Part 26 [O.M.G]

17.2K 905 76
                                    

Kiara's POV
Aku takut Mevil akan marah ketika permintaan tidak masuk akalku terlontar dengan gambling. Tatapannya tak bisa terbaca, aku takut ia akan menolak. Jika memang, ia tak ingin mengabulkan permintaanku maka aku harus mencari cara lain agar bisa mengandung anaknya. Apa mungkin aku harus memberikannya obat tidur? Berbagai pikiran buruk terlintas sampai suara beratnya membuatku kembali tersadar.

"Apakah tidak berbahaya jika kita melakukannya? Kamu sudah menanyakan hal itu kepada dokter kandunganmu?"

"Aku rasa tidak bahaya."

"Kamu yakin? Bukankah ini merupakan bulan-bulan awal yang cukup riskan jika tidak dijaga dengan baik? Aku takut akan menyakitinya jika kita melakukannya dengan kasar."

"Kalau begitu, kali ini lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakitinya."

"Aku ragu bisa melakukannya dengan hati-hati jika kelaian ini masih menghantuiku hingga saat ini aku masih sulit membisaakan diri untuk bersikap baik padamu."

"Kita bisa mencobanya pelan-pelan, tidak perlu terburu-buru. Tabiat jelekmu akan hilang seiring berjalannya waktu."

"Tapi, kali ini aku ragu untuk bisa mengabulkan permintaanmu. Sebaiknya kita berkonsultasi dulu dengan dokter kandungan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukannya."

DEG! Entah mengapa, kini kata dokter membuatku takut. Aku tidak ingin berurusan dengan yang namanya dokter. Aku harus mencari cara lain agar Mevil mau menuruti permintaanku.

"Percayalah padaku, rasanya tidak akan masalah jika kita melakukannya."

"Hmm, begini saja. Sore ini kita ke dokter dan jika katanya tidak masalah. Maka aku akan menuruti permintaanmu itu."

"Tapi aku tidak ingin pulang secepat itu."

"Kita tidak pulang, kita hanya ke dokter lalu kembali lagi ke vila ini. Aku janji tidak akan pulang secepat itu. Bagaimana?"

Tentu saja aku ingin teriak TIDAK dengan lantang. Tapi Mevil akan langsung curiga jika aku menolak terus untuk pergi ke dokter. Tapi apa yang harus kulakukan agar kebohongan ini tidak terbongkar? Rasanya aku sudah tidak memiliki ide lain. Apa aku harus mengiyakan dan berserah diri saat Mevil tau bahwa aku tidak hamil?

Kinara's POV
Aku ingin sekali bertemu dengan Kiara, banyak sekali pertanyaan yang ingin kusampaikan. Sudah bertahun-tahun kami tidak bertemu, apakah ia masih mengingatku? Merindukanku? Bagaimana kini kabar ayah? Sekarang mereka tinggal di mana? Bagaimana caranya Kiara bisa berkenalan dengan kakak angkat Han?

"Kinara, apakah kamu ingin makan sesuatu untuk siang ini? Aku kehabisan ide untuk makanan hari ini." Managerku menanyakan menu makan siang dengan bahasa isyarat.

"Bagaimana jika kita makan fetuchini?" Aku menuliskan jawaban diselembar kertas.

"Ahh, aku sedang tidak ingin makan mie hari ini. Apa kamu tidak bosan setiap hari makan mie terus?"

"Tidak, mungkin karena mie makanan yang enak dan tidak semudah itu aku bisa bosan hanya karma memakannya selama seminggu."

"Apa? Kamu sudah memakan mie selama seminggu? Tidak Kinara, hari ini kita harus makan yang lain karena mie tidak baik untuk kesehatan. Aku tidak ingin tambang uangku mogok karena sakit. Hari ini kita akan makan salad, sekalian untuk diet mayomu."

"Lebih baik tidak makan jika hanya merumput seperti itu." Aku menulis jawabanku dan meninggalkan managerku yang masih berkeras ingin makan rerumputan yang harganya selangit itu.

Aku ingin melukis, sudah agak lama aku tidak melukis. Kadang aku merasa sedih hanya bisa melukis seorang diri di ruang putih yang luas tanpa seorang teman pun di sana. Aku diam menatap kanvas putih besar yang membentang luas di depanku. Kanvas itu perlu diisi. Jika ditanya tentang ide, kepala ini benar-benar penuh dengan ide. Salah satu kelebihan yang diberikan Tuhan padaku. Memiliki imajinasi yang luar biasa, bisa dengan mudah membayangkan apa yang jarang orang lain bisa pikirkan. Saat seorang bicara mengenai sungai mengalir yang ada di desa terpencil, yang kupikirkan adalah sebuah sungai di dekat gubuk dengan air jernih yang mengalir melalui bebatuan, angin berhembus dengan lembut dan burung-burung berkicau. Seorang gadis sedang duduk di tepi batu sembari mencuci baju. Di kala gadis itu asyik mencuci, seorang pemuda sedang mengawasinya dari kejauhan.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang