Ikan Mas & Mempelai Teater [B]

2.8K 122 13
                                    

Depok | Sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Depok | Sore hari

Kekuatan bule itu untuk berdiri, rasanya lenyap. Tulang-belulangnya kini tak lagi kokoh menopang sekumpulan daging dalam tubuhnya. Dia nyaris bengkok seperti pensil karet, yang sekali digoyang saja maka akan melentur ke segala arah. Pelan-pelan bule itu mengepalkan tangan, lalu mengetuk-ngetuk pintu di hadapannya. Tak berapa lama pintu terbuka. Sial, wajah perempuan yang menyambutnya luar biasa tercengang. Mulutnya terbuka, dengan tatapan shock.

"Apa yang terjadi," tanya perempuan itu. "Misha, are you ok?"

Misha defensif sebentar. Dia menyerahkan kantong plastik kepada perempuan tersebut, melepas high heels, lalu menarik gaunnya ke atas. Tanpa bersuara apapun, Misha menerobos pintu dan masuk ke dalam. Perempuan yang menerimanya, kebingungan. Dia bahkan terlihat pasif di depan pintu. Badannya hanya bergeser dua puluh derajat mengikuti arah punggung Misha yang semakin jauh di dalam.

Misha langsung mendekati sofa panjang di ruang tengah, dan menjatuhkan diri. Tubuhnya ditata sedemikian rupa hingga sesuai ukuran sofa. Walaupun merileks namun engahan napasnya masih terdengar sangat buruk. "Sia, bisa bawakan aku air putih?"

Sia-perempuan tadi, spontan tersadar. Buru-buru dia menutup pintu dan menuju dapur. Dia membongkar-bongkar lemari dan mengacak seluruh isinya. Tangannnya lalu meraih toples bening yang kosong. Toples tersebut diletakkan pas di bawah mulut keran, kemudian dia mengisi toples dengan air hingga hampir penuh. Sambil tersenyum Sia mencemplungi dua ikan mas ke dalam toples.

Sia pernah mendengar kasus frustrasi yang memicu meningkatnya angka mortalitas. Dia takut kalau-kalau Misha berpikiran pendek lalu memutuskan bunuh diri. Meski Misha tak bercerita apa-apa, Sia mampu menebak sesuatu yang buruk tengah terjadi. Tadi pagi, Misha pamit padanya ke acara pertunangannya bersama Karel. Sedianya acara pertunangan tersebut akan berlangsung di sebuah taman 'rahasia'-begitulah pengakuan Misha pada Sia yang tak ingin membocorkan lokasi berlangsungnya acara sakral tersebut. Pertunangan itu bersifat pribadi dan diperuntukan hanya kepada mereka berdua. Tanpa ada tamu atau sanak famili. Mereka beralibi supaya acara itu lebih khidmat. Makanya saat mendapati murung di wajah Misha sore ini membuat Sia kaget. Ini sulit diterima nalarnya.

Sia berniat menemui Misha di ruang tengah. Tangan kirinya memegang gelas dan satunya lagi terlihat memeluk toples yang agak berat. Sementara itu Misha masih telentang di sofa. Sia lantas menyerahkan gelas pada Misha, spontan bule itu bangun dan menyeruput perlahan air putih hingga isi air jadi separuh.

"Lalu ikan-ikan ini?" kata Sia sambil menunjuk toples. Wanita itu lalu menuju meja kotak setinggi setengah meter: di sana terpajang dvd, tv flat dan bunga-bunga plastik. Posisinya vertikal dari letak sofa.

Misha menyeruput lagi.

Sia meletakkan toples di meja kotak. "Kau ingin menamakan ikan-ikan ini apa?" tanya Sia, dia menoleh ke belakang. Sejenak dia menggeleng, mustahil mengundang selera omong sahabatnya ini. Dia paham, meski raga Misha berada di sini, namun pikirannya membawanya jauh-ke sebuah tempat, entah dimana.

Titik Temu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang