25. The Death

16.2K 1.1K 74
                                    


Kith, kurang dari tiga hari sebelumnya.

Var mengeluarkan Nii dari istal. Hampir semua jatah waktu siswa-siswa Gihon terkuras dengan membantu pembangunan kembali rumah-rumah untuk pengungsi, membereskan bandit-bandit yang berkeliaran, juga mencari berbagai cara untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan. Var hanya mendapat beberapa jam untuk tidur. Berbeda dengannya, Rife mulai sangat frustasi sampai-sampai dia menghabiskan makanan lebih banyak dari biasanya.

Kali ini Var pergi ke pesisir barat Kith. Di sana dia membantu siswa tingkat dua yang tengah memberikan latihan khusus pada siswa tingkat satu. Pijakan pasir putih memberikan beban yang amat berbeda dari latihan di tempat biasa. Kaki mereka menjadi lebih susah digerakkan. Namun oleh Var yang telah terbiasa menerima didikan sekeras itu, senior pun memberinya kesempatan mengarahkan mereka.

Var baru saja berada di tengah-tengah perjalanan ketika akhirnya dia menghentikan Nii. Rife yang menyertainya pun mengerutkan kening bingung. Tadinya dia pikir ada sesuatu yang tengah mengintai mereka, atau terdapat cegatan bandit seperti yang dihadapi siswa Emerald beberapa waktu yang lalu saat mengumpulkan tanaman herbal. Rife mengedarkan pandangan ke sekeliling, tapi tidak menemukan apa pun yang tampak ganjil.

"Ada apa?" Akhirnya Rife bertanya.

Var tetap dalam kebisuannya selama beberapa saat, dan kemudian mendongak. Rife mengikuti arah pandangan laki-laki itu. Jauh di atas mereka, seekor burung tampak terbang mengitar.

"Seingatku elangmu tidak seperti itu," komentar Rife. Matanya menyipit mendapati tubuh dan warna burung tersebut agak berbeda dengan elang Var.

Var memiliki elang dengan bulu cokelat-putih, di mana garis-garis abu-abu akan terlihat saat dia merentangkan sayap. Rife tertegun juga saat menyadari burung yang sepertinya tengah mengitari mereka itu memiliki bulu putih hanya di bagian kepala. Itu bukan elang, melainkan rajawali.

"Dia telah mengikutiku sejak keluar dari manor pagi ini," kata Var sembari terus mendongak. Ayahnya memiliki rajawali, namun Var yakin burung itu bukan rajawali yang sama.

Siulan panjang yang keluar dari mulut Var, ditambah tangan laki-laki itu yang menjulur tinggi menjadi isyarat bagi rajawali tersebut supaya mendekat. Hewan itu terbang menukik ke arah Var. Dia memekik nyaring sampai-sampai baik Nii dan kuda Rife bergerak gelisah. Sosoknya yang besar lalu mencengkeram tangan Var-dekat pergelangan tangan. Ada secarik kertas yang digulung di kakinya.

"Milik siapa itu?" tanya Rife lagi saat Var membaca tulisan yang tertera. Rajawali tadi langsung terbang pergi karena tahu tugasnya telah selesai.

Rife hanya bisa melihat sisi samping wajah Var. Itu sudah cukup memberitahunya menerka keterkejutan laki-laki itu di saat yang sama.

Kelopak mata Var mengerjap-ngerjap sebentar dengan tubuh yang bergeming. Rife lantas melihatnya menekan kedua rahang. Kertas tadi dalam sekejap tidak berbentuk karena Var meremasnya kuat-kuat.

"Hei, ada apa?" Rife benar-benar penasaran apa yang secarik kertas itu telah sampaikan pada Var.

Var menatap Rife lekat-lekat dengan wajahnya yang dipenuhi guratan-guratan emosi.

"Aku akan ke Hurdu. Susul aku secepat yang kau bisa." Laki-laki itu kontan berseru nyaring sambil mempersiapkan Nii supaya berlari dengan kecepatan maksimal. Derap langkahnya membuat Rife melebarkan mata dan tercengang.

Dia sedang bercanda atau apa? Rife membatin. Kith dan Hurdu punya jarak paling jauh dibanding negeri-negeri lain di Oltra. Apabila menggunakan kuda tercepat tanpa memberikan waktu istirahat, paling singkat mereka akan sampai ke sana dalam lima hari. Belum lagi faktor cuaca dan tinggi rendah daratan yang dilalui. Rife juga yakin Var tidak mempersiapkan bekal apa pun untuk perjalanan ini karena saking mendadaknya!

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now