Stay With Me - 8

3.4K 337 24
                                    

IM YOONA POV

Apakah otaknya masih waras saat memintaku untuk menjaga putranya? Dan masalah paling bahayanya adalah tinggal di tempatnya. Apakah itu tidak gila. Aku mati-matian menahan perasaanku, dia dengan enaknya memintaku tinggal ditempatnya. Tapi memikirkan putra kecilnya itu membuatku tidak bisa menolaknya.

Akhirnya aku menganggukan kepala, tanpa memikirkan resiko kalau aku akan lebih terluka ke depannya. Setidaknya semua ini sampai eonni kembali sadar, tanpa berpikir seandainya eonni tidak akan pernah sadar kembali. Im Yoona, apakah kamu tidak memiliki otak? Aku terkadang kesal dengan diriku sendiri, aku bahkan tidak sanggup menolak apa pun permintaannya, bagaimana aku sanggup melupakannya.

Eomma memarahiku karena begitu bodoh menurutnya. Ia mengatakan semua ini tidak ada akhir yang bagus. Jika Tifanny eonni kembali sadar, aku akan terluka lebih parah dari sekarang. Dan jika Tifanny eonni tidak pernah lagi sadar, Siwon oppa juga tidak akan pernah bersamaku karena hatinya akan ikut mati. Aku tau itu, aku bahkan lebih sadar dari siapa pun, tapi aku tidak bisa mengabaikan mereka begitu saja.

Henry menghubungiku setelah beberapa minggu ia tidak mencariku,

"Ne oppa"

"Yoong, bulan depan aku akan kembali ke Seoul. Aku harap kamu akan kembali ke New York bersamaku kali ini" ujarnya

"Ne, aku berharap masalahku cepat selesai dan aku akan pulang ke New York bersamamu"

"Kamu tidak mau menceritakan apa masalahmu Yoong?"

"Ini cukup rumit oppa, aku tidak tau bagaimana menceritakan padamu"

"Kamu hanya tidak cukup mempercayaiku yoong" ujarnya, aku memutuskan panggilannya. Aku tidak ingin berdebat dengannya. Bagaimana aku menjelaskan pada kekasihku kalau masalahku saat ini adalah aku harus menjaga putra dari orang yang aku cintai itu.

***

AUTHOR POV

Siwon membeli sebuah apartement baru sementara ini untuk tempat tinggal Yoona dan putranya. Disana ada dua kamar, ia berencana setelah Tifanny sadar maka mereka akan pindah kesini juga. Ayahnya tidak mau membantunya menjaga putranya lagi karena ia ingin Siwon sadar putranya itu butuh dia. Apalagi setelah dokter mengatakan tidak ada lagi yang dipertaruhkan disini, Tifanny bertahan hanya karena alat medis yang melekat di tubuhnya. Hanya saja Siwon masih tidak ingin melepaskan semua itu.

Sudah tiga bulan berlalu, Tifanny berada di ruang ICU. Siwon sudah kembali bekerja, hanya saja ia tetap tidak ingin menyentuh putranya.

Ia kembali ke apartement tempat Yoona dan putranya tinggal. Yoona baru saja membanting ponselnya dan ia kembali duduk di meja makan, sambil mengawasi Daniel yang berbaring di storell. Yoona mengusap wajahnya tanpa menyadari kehadiran Siwon.

Siwon duduk di kursi di depan Yoona.

"Kamu kenapa?" tanya Siwon, ia melihat sekilas air mata di sudut mata Yoona.

"Oppa, berapa lama lagi aku harus disini?"

"Hanya sampai Tifanny sadar, aku mohon"

"Sampai kapan? Aku tidak tau kapan eonni akan sadar?" ujar Yoona

***

Yoona mengunjungi Tifanny di rumah sakit, ia menitipkan Daniel ke tempat eommanya. Tiba di depan ruangan Tifanny, ia melihat Siwon duduk disana. Ia masuk, tubuh eonninya semakin kurus.

"Eonni, aku tidak tahan lagi. bisakah kamu sadar sekarang? Aku tidak akan mencintai dia lagi, aku mohon. Dia hanya mencintaimu eonni" Yoona menangis sambil mengenggam tangan Tifanny.

Setelah beberapa lama berbicara dengan Tifanny, Yoona keluar. Di depan Siwon sedang berbicara dengan dokter.

"Bukankah sudah aku katakan, sampai kapan pun mesin itu bisa mempertahankan hidupnya maka selamanya aku akan mempertaruhkannya"

"Siwon a, ahjushi mengatakan semua ini karena ahjushi mengenal aboejimu. Jika saja kalian orang lain, ahjushi tidak mungkin mengatakannya" ujar dokter Lee, dia adalah sahabat tuan choi. Dokter Lee meminta Siwon untuk melepaskan mesin itu, selain tidak ada gunanya. Semua ini membuat Tifanny semakin sakit.

"Yoong a, apa yang harus aku lakukan?" Siwon memeluk Yoona

"Dia tidak memiliki detak lagi, detak ini hanya karena mesin. Buat apa kalian bertaruh, jika sudah jelas dia bertahan hanya karena mesin" ujar Dokter Lee "Seandainya dia memiliki harapan sekecil apa pun itu, ahjushi tidak akan memintamu untuk melepasnya"

"Ahjushi apakah 1% harapannya pun tidak ada sama sekali?" tanya Yoona dan ahjushi mengangguk

"Oppa, sekarang semua ini tergantung padamu. Aku,," belum selesai Yoona berbicara, dari dalam ruangan terdengar bunyi Titt yang panjang.

Siwon merosot ke lantai, dokter lee berlari masuk ke dalam ruangan. Yoona hanya bisa menangis di samping Siwon.

***

Tiga tahun berlalu sejak kepergian Tifanny, Siwon menghabiskan waktunya untuk bekerja. ia sama sekali tidak ingin menyentuh putranya. Sehun kembali ke Seoul membantunya, ia tidak meminta Yoona bekerja untuknya lagi selain menjaga putranya. Yoona ingat malam itu, setelah pemakaman Tifanny, Siwon akan membuang Daniel. Ia yang menangis dan memohon agar Siwon tidak melakukan hal kejam itu. Ia berjanji ia yang akan merawatnya. Itu alasan dia tidak pernah kembali ke New York selama 3 tahun ini.

"Mommy" Lihatlah putra kecilnya itu begitu lucu, ia memanggil Yoona dengan panggilan mommy. Walaupun ayahnya tidak menginginkannya, ia tidak kekurangan kasih sayang. Selain dari Yoona, kedua unclenya juga begitu menyayanginya. Choi Sehun dan Park Chanyeol. Ne, Chanyeol menutup cafenya dan ikut Sehun kembali ke Seoul. Setahun yang lalu Im Seulong berdamai dengannya dan ia mulai bekerja di perusahaan Appanya Yoona, dan juga appanya chanyeol.

"Anak mommy uda lapar?" tanya Yoona saat melihat Darren keluar dari kamarnya

"Daddy?"

"Daddy sedang kerja, Daniel jangan ribut, okay?"

Daniel mengangguk, walaupun dia masih kecil, ia cukup mengerti ayahnya tidak menyukainya sehingga ia tidak berani mendekatinya.

***

IM YOONA POV

Melihat Siwon oppa masih saja belum bisa menerima Daniel, aku sangat sedih. Bagaimana bisa ia memiliki hati yang begitu keras. Bahkan ia tidak menerima darah dagingnya sendiri. aku juga sadar kalau ia begitu mencintai tifanny sehingga ia begitu terluka kehilangan dirinya. Semua ini sudah berlalu 3 tahun dan ia masih saja belum melupakannya. Hanya ada aku yang selalu menemani Daniel.

"Oppa, Daniel akan mulai sekolah minggu depan" ujarku saat aku melihat dia berjalan ke ruang kerjanya. Setidaknya ia harus tau kalau anaknya sudah besar dan akan mengerti jika ayahnya bersikap begitu padanya.

"Aku tidak peduli" ujarnya

"Oppa"

"Bukankah kamu yang menginginkannya, maka rawatlah dia. Jika bukan karenamu, aku sudah membuangnya" aku tidak percaya ia mampu mengatakan kata-kata seperti itu. Bagaimana pun Daniel adalah putranya, kenapa Choi Siwon pria yang aku cintai menjadi begitu kejam.

"Sebaiknya oppa jaga ucapan oppa. Jangan sampai oppa mengatakannya lagi, Daniek akan sangat sedih"

"Dia adalah sesuatu yang salah, dia tidak seharusnya hadir" teriak Siwon oppa di hadapanku. Tapi apakah semua ini kemauan Daniel, tentu saja bukan. Semua ini takdir Tuhan, tapi Siwon oppa tidak akan pernah mengerti selama ia menutup hatinya. Aku tau ia bahkan tidak pernah lagi berdoa sejak kepergian tifanny eonni.

"Baiklah oppa, jika bagimu dia adalah sesuatu yang salah tapi dia bagiku adalah segalanya, aku menyayanginya seperti anakku sendiri" ujarku dan aku mencintainya sama seperti aku mencintai ayahnya, tambahku dalam hati. Aku mencintai Siwon oppa, aku masih sangat mencintainya tapi aku tau tidak akan pernah bisa memilikinya.







TBC

Stay With MeWhere stories live. Discover now