Sembilanbelas

1.6K 311 25
                                    

Gue sama Lucy pamitan ke bunda yang lagi beres beres kamarnya. Jam udah nunjukin jarumnya ke angka 6 sama 9. Iya, jam 6 kurang 15 menit.

"Buun, aku sama Lucy berangkaat." Gue cium tangan bunda.

"Ini ini buat bekel," bunda ngeluarin duit warna merah dua lembar dari dompetnya. "Bedua ya, harus ngirit."

"Wiiih siap bun terimakasiii."

"Bunda ikut ke sebelahnya ah."

"Ayok!"

Gue sama Lucy bawa ransel, isinya kebanyakan minum, takut cape, hehe.

Pas udah nyampe depan rumah para abang, udah keliatan banyak orang ngumpul di teras rumah.

UDAH ADA KAK JENNIE SAMA KAK ROSA OMG CANTIK BANGET MEREKA.

UDAH ADA KAK JENNIE SAMA KAK ROSA OMG CANTIK BANGET MEREKA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue sama Lucy diem depan pager. Bunda udah balik karena udah liat ada kak Rosa sama kak Jennie.

Semenit liatin mereka sibuk sendiri, akhirnya kak Rosa nyadar gua sama Lucy diem depan pager dari tadi. Akhirnya, kak Rosa bukain pager.

"Kenapa ga masuk aja kaliaan," katanya.

Gue sama Lucy cuma senyum senyum geer aja diajak ngobrol ama cewe cantik.

"Eeh udah dateng," bang Danial liat gue sama Lucy dirangkul ama kak Rosa.

AMPUN DAH TERBANG GUE KETEMU IDOLA.

"Udah pada sarapan belum?" tanya kak Jennie.

"Be-udah kok kak," jawab gue.

"Hayoo jangan boong, ayo sarapan duluu di dalem ada roti ama susu tuh." Kak Rosa nunjuk ke dalem, ruang tengah.

"Ga us-"

"Makan." Bang Ijay nyodorin roti sama susu ke gue.

"HAHAHAHA KAK IJAAY." Kak Rosa sama kak Jennie ketawa.

"Lucy, makan dulu nih," ini kak Wowo yang ngomong.

"Makasih kaak," Lucy nerima yang kak Wowo kasih. Sementara gue masih matung.

"Makan Zaaa." Bang Ijay nyimpen gelas susu yang dia bawa di meja teras, dan nyuapin roti ke gue.

"Masih pagi.." bang Yudha ketawa kecil.

Lucy ngetawain gue.

TIN TIIN!!

"BERANGKAT BERANGKAAAT!" Bang Juna teriak dari dalem mobil. Di belakangnya ada mobil yang dikendarain sama bang Hafizh.

"Siapa mau ikut akuu?" Tanya kak Rosa.

"AKU!!" Gue sama Lucy teriak barengan.

Kak Rosa ketawa, "Kamu sama aku ya, kamu sama Jennie, gapapa kaan?" Kak Rosa nyuruh gue sama kak Jennie. YA GUE MAH NERIMA AJA.

"Okai kak."

Gue sama Lucy misah. Gue semobil ama bang Hafizh, kak Jennie, bang Yudha, bang Danial, bang Ijay. Lucy semobil ama sisanya, kak Rosa, bang Juna, bang Bobby, kak Wowo. Kebetulan, mobil om nya kak Wowo emang kecil, jadi berlima cukup.

Bang Hafizh sama kak Jennie duduk di depan. Di tengah ada bang Yudha sama bang Ijay. Di belakang, ya sisanya. Gue sama bang Danial.

Perjalanan dari rumah ke Manglayang kira kira 1 jam setengah. Jadi gue memilih untuk tidur dulu di mobil.

Baru setengah perjalanan, gue ngerasa mobil goyang goyang dan samar samar ada suara orang ngomong.

"Dan tukeran lah, lu disini."

"Gamau ini rejeki gua."

"Jir dan ayolah."

"Wani piro?"

"Baso mang Jaka 3 hari berturut turut."

"Anjay mantap. Silahkan."

Gue bangun, liat bang Ijay sama bang Danial tukeran tempat dengan cara melompati kursi tengah.

Sungguh..

Aneh..

.•.

Yoksii akhirnya sampe juga di Manglayang huehue.

Gue keluar mobil, disusul ama bang Ijay yang juga keluar mobil dan langsung maen rangkul gue gitu aja.

"...eh..?"

Bang Ijay liatin gue, masih rangkul gue, dan ngomong "Kan tau di gunung mah banyak yang gitu gitu. Kamu deket abang terus, ga boleh kemana mana nanti ilang."

"KAK IJAY MAH MODUS!" Kak Rosa teriak.

"Resmiin dulu kak Jay, gimana sih," lanjut kak Jennie.

Gue senyum senyum mesem aja liatnya.

Sekarang jam 7 lebih dikit, gue sama rombongan langsung masuk dan mulai mendaki-

Ekspektasi gue tentang Manglayang memang ga tersampaikan disini. Oh ya, ini pertama kali gue ke Manglayang, padahal gue idup di Bandung udah belasan taun.

Seratus meter pertama, masih biasa. Dengan tangan kanan yang terus digandeng sama tangan kiri bang Ijay, gue masih gapapa.

Jangan dilepas aja gimana bang? Heheh.

(((yang nulisnya baper)))

Jarak ke 400 meter.

Ekspektasi gue tentang Manglayang makin terkubur, karena muncul teriakan dari belakang rombongan. Bang Ijay megang tangan gue tambah keras, pasti dia juga denger itu.

Hhh.

Rasanya, gue mau pulang aja.

My J✔Where stories live. Discover now