8- Another Prisoner

8.5K 605 20
                                    

Untuk kalian yang teramat sabar menunggu...

Thank you.


Mata Mars terbuka. Kegelapan yang remang menyiksanya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali demi menyesuaikan cahaya yang disangkanya ada. Namun sia-sia. Dia merasa buta karena denyut menyakitkan yang menyerang kepalanya. Sekujurnya tubuhnya terasa remuk dan perih. Dan ketika dia hendak menggerakkan badan, barulah dia menyadari bahwa kedua tangan dan kakinya terikat oleh rantai. Juga Suasana ruangan yang begitu pengap dan mengganggu indera penciumannya. Mars hendak memegang kepalanya yang sakit untuk mengingat apa yang telah terjadi padanya, namun rantai yang keluar dari tembok itu menahannya.

Kekesalan Mars muncul dengan segera. Dia menarik-narik tangannya yang terpasung seolah kekuatan amarahnya yang dahsyat akan mematahkan rantai pengikat itu. Dan tentu saja sia-sia. Dengan wajah frustasi dan terengah-engah, akhirnya ingatan itu datang juga. Ingatan ketika dia tengah menelepon Samuel, sebelum tiba-tiba mobil yang dikendarainya berdecit dengan suara yang memilukan, lantas terguling hingga membuatnya pingsan tak berdaya.

"AAAARRRGGGHHHHHH!!!!!!" Mars berteriak marah meluapkan emosinya.

"Well, well, well, well... akhirnya tawanan ini bangun juga."

Mars tersentak. Dia melotot ke arah kedatangan seorang pria dari balik pintu besi yang mengurungnya. Pria yang teramat dikenalnya, yang seolah sudah tersadar, Mars menggeram dengan amarah yang tak bisa dilampiaskannya.

"Martini...."

Pria itu berdiri dengan menjulang di hadapan Mars yang terduduk lemas tak berdaya. Dia bertolak pinggang dengan congkak.

"Senang akhirnya bisa membuatmu berlutut di hadapanku, Mars."

Mars mendesis. "Berlutut? Aku bahkan tidak menundukan mataku padamu. Dan hanya karena kau berdiri sementara aku duduk terpasung, itu bukan berarti aku tunduk padamu."

Martini mendecak, "seharusnya kuingatkan padamu bahwa posisimu sekarang sangat tidak memungkinkan untuk melawanku, Mars. Tapi tentu saja aku tidak akan meladeni niat baikmu untuk membuatku marah. Karena bagaimana pun, yang akan kulakukan beberapa hari lagi akan membuatmu menelan kembali amarahmu untukmu sendiri." Dia menyeringai dengan keji. Sangat jelas menggambarkan rencana-rencana busuk yang akan dilakukannya sementara menawan Mars di sini.

"Jangan berani-beraninya kau—"

"Ck, ck, ck..." Martini memotong sambil melambai-lambaikan telunjuknya ke wajah Mars. "Mana mungkin aku berani berbuat sesuatu yang jahat padamu, Mars. Kecuali tentu saja berbeda ceritanya jika aku langsung membuatmu mati."

Tawa Martini membahana seiring kepergiannya dari ruangan itu. Meninggalkan Mars seorang diri, menggertakan giginya karena frustasi tak bisa melakukan sesuatu sama sekali.

###############

Martini mungkin sukses menculik Mars sehingga dia bisa menjalankan rencana selanjutnya. Begitu pun dengan menculik gadis yang sudah seperti anjing yang menjilat-jilati kaki Mars. Dolly. Menawan gadis itu sekaligus memang sudah masuk rencananya. Martini selalu memimpikan Dolly sejak pertemuannya dengan gadis itu beberapa minggu lalu. Dan menurut anak buahnya, yang diberi pekerjaan menguntit Mars untuk bisa mendapatkan celah menculik pria itu, Dolly selalu menjadi penghalang tiap kali anak buahnya ingin menembak Mars dengan panah bius. Dolly seperti memiliki insting kuat ketika Mars dalam bahaya. Tidak salah jika Mars menjadikannya anjing.

Martini mendesis. Membayangkan gadis terkasihnya diperlakukan seperti hewan peliharaan benar-benar membuatnya murka. Mars memberikan alasan lain untuk membencinya. Dan itu sudah cukup besar untuk mempertahankan kemarahan Martini kepada lelaki itu. Namun kini...

The PrisonerOnde histórias criam vida. Descubra agora