Mention & Destination

602 33 6
                                    

Beberapa hari di Cipedak, Gamal berusaha meningkatkan kualitas pertemuannya dengan Alia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari di Cipedak, Gamal berusaha meningkatkan kualitas pertemuannya dengan Alia. Pria itu menemani Alia menonton film, teater dan fashion show. Alia dan Gamal juga membahas rencana-rencana mereka ke depan. Gamal sempat mengutarakan keinginannya kembali ke Ambon untuk menuntaskan tugasnya di PAS. Alia tidak dapat menahan keinginan Gamal. Sebab wanita itu tidak ingin hubungan mereka yang kembali membaik menjadi renggang.

Sementara itu Alia kembali ke rutinitasnya. Menggemari dunianya yang tak jauh-jauh dari shopping, fashion dan cooking—sebuah kegiatan yang baru digelutinya. Sedangkan Gamal akhir-akhir ini sangat rajin berada di depan komputer. Dia mencari beberapa informasi beasiswa di internet. Memang Gamal sedang membulatkan tekad untuk melanjutkan pendidikannya ke strata dua. Dia merasa ilmunya di bidang komunikasi masih sedikit.

***

Beberapa hari setelah obrolannya dengan Satria di halaman rumah, Misha mulai merasa situasi kembali normal. Tekanan di pundaknya pun perlahan hilang begitu dia bersungguh-sungguh mengubur cintanya yang kelam kepada Satria. Entah apa nanti yang akan dipikirkan Satria, yang pasti Misha berharap semoga pria itu tutup mulut seumur hidup. Bila pada akhirnya Sia tahu segalanya, Misha janji akan menceritakan semua yang terjadi, tapi tidak untuk saat ini.

Pekan ini setelah Wabah merihatkan agendanya, Misha dan Sia sepakat melakukan kebiasaan lama mereka yang terlupakan. Berburu es krim. Berbekal sepeda, mereka berkeliling dekat kompleks rumah. Reputasi Sia yang kerap mengecewakan membuatnya lagi-lagi mengalah, berada di boncengan.

Sepanjang menyusuri jalan, Sia tidak berhenti menyanyikan belasan lagu. Mulai single populer zaman eigthties, tembang-tembang nineties hingga yang paling milenium. Sesekali Misha melajukan kayuhan sepeda ketika posisi jalan menurun, tak ayal Sia yang ketakutan langsung menjerit-jerit, menghentikan nyanyiannya dan memeluk erat pinggang Misha. Di belakang setir, Misha terpingkal-pingkal, kapan lagi dia menyaksikan Sia sepanik ini.

"Sepertinya di sini tidak ada kedai es krim." Misha melambatkan kayuhan. Hampir setengah jam mereka berputar-putar. Wanita itu langsung menengok ke belakang. "Apa kita ke jalan utama saja?"

"Iya, kayaknya deh. Daripada kita tidak dapat es krim?"

Persetujuan Sia itu membangkitkan semangat Misha di belakang setir. Dia lantas melipatgandakan kecepatan, lalu menerobos boulevard. Sia yang merasa keenakan di boncengan melepaskan pelukannya dari pinggang Misha. Sia kemudian merentangkan tangan, seolah-olah merasa kalau dia memiliki sayap.

Sayang ketika berada di jalan utama, Misha dan Sia harus berjibaku dengan puluhan sepeda motor dan mobil. Misha terlihat kewalahan mengayuh sepeda di antara lalu-lalang motor. Meski dia berusaha berlindung di belakang mobil dan memilih merapat dengan sisi kiri jalan, tetap saja beberapa motor menyalip sepeda mereka. Misha kemudian memilih untuk memelankan kayuhan sepeda. Sialnya ada saja motor yang menyerempet.

Titik Temu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang