsung memeluk Bik Rumi. Sungguh aku merindukan sosok yang sudah seperti Ibuku sendiri di rumah ini. Satu-satunya sosok yang bersikap hangat padaku, melebihi orang tuaku.

"Kangen sama Bibik," ucapku sambil masih memeluknya. Tangan Bik Rumi kurasakan mengelus kepalaku lembut. Hatiku menghangat.

"Bibik juga kangen sama Non Chyntia."

Aku melepaskan pelukan kami, "Aku masuk dulu ya Bik. Sepertinya aku bakal disidang habis-habisan," ucapku sambil meringis. Bik Rumi pun tersenyum jenaka.

"Bapak kangen sekali dengan Non. Begitu juga Ibu."

Aku tidak merespon ucapan Bik Rumi karena aku tahu betul, itu hanya harapan Bik Rumi, bukan kenyataan.

Mengembuskan napas panjang, aku memilih memasuki rumah besar ini. Rumah yang sudah hampir empat tahun tak kusinggahi. Rumah yang kuhindari dengan dalih berkuliah. Benar, aku memilih menetap di Bandung empat tahun terakhir dengan alasan kuliah S2-ku.

"Chyntia." Suara sendu itu menyambutku, entah mengapa aku merasakan kepedihan dalam suara tersebut. Aku nyaris tak mengenali suara itu.

"Mama."

Tubuhku terhuyung karena pelukan tiba-tiba dari Mama. Aku mengernyit. Ini bukan seperti Mama. Ada apa?

"Mama minta maaf, nak. Mama ...," ucapan Mama terhenti karena isakannya.

"Ada apa, Ma? Ini bukan seperti Mama." Aku tahu ucapanku sangat jahat. Tetapi sungguh, ini bukan seperti Mama yang ku kenal. Mama menuntunku untuk masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang keluarga.

"Mama sudah tahu semuanya, nak. Perjuangan kamu selama hampir sepuluh bulan ini. Patah hati yang kamu alami, bahkan depresi yang kami derita." Ucapan Mama membuat tubuhku menegang seketika. Darimana ia mengetahuinya?

"Mama minta maaf, nak. Mama mohon maaf atas segala kebodohan Mama selama ini," ucap Mama dengan penuh ketulusan. Terlihat jelas kesedihan dan penyesalan yang di netra Mama. Hal yang tidak pernah aku rasakan darinua selama ini.

Kemudian meluncurlah cerita awal pernikahan Papa dan Mama. Bagaimana pernikahan meraka diawali dari sebuah perjodohan. Dan bagaimana selama pernikahan ini hanya Mama yang mencintai Papa sepihak. Sedang Papa, ia mempunyai wanita lain dalam hatinya. Entah mengapa aku bisa merasakan sakit yang dirasakan Mama selama 30 tahun pernikahannya.

Love You, Latte! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang