3- Survival

10.4K 698 28
                                    

Hari itu Mars menendang jatah makanannya lagi.

Dolly meringkuk meratapi mangkuk sengnya yang kosong.  Sementara Mars masih sibuk marah-marah sambil sesekali menendang kepalanya, dan membuatnya harus berkali-kali bangkit, untuk kemudian kembali menatap mangkuk sengnya yang berkarat.

Dolly memerhatikan Jupiter yang tampak senang berjalan mengelilingi tubuh Mars tanpa terusik sedikit pun dengan kemarahan pria itu. Ah, anjing yang beruntung, batin Dolly. Ada sedikit perasaa cemburu mengusiknya ketika melihat Jupiter, anjing yang bisanya hanya menggonggong itu, selalu bahagia. Atau, apakah aku harus belajar darinya?

Tendangan terakhir Mars yang sangat keras di kepalanya mengusik lamunan Dolly.

Hari itu dihabiskan Dolly bekerja membersihkan seantero rumah dengan perut kelaparan. Hari sudah beranjak petang ketika dia menarik-narik rerumputan liar yang tumbuh memanjang di halaman rumah. Dengan tangan mungilnya yang telanjang, Dolly menggertakan gigi beberapa kali ketika berusaha mencabut rumput liar itu dengan susah payah. Tak peduli dengan banyaknya luka gores sepanjang telapak tangan hingga lengannya. Dan ketika langkahnya tiba di halaman depan, dia melihat Jupiter tengah tertidur pulas di dalam kandangnya yang indah.

Dolly memerhatikan Jupiter dengan seksama. Memandangi bulunya putih-abunya yang halus dan lebat, yang mungkin akan terasa sangat lembut di tangan. Dolly memutuskan mendekatinya. Tanpa rasa takut sama sekali, dia membelai kepala Jupiter. Hanya seperkian detik, ketika Jupiter terbangun dengan waspada, dia langsung menggigit pergelangan tangan Dolly yang menurutnya akan menyakitinya.

Dolly meringis kesakitan dan mencoba menarik lengannya diantara gigi-gigi tajam Jupiter yang menyakitkan. Tapi toh sekuat apa pun dia berontak, Jupiter malah menggigitnya makin dalam hingga mengeluarkan darah. Bukan main sakitnya. Tapi Dolly cepat belajar, jika memberontak tidak akan menghasilkan apa-apa. Jadi dia membiarkan saja Jupiter menggigitnya.

"Jupiter!"

Anjing itu langsung melepaskan gigitannya, lalu menggonggong senang. Dia berlari ke arah Mars yang berdiri di depan pintu utama, sehabis pulang kerja. Jupiter kembali mengelilingi tubuh Mars sambil sesekali mengelus-eluskan tubuhnya ke kaki pria itu. Sementara Mars memandang murka melihat Dolly yang hanya duduk meringkuk sambil menenggelamkan wajahnya. Mars bisa melihat darah mengucur di pergelangan tangan gadis itu, tapi dia memilih tak peduli.

"Ayo masuk!" Mars membuka pintu lalu masuk bersama Jupiter, sementara kedua ajudannya kembali berjaga di depan gerbang. Dolly lalu berdiri lalu berlari-lari kecil ke samping rumah, menuju halaman belakang. Dia masuk ke dalam ruang pengasingannya yang gelap hanya untuk merobek sedikit ujung bajunya yang berbahan kaus. Kemudian dia beranjak ke kamar mandi kecil yang amat tidak layak, yang sudah menjadi kamar mandi pribadinya beberapa hari ini, untuk membasuh lengan kurusnya dari darah, lalu mengikat bekas gigitan Jupiter dengan robekan kausnya tadi. Setelah itu dia bergegas ke ruang makan, dimana Mars sedang manyantap makan malamnya, lalu Dolly bergabung bersama Jupiter di lantai, dengan posisi duduk meringkuk favoritnya. Lonceng kecil di lehernya bergemerisik setiap kali dia bergerak. Dan suara itu membuat Mars jengkel luar biasa.

Dia bangkit dari kursi hanya untuk menendang seng makanan milik Dolly hingga remah roti jatahnya berhamburan ke lantai. Sementar Dolly tersentak kaget melihat makanannya hilang, Jupiter justru tampak tak terusik menikmati jatah sereal anjingnya dengan anggun dan perlahan.

"Rasakan!" Mars mendengus puas. Dia kembali menikmati sajian makanan mewahnya dengan berisik, bermaksud mengusik Dolly, namun gadis itu tak bergeming sama sekali. Aroma masakan yang terhidang di meja Mars memang sangat menggiurkan seperti bau surga, sesuatu yang mustahil diraihnya. Jadi sementara aroma sapi panggang menguap di udara, dia memilih meratapi jatah makannya yang tercecer di bumi dengan sia-sia.

##########################

Malam itu Dolly duduk meringkuk di disudut kamarnya dengan mata nyalang. Dia tak bisa tidur karena kelaparan. Tak peduli betapa dinginnya lantai keramik alasnya tidur, Dolly memilih memerhatikan perutnya yang belum terisi sama sekali. Dia memutuskan untuk keluar. Angin malam yang menusuk tulang menyambutnya dengan kencang. Suasana di luar begitu terang karena sinar purnama. Dolly mendongak hanya untuk menikmati cahaya indah yang menyebar ke sekelilingnya dengan megah. Berbeda jauh dengan ruangannya yang gelap gulita.

Dolly berjalan ke halaman depan. Dia berjalan jongkok dengan sangat pelan ketika dilihatnya Jupiter tengah tertidur pulas di kandangnya. Tentunya Dolly tidak ingin mengusik Jupiter seperti tadi petang, karena tujuannya sekarang adalah rerumputan hijau yang dicabutnya sepanjang halaman. Dolly memerhatikan rerumputan itu dengan seksama. Mengingat ketika ibunya dulu sering tertidur di sofa dengan mabuk parah, sementara televisi dibiarkan menyala. Dia ingat ada banyak hewan yang bisa bertahan hidup memakan rerumputan. Dia pikir itu tidak masalah jika dia mengikuti jejak yang dilihatnya di televisi, di mana sapi, kerbau dan domba dibiarkan berkeliaran di padang rumput yang hijau sambil menikmati makanan.

Berbekal pengetahuan itu, Dolly mulai mengambil batang rumput yang panjang. Dia menggigit rumput itu perlahan, lalu mengunyahnya. Rasanya keras, hambar dan sedikit pahit. Tapi tidak masalah. Dolly melanjutkan makannya. Tidak menyadari ketika mata menyala Jupiter sudah terbuka dan memerhatikannya.  

##############

Sudah hampir sebulan berlalu, dan butuh waktu seminggu bagi Dolly untuk tidak membiarkan Mars membuang makanannya. Dia bersikap sangat baik. Bangun sebelum penghuni rumah bangun, dan tidur sesudah penghuni rumah teridur. Bisa dibilang dia hanya tidur empat jam setiap hari. Meski tanpa alarm atau cahaya yang memadai, Dolly bisa tahu kapan waktu pagi menjelang dan dia segera membereskan rumah sebelum Mars memiliki alasan untuk memukulnya lagi.

Dolly bersiaga di ruang makan bahkan sebelum Mars mau pun Jupiter datang. Dia tahu Mars tidak menyukai sikap keterlambatan serta cara makannya yang bar-bar. Jadi Dolly pun akhirnya belajar untuk makan lebih perlahan seperti yang Jupiter lakukan. Jatah makannya pun selalu sama setiap hari. Remah roti. Atau segenggam rumput setiap malam. Dan Dolly tidak menyadari berat badannya yang turun drastis karena hal itu. Dia hanya mengerti satu hal, bahwa dengan makan bisa membuatnya bertahan hidup. Dan untuk makan dia harus bekerja keras dan baik. Atau patuh. Satu-satunya pelajaran yang diajarkan ibunya dulu.

"Sudah kukatakan aku tak ingin memberi pinjaman kepada perusahaan yang nyaris bangkrut itu! Kaupikir kemanakan otakmu itu, hah?!" Mars berteriak keki kepada lawan bicaranya di telepon.

"Mars, perusahaan itu sangat berpotensi untuk bangkit kembali. Paling tidak kau harus menjadi pemilik saham terbesar di sana, agar kapan saja kau bisa mengakuisi perusahaan itu. Apa ruginya menanam modalmu di sana? Toh jika pun nanti memang bangkrut, kau hanya akan kehilangan satu persen kekayaanmu itu, kan? Tapi bayangkan jika perusahaan itu berkembang. Kau akan menambah pundi-pundi uangmu dua kali lipat, Dude!" Samuel, kawan sekaligus tangan kanan Mars memberinya pengertian. Mars merenung sebentar. Perusahaan telekomunikasi jaringan internasional milik keluarga Thomford itu memang menjanjikan. Hanya karena persaingan zaman yang semakin ketat, serta kurangnya sentuhan tangan-tangan ahli, perusahaan itu kini sudah diambang kehancuran jika saja tidak memiliki modal tambahan, sementara para pemilik sahamnya sudah berlomba-lomba menjual saham mereka dengan harga murah karena tidak ingin terkena imbasnya.

Mars merenung sejenak.

"Mars? Mars..!" suara Samuel pun tidak diindahkannya.

"Dengarkan aku, Mars. Jika dalam waktu 2x24 jam kau tidak mengambil keputusan, maka perusahaan RedBlue akan mengakuisi pabrik itu dan menjadikannya salah satu milik mereka!"

Jantung Mars berdentum dengan hebat.

"Siapa kaubilang yang akan mengakuisi perusahaan itu?" tanyanya tak yakin.

"RedBlue, Mars. RedBlue! Perusahaan pesaing besar kita milik keluarga Kewsson."

Martini Albert Kewsson. Mars mendengus.

Sial!

To Be Continue_

Ternyata permintaan saya yang 30 vote muluk banget ya. Kalau begitu 10+ vote juga gapapa deh.

Part selanjutnya akan saya dedikasikan untuk pengomentar pertama di cerita ini ^^

Terima kasih.

SheSpica.

The PrisonerWhere stories live. Discover now