14- The War

8K 502 107
                                    

Keesokan harinya, Mars memaksa membawa pulang Dolly dari rumah sakit secara sembunyi-sembunyi. Karena surat ancaman itu, Samuel dan dokter pun tak bisa melarang lagi. Mereka keluar melalui pintu belakang rumah sakit dan menggunakan mobil ambulan tanpa satu pun mobil penjagaan. Semua itu dilakukan agar mereka tidak terlihat mencolok dan menghindari kemungkinan mereka akan diserang lagi di tengah jalan. Bahkan demi membuat kamuflase seolah Dolly masih berada di ruang rawatnya, semua penjaga Mars masih tetap berdiri di posisi masing masing di dalam dan di luar rumah sakit. Untuk menghindari adanya mata-mata Martini, Samuel pun memberikan perintah sehening mungkin kepada seluruh pasukannya untuk tetap bekerja tanpa melakukan perbuatan mencurigakan apa pun yang bisa membongkar rencana pelarian mereka dari rumah sakit.

Rencana Mars berjalan mulus ketika ambulan tiba di rumahnya saat matahari belum tinggi. Sementara Mars dan sang dokter―yang juga dibawa serta Mars pulang― tengah menurunkan Dolly dengan hati-hati, Samuel dengan ponselnya segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke rumah Mars dan melakukan brigade ketat dua kali lipat.

Dolly didudukkan di kursi roda saat memasuki rumah. Ketika suara Jupiter menyalak, Dolly terhentak seolah baru saja disadarkan dari lupanya. Sementara kursi rodanya di dorong hati-hati oleh seseorang, Dolly menatap lurus ke depan, memerhatikan setiap sudut rumah dimana semua penyiksaan yang dilakukan oleh Mars padanya masih tampak nyata dan terasa oleh inderanya. Kulit Dolly mendadak menggigil di luar kehendaknya. Satu tangannya yang utuh bahkan mencengkram pegangan kursi roda dengan erat.

Dia melirik sebuah pintu yang terhalang dinding dapur saat kursi rodanya mendekat ke sana. Di balik pintu itulah tempat Dolly bernaung di rumah Mars. Dolly sudah sangat yakin Mars akan membawanya ke tempat itu, ketika tiba-tiba kursi rodanya berbelok ke arah tangga melingkar di tengah ruangan. Belum habis keterkejutan Dolly, dia merasakan tubuhnya melayang dalam dekapan yang terasa mantap. Mars menggendongnya dan tak ayal dada Dolly berdebar-debar. Hanya sesaat dadanya yang tertembak itu terasa sakit, namun kehangatan yang diberikan Mars mengalihkan perhatiannya. Tangan Dolly secara refleks bergayut di leher jenjang lelaki itu hingga kedekatan mereka semakin terasa.

Mars membawanya menaiki anak tangga. Dolly memutuskan untuk berhenti menatap wajah lelaki itu dan mengalihkan pandangannya pada sang dokter yang berjalan tepat di belakangnya sambil memegangi selang infusnya agar tetap terpasang aman di lengan kiri Dolly. Mars membuka sebuah pintu, lalu dinginnya udara di luar langsung menghilang oleh penghangat ruangan yang membalut Dolly. Dengan hati-hati, Mars menidurkan Dolly di kasur besar yang begitu empuk dengan selimut tebal yang membuainya dalam kehangatan tak bertepi. Dolly melenguh pelan menikmati kenyamanan itu. Matanya terpejam karena mendadak terasa perih. Dia hampir saja menangis lagi menerima perlakuan berbeda Mars. Dolly ketakutan bahwa ini hanyalah mimpi dan ketika dia membuka mata, segala kebaikan ini buyar menjadi tiap jejak asa.

"Segera pasang semua hal yang dibutuhkan!" Mendengar suara Mars memerintah kepada dokter yang merawatnya, Dolly membuka mata kembali dan menemukan fakta bahwa hal yang dirasakannya kini adalah nyata.

Dolly melenguh pelan merasakan kenyamanan tempatnya berbaring dan kantuk menyerangnya tiba-tiba. Dia tidak lagi mendengar percakapan Mars dan Sang Dokter, bahkan ketika tangan Sang Dokter dengan teliti memeriksa kondisinya. Dolly hanya tahu bahwa dia tengah di bawa kembali ke alam mimpi, dan bertemu dengan sosok yang dirindukannya sekali.

******************

"Dia hanya tertidur," Dokter memberitahu Mars yang tampak panik ketika melihat mata Dolly tiba-tiba terpejam. Mars menghembuskan napas lega, lalu dia mengambil kursi dan duduk di hadapan Dolly. Dia tidak tahu bahwa kehadiran Dolly kini memberikan pengaruh besar bagi ketenangan hatinya. Melihatnya berbaring lemah, dengan wajah tirus dan pipinya yang cekung, juga satu tangan yang hilang selalu berhasil membangkitkan rasa bersalah Mars sampai ke ubun-ubun. Mars mencengkran wajahnya sendiri untuk merutuki kebodohannya. Menyalahkan semua perbuatan buruknya selama ini kepada Dolly yang kini berada di kondisi menyedihkan sekali.

The PrisonerWhere stories live. Discover now