Enambelas

1.5K 323 15
                                    

JANGAN LUPA VOTENYA YAAAK

Ini diaa, hari Jumat, hari dimana gue bakal nemenin bang Ijay buat ziarah.

Sekarang gue udah ada diatas motor sama bang Ijay. Udah lima belas menit jalan. Sekarang jam satu siang.

"Eeh ko kesini bang?" tanya gue.

Iya, ini bang Ijay malah belok ke rumah sakit.

"Ada yang perlu diurus sebentar."

"Ah.. Oke.."

Gue ikutin bang Ijay di belakangnya. Bang Ijay keliatan agak buru buru, gatau deh kenapa.

Ternyata, dia berenti di tempat administrasi. Gue akhirnya diem di sebelah dia, kepo.

"Ooh Izhar, buat pasien atas nama Nikita Putri Anggita ya?" tanya petugasnya.

Bang Ijay ngangguk.

Gue? Bingung garis keras. Kening gue udah ngerut dari tadi, jantung tiba-tiba dugun dugun, keringet dingin ngalir. Lebay euy.

"Oke, xx juta, seperti biasa cash ya."

"Makasih bu."

"Sama sama."

Bang Ijay ngebalik, jalan sambil liatin bukti pembayaran dan dia masukin ke tas kecilnya.

Gue masih bingung.

"Bang...."

"Ayo cuss makam."

Gue jadi kesel.

.

Sampe juga di pemakaman paling besar di Bandung.

Bang Ijay nuntun tangan gue selama di kuburan, dan akhirnya berenti di satu makam, dimana di nisannya bertuliskan nama

Hasan Deva Adytama

Gue kaget banget. INI MAKSUDNYA APAAN.

"BANG, PLIS, AKU UDAH GA BISA NAHAN, INI APAAN SIH MAKSUDNYA?"

"Shhh, ga boleh ngomong keras keras di kuburan. Sini duduk." bang Ijay nepuk nepuk tempat sebelah dia, nyuruh gue duduk di situ.

"Jelasin bang tolong."

"Nah Zaraa.. Sekarang Zara tau kan apa alasan abang setiap hari Jumat ga bisa jemput Zara?"

Gue gelengin kepala.

"Abang tiap Jumat bayar biaya rawatnya Niki temenmu Za. Kadang abang temenin Niki dulu sebentar, selama ibunya ngambil baju ke rumah."

Gue masih ga paham.

"Kenapa abang ajak Zara kesini? Biar Zara tau, orang ini yang nabrak temen kamu. Orang ini, Hasan, dia sepupu abang. Orang tua Hasan selalu titipin duit buat bayaran rawat Niki ke abang, sebagai tanggung jawab."

Gimana....

"Nah, buat pertanyaan kamu, abang kenal Niki atau enggak, jawabannya kenal. Karena bibi abang selalu minta tolong abang buat bayar biaya rumah sakit."

"Pake uang abang?"

"Ya enggak, pake uang orangtua Hasan, paman bibi abang."

"Tapi kok kemaren kemaren Lucy liat abang ngobrol sama Niki di depan rumah abang?"

"Ah itu ma-"

"Niki masih idup kan bang?"

"Masih.." Suara ini. Hasan!

Gue langsung tengok ke arah sumber suara. Bener aja, ada Hasan disana.

"Ternyata kalian bener bener kenal, deket juga ya. Kapan nih resminya?"

"Hasan?"

"Halo bang, wassup? Lama ga ketemu ya." Hasan malah senyam senyum tanpa dosa. Sementara bang Ijay keliatan banget kagetnya.

"Hasan ngapain disini!!"

"Lah? Zara kenal Hasan?"

"Kenal bang, dia sering ke sekolah aku."

"Hehehehehehe." Hasan ketawa.

"Ko Zara ga bilang?"

"Ya ngapain juga bilang bang, aku kan ga tau kalo Hasan sepupu abang."

"Udah jangan ribut. Makasih bang udah rajin kesini. Tar di surga kita maen ps bareng lagi yow."

"Ga lucu San, gue cabut," kata bang Ijay.

"Ih si abang, kangen berat sama gue ya."

"Zara ayo pergi." bang Ijay narik tangan gue.

"Hahahaha, hati hati Zaraa, sakit di akhiiir!!"

Hah? Apa katanya?

My J✔Where stories live. Discover now