Setelah Arnold membersihkan tubuhnya ia langsung menuju walk in closet, Arnold memakai celana pendek dan kaus berwarna abu-abu.

Arnold memakai pakainnya dengan terburu-buru, ia melakukannya seperti orang yang ketakutan. Setelah Arnold memakai pakaiannya, ia langsung keluar dari kamarnya dan menuju lantai utama mansionnya.

"Sasha! Sasha!" panggil Arnold sembari berjalan mendekati meja makan yang ukurannya sangat besar dan banyak kursi yang tersusun rapi disisi kanan dan kirinya.

Sasha menghampiri Arnold dengan langkah yang sedikit berlari, "I-iya tuan," balas Sasha dan mengatur napasnya perlahan.

"Buatkan aku kopi," perintah Arnold pada Sasha yang notabenenya adalah kepala pelayan di mansion Arnold.

"B-aik tuan," balas Sasha dan berlalu pergi dari hadapan Arnold.

Kopi adalah minuman yang disukai Arnold setiap pagi hari. Entah sedang baik atau buruk pikiran dan hatinya, ia tetap akan meminta Sasha untuk membuatkan kopi setiap pagi. Sasha sudah sangat sering memberi nasehat pada Arnold bahwa kopi sangat tidak baik untuk kesehatan jika diminum terus-menerus, tapi sepertinya omongon kepala pelayan itu tak digubbris dan tak didengarkan oleh Arnold, mungkin.

Ivanna menuruni anak tangga satu persatu, ia kelihatan lebih cantik dan menarik saat ia sudah membersihkan tubuhnya. Ivanna menuju kursi yang ada disebelah Arnold.

Arnold duduk dikursi yang menghadap kesebelah utara, ponsel yang ia genggam tampaknya lebih menarik dibanding kehadiran Ivanna yang sudah duduk tepat disebelahnya.

Sasha menghampiri Ivanna dan Arnold yang sudah berada dimeja makan dengan gelas yang berisikan kopi pesanan Arnold.

Sasha tersenyum saat melihat Ivanna menyapanya dengan senyuman yang memesona, "Pagi Nona," ucap Sasha.

"Pagi juga Sasha."

Arnold melihat Ivanna yang sudah berada disebelahnya, tapi ia tak menghiraukannya. Arnold malah merasa lebih asik dengan ponselnya.

Sasha meletakkan gelas yang ia bawa tadi dihadapan Arnold. Ivanna melirik gelas yang berisikan kopi itu dan menggeleng tak suka kearah Arnold, "Cobalah untuk tidak membiasakan dirimu dengan minuman seperti ini. Selain tak baik jika diminum terus menerus, kopi juga bisa menimbulkan penyakit yang berbahaya jika tak diminum sesuai porsi dan sesuai jamnya." tutur Ivanna menasehati Arnold.

Arnold masih tak menghiraukan Ivanna, ia masih terus mengutak-atik ponselnya.

"Apa kau mendengarku?" tanya Ivanna.

Arnold seakan tak peduli dengan apa yang dikatakan Ivanna padanya, ia malah semakin gencar mengutak-atik ponselnya.

"Hei!" pekik Ivanna merasa kesal. Sepertinya Arnold takkan pernah merasa puas untuk membuat Ivanna kesal dan marah.

Melihat Arnold yang tak menghiraukannya sama sekali, Ivanna mengambil paksa ponsel yang ada digenggaman Arnold tadi.

Arnold menaikkan alisnya, "Apa lagi?"

"Apa kau tidak mendengarku sejak tadi?" balas Ivanna kesal.

"Memangnya kau berkata apa tadi?" ucap Arnold seolah tak mendengar sama sekali perkataan Ivanna tadi, padahal telinganya masih sangat jelas mendengar nasehat gadis itu tadi.

"Arrgghh! Aku tadi bilang jika kau terus meminum kopi, itu tidak bagus untuk kondisi kesehatanmu nanti." tutur Ivanna menahan kekesalannya.

"Oh begitu ya?" balas Arnold yang menaruh tangannya sebagai tumpuan dagunya.

Ivanna bangkit dari duduknya, "Bisa tidak, disaat ada yang menasehatimu kau tidak memberi respon yang seperti itu?" ucap Ivanna yang semakin merasa jengkel dan kesal pada Arnold.

"Hmm.." Arnold memasang ekspresi seperti orang yang sedang berpikir, "Tidak, tidak bisa." sambungnya lagi.

"Kau memang harus memanggil seorang psikiater!" tutur Ivanna dan pergi meninggalkan meja makan. Ponsel yang ia ambil tadi masih ada padanya, namun Ivanna membawanya kedalam kamarnya.

Arnold tertawa pelan, mengapa rasanya sangat senang jika terus membuat Ivanna seperti itu? batinnya. Entah ia gila atau tidak, tapi Arnold sangat menyukai saat dimana ia membuat Ivanna merasa kesal dan marah, karena ekspresi Ivanna pada saat itu sangat menggemaskan dan lucu-menurut Arnold.

Arnold menyeruput kopinya, memakan roti yang sudah dilapisi mentega dan didampingi oleh scramble egg.

Ivanna tampak terus mengumpat dan menggerutu akibat ulah Arnold pada dirinya. Saat ia ingin berbuat baik, pasti Arnold selalu membuatnya kesal dan malah mempermainkannya.

Ivanna mengunci pintu kamarnya agar Arnold tak bisa masuk dan ia langsung menuju ranjang dan duduk diatasnya.

Ivanna tersadar bahwa ia tak sengaja membawa ponsel Arnold, yang ia ambil secara paksa karena saat Ivanna berbicara, Arnold malah tak menghiraukannya.

Ia memeriksa ponsel Arnold yang tak dikunci itu dengan seenaknya. Sepertinya ia tak takut jika Arnold mengetahuinya.

Tbc.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz