41. Bitter

6.4K 734 23
                                    

Ruangan itu mencekam hanya sesaat setelah kehadirannya yang sangat mendadak. Ghaloth datang disertai Ratraukh. Semua orang di sana menundukkan kepala ketika Ghaloth masuk—tidak terkecuali Cyde, Kia dan Fiona. Rife sendiri berdiri di garis terdekat dengan kursi yang Ghaloth tempati. Posisinya tidak ada bedanya dengan mangsa yang mendekatkan diri pada ular yang paling berbisa di dunia itu. Bersamaan dengan raja yang duduk, mereka pun mengangkat wajah.

Fiona dan Kia berada di barisan paling belakang, sementara Cyde berada di garis yang sama di sisi satunya.

Meski dari jauh, Fiona bisa melihat sosok Raja Kith untuk pertama kalinya. seorang laki-laki dewasa dengan wajah pucat tanpa rona yang melancip di dagu. Rambut legamnya bergelombang panjang melewati bahu dalam balutan jubah bulu rubah. Fiona selalu menahan napas tiap sorot tajamnya yang kelam berganti arah.

Fiona yakin rupa Ghaloth mampu memikat siapa pun. Hanya saja kali ini dia memosisikan dirinya sebagai seorang raja yang mengintimidasi—dingin dan berbahaya.

Tidak bisa dibayangkan apa yang tengah dirasakan Rife kali ini saat sedang menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Ghaloth. Perangainya tenang, tapi tentu saja tidak ada yang bisa menebak pikiran Ghaloth saat ini.

"Aku senang kalian menghancurkan sarangnya," ujar Ghaloth sembari menopang dagu. "Tapi membuat jumlah tentaraku berkurang bukanlah sesuatu yang bisa kumaafkan dengan mudah."

Rife masih menunduk. Laki-laki itu bahkan menelan ludah saat Ghaloth bergerak menyilangkan kaki.

"Dibandingkan dengan mendengar bagaimana cara kalian menemukan pulau itu ..." Mata tajam Ghaloth lagi-lagi berubah haluan. "Aku lebih tertarik pada orang asing yang sedang kau sembunyikan di sini."

Rife mengerjap tertegun, sama halnya dengan Cyde, Kia dan Fiona.

Tubuh Ghaloth condong ke depan dengan kedua tangannya yang menangkup ujung lengan kursi. Pandangannya mengawasi, membuat Fiona refleks menyembunyikan diri di balik salah satu tubuh prajurit. Kia bergeming. Mata hijaunya berkilat.

"Emblem Zaffir ...," ucap Ghaloth pelan padahal arah pandangannya tidak tertuju pada Cyde. "Mata hijau yang sangat langka di seluruh penjuru Oltra.. dan juga ... seseorang yang punya kemampuan seorang cenayang."

Bagaimana dia bisa langsung tahu? Rife dan ketiga orang yang dideskripsikan Ghaloth seketika dipenuhi gelenyar ketegangan.

"Mendekat ke hadapanku!" perintah Ghaloth. "Bukan kebiasaanku untuk tidak memperlakukan tamu dengan baik."

Cyde dan Kia saling bertukar pandang, sedangkan Fiona gemetaran sambil menggigit ujung kuku. Merasa tidak punya pilihan lain, mereka akhirnya melangkah maju juga, melewati barisan prajurit yang langsung menjadikan mereka objek tontonan. Kia menggandeng tangan Fiona erat demi menenangkan gadis itu.

Ghaloth tersenyum melihat mereka berada persis di hadapannya.

"Ada urusan apa siswa-siswa dari Gihon mendatangi bentengku? Kalian jelas bukan dari Kith." Pandangannya tertuju pada Cyde. "Terlebih kau, seorang kepala asrama. Apa yang harus kukatakan pada Dominic Foquiz soal ini?"

Daripada disebut pertanyaan, kata-kata Ghaloth lebih condong pada gumaman yang terkesan tidak membutuhkan jawaban. Laki-laki itu pun menopang dagunya lagi dengan tatapan tanpa minat.

"Apa aku sendiri yang harus mengajari kalian bagaimana cara memberi salam pada seorang penguasa dengan benar?"

Tiba-tiba saja lantai menjadi bermuatan magnet. Cyde, Kia dan Fiona berlaku bagaikan besi. Kaki mereka dipaksa ditekuk—bersujud. Saking kuatnya sesuatu yang memancang tubuh, mereka tidak bisa bergerak sedikit pun.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now