69. The Unforgiven

Start from the beginning
                                    

Tiba-tiba saja gadis itu tertawa.

"Ternyata itu kau," ucapnya. "Apa yang akan kau lakukan dengan itu? Jangan bilang kalau akan menggunakannya untuk melepaskan segel laknat ini. Berlian Silvana tidak punya pengaruh apa pun padaku!"

"Bukankah kau meminta jaminan? Sudah kubilang kita punya pikiran yang sama. Ini yang sedang kutawarkan padamu sebagai jaminan: berlian yang jadi kontrol Silvana.. kau tidak bisa menggunakannya bukan?"

Kenapa laki-laki itu bisa tahu? Berlian yang jernih berasal dari Silvana, sedangkan berlian hitam diciptakan oleh Quon. Semua orang bisa menggunakan berlian itu sesukanya. Tapi Silvana tidak akan bisa mengontrol berlian hitam, Quon pun tidak bisa menjamah berlian yang asli.

"Aku tidak butuh kontrol atas anjing Silvana!" Untuk alasan yang belum pasti, Quon membenci Kia, sama seperti dia membenci Argent. Prasangka yang menghantuinya ketika ditidurkan paksa dan terperangkap dalam segel vivarium, menggiringnya menuju ke spekulasi terburuk.

Ghaloth melangkah mendekati gadis itu dalam diam. Untungnya Quon tidak menepis saat Ghaloth meraih telapak tangannya lalu meletakkan serpihan berlian tadi ke atasnya.

"Gadis yang malang..," bisik Ghaloth saat membuat tangan Quon menggenggam berlian itu. Dengan manik matanya yang gelap, dia berhasil mengunci tatapan gadis itu supaya terus melekat. "Aku hanya sedikit memantrainya, jadi kau akan bisa melihat apa pun yang telah disembunyikan dengan baik oleh orang-orang di sekelilingmu."

Alis Quon bertaut. Dia sungguh-sungguh tidak mengerti apa yang sedang Ghaloth sampaikan padanya.

"Kematian tunanganmu-Mikhail."

Sekujur tubuh Quon menegang begitu mendengar nama laki-laki itu disebut. Pikirannya mengawang selama beberapa detik. Kilas balik ingatan yang menerjangnya berputar begitu cepat. Selama bertahun-tahun ikut merasakan kesakitan yang mendera Silvana, luka yang diakibatkan oleh kematian Mikhail adalah yang paling menyakitkan. Napas Quon memburu, beserta wajahnya yang memerah nanar.

"Aku sedang berbaik hati membuka topeng orang yang telah membunuh Mikhail.." Ghaloth berbisik dengan mulut yang hanya beberapa inci dari telinga Quon. "Saat kau siap.. kita akan membuat Oltra jatuh. Dan ketika itu tiba, jadilah ratuku. Dendammu, akan jadi dendamku juga."

Quon bergeming. Ghaloth tersenyum tanpa gadis itu tahu.

"Tapi sebelumnya.. mari kita hancurkan lebih dulu.. segel yang memasungmu ini."

***

Ini sudah yang kedua kalinya Rife melihat Var yang membisu bagai boneka porselen. Dia nyaris tidak keluar kamarnya di rumah yang mereka tempati sementara di Vighę. Panggilan Rife pun tidak sekali pun digubris. Rife yang tahu penyebabnya pun tidak dapat melakukan apa pun dan hanya bisa mengawasi.

Vighę gempar. Beritanya mungkin juga mengejutkan berbagai pihak sampai keluar negeri. Ranoor dan Raveann bahkan telah mengirim utusan untuk hadir di acara pemakaman terakhir Silvana. Hari ini menginjak hari ketiga sejak gadis itu dinyatakan meninggal.

Pintu ruangan diketuk. Masuk Areah yang secara mengejutkan disusul oleh Kia. Rife makin tercengang melihat laki-laki itu juga tengah menggendong Fiona meski hanya menggunakan satu tangan. Kia menurunkannya, dan gadis itu langsung bergerak menyembunyikan diri di belakangnya.

"Kenapa kalian membawanya ke sini?" Fiona belum pulih benar-Rife sangat tahu itu saat melihat wajahnya yang kuyu dan tubuhnya yang ringkih. Dia bahkan menghindari tatapan Rife dengan langsung bergerak menjauh.

"Upacara pemakamannya tidak akan dilaksanakan," kata Areah tiba-tiba.

Upacara pemakaman? Maksudnya Silvana?

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now