Ironi & Hati ala Chef

1.1K 65 22
                                    

Dua bulan selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan selanjutnya.....

Belakangan Gamal menemukan nuansa keluarga dalam komunitas PAS. Dunno menjadi mentor sekaligus pengarah khusus dalam membantu Gamal beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama menghadapi anggota divisi menulis dalam komunitas. Awalnya Gamal mengalami kesulitan merengkuh anak-anak muda dari divisi yang ditanganinya bersama Dunno. Sehingga dia butuh beberapa waktu yang lumayan menguras tenaga untuk benar-benar menyatu dengan mereka. Untunglah Dunno tidak sungkan memberi beberapa masukan dalam menghadapi anak-anak.

Pagi itu Gamal bersemangat sekali mengunjungi kantor PAS. Divisi yang digawanginya dengan Dunno ini, tengah mempersiapkan lomba sastra untuk beberapa minggu ke depan. Sebelumnya divisi menulis mengajukan tiga lomba menarik, di antaranya puisi, cerpen, dan essay. Untunglah keseluruhan mata lomba tersebut disetujui oleh divisi lain.

Bangunan kantor PAS lumayan besar, terdiri dari dua lantai. Di lantai bawah, ruang pertama yang menghadap pintu merupakan tempat santai yang juga berfungsi sebagai lobby, di situ terdapat kursi-kursi minimalis yang tertata rapi, sementara di beberapa sudut terdapat tanaman palem kerdil yang hijau. Beberapa meter dari lobby, terdapat anak tangga menuju lantai dua. Dua ruang yang menghadap anak tangga merupakan ruang kerja divisi teater dan divisi musik, yang terpisahkan oleh koridor. Di ujung koridor, terdapat ruangan yang agak mewah, berupa dapur yang lengkap dengan kitchen set. Istimewanya ruang kerja divisi menulis berada di lantai dua, tepat di depan ruang serbaguna.

Setelah melewati lobby Gamal langsung meraih anak tangga, dia berniat memasuki ruang kerjanya di divisi menulis. Dari luar Gamal dapat mendengar sebuah perbincangan hangat begitu langkahnya mendekati pintu ruangan. Kepalanya langsung tepat berada di kaca berbentuk persegi panjang yang terletak di tengah pintu. Dari kaca tersebut dia dapat memantau ruangan divisi menulis. Di dalam dia melihat Dunno sedang terlibat obrolan bersama seorang wanita. Wanita itu berdiri menghadap Dunno yang tengah santai di kursi.

Gamal lalu mendorong pintu. Wanita yang memunggunginya kontan membalikkan badan. Mendadak Gamal menelan ludah. Gerakan 'balik badan' wanita tadi mirip slow motion model dalam iklan sampo. Dalam dua menit memperhatikan tampaknya Gamal setuju, wanita yang kali pertama dilihatnya ini cukup mampu membuat sejumlah pria tak bisa tidur semalaman dan berhari-hari memikirkan bagaimana cara mengajaknya berkencan.

"Kenalkan, dia teman semasa kuliahku, Nala," Dunno mengambil alih. Dia sepertinya tahu kalau Gamal sedang terpana. "Namanya cantik bukan?"

"Oh, aku Gamal." Gamal menyerahkan tangannya kepada Nala. "Bukan namanya saja, orangnya juga demikian."

Nala merima uluran tangan Gamal. "Aku tahu, pria identik dengan gombal. Jadi kalian jangan merayuku pagi-pagi!" komentarnya. Lalu wanita itu terlihat heran dengan rambut Gamal yang gondrong ikal tak beraturan, serta celana jeansnya yang robek-robek.

"Kita sih hanya berusaha jujur saja," bela Gamal seolah dia telah lama mengenal Nala. Entah apa yang terlintas, namun gairah obrolannya meningkat. "Kau seperti porselen cina, indah, enak dilihat, dan membanggakan orang yang memilikinya."

Titik Temu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang