Part 20 [Jealous]

25.7K 1.1K 58
                                    

Warning 18+

Kiara's POV
Aku membeku di tempat dan tak tau harus menjawab apa, sudah jelas jika aku jujur kepadanya itu berarti aku telah melanggar kontrakku dengan Mevil, tapi apa yang harus kujawab kepadanya? Dan mengapa dia bisa mengetahui bahwa namaku adalah Kiara?

"Tunggu, kau berdarah?" Archangel nampak menatap tangannya yang terkena noda darahku dan mengalihkan pandangannya menuju tanganku yang terluka.

Aku mengangguk untuk menanggapi pertanyaannya. Wajahnya yang tadi terlihat dingin dan keras berubah menjadi cemas dan dengan pelan ia menarik tanganku.

"Maaf, tadi aku meremas tanganmu dengan keras. Pasti sangat menyakitkan bukan?" Dia mulai meneliti lukaku dengan seksama dan menatapku dengan sorot bersalah.

Aku menggeleng dan tersenyum singkat ke arahnya sebelum menarik tanganku kembali. Dia kembali menarik tanganku dan menggiringku menuju kembali ke dalam rumah sakit. Langkahnya tergesa-gesa tapi pegangannya begitu lembut.

"Lain kali kalau tanganmu terkena pisau seperti ini, jangan hanya diam, jika kau diam, siapa yang akan sadar." Archangel nampak memarahi sambil menggiringku.

Aku tidak berani menjawab, aku cukup kebingungan karena ia membawaku keluar rumah sakit dan menuju parkiran. Kupikir ia akan meminta salah seorang perawat untuk mengobati tanganku, tidak taunya ia malah melewati UGD dan terus membawaku berjalan menjauhi rumah sakit dan menuju parkiran mobil. Ia menggiringku mendekati sebuah mobil kuning yang mungil kemudian melepaskan tanganku saat kami sudah tiba didekat mobil itu.

"Tunggu di sini, aku akan mengambilkan kotak P3K."

Tidak berapa lama, ia kembali dengan sebuah kotak berwarna putih yang mungil dan unik, aku memperhatikan kotak itu dengan seksama. Kenapa rasanya kotak itu tidak asing.

"Kemarikan tanganmu, aku akan mengobati lukamu."

Aku menggeleng dan ingin mengambil kotak P3K dari tangannya, tetapi ia bergerak lebih cepat dari dugaanku.

"Kenapa kau ini keras kepala sekali, tak jauh berbeda dengan Kinara."

Aku menatapnya dengan bingung, mengapa sejak tadi ia seperti mengenal Kinara dan mengetahui bahwa aku adalah Kiara. Kupikir tadi ia hanya salah mengingat nama atau mungkin salah melafalkan namaku. Tapi nyatanya, ia seperti mengenal kami berdua.

"Sudahlah, bicara saja, aku tau kalau kau bisa bicara. Berhentilah berpura-pura bisu di depan ku."

Ia mendudukkanku di atas kap mobil kemudian membuka kotak P3K dengan santai sebelum menarik tanganku dengan paksa dan mulai mengobati lukaku hingga aku meringis.

"Tuh kan ketahuan, mana bisa orang bisu meringis sambil mengeluarkan suara kesakitan seperti itu. Sekali lagi kutanya, mengapa kau membohongi kakek dan kakakku? Apa maumu?"

Aku menatapnya dengan pasrah, sebenarnya siapa dia. Mengapa pula ia bisa mengetahui rahasiaku. Aku mulai berdebat dengan batinku, jika aku menceritakan semuanya kepadanya, sama saja dengan aku melanggar kontrak dengan Mevil. Tapi jika aku tidak bicara, bisa saja ia membuat kakek mengetahui tentang rahasiaku dan Mevil.

"Kiara, bukan hanya wajahmu yang mirip dengan Kinara, tapi tabiat kalian juga hampir sama. Yah, walau wanitaku jauh lebih manis daripada dirimu yang membuatku kesal karena sejak tadi hanya diam tak bergeming saat aku membutuhkan jawaban."

"Kau mengenal Kinara?" Tanpa sadar pertanyaan itu lolos dari mulutku tanpa keraguan. Aku tak bisa mengontrol diri jika berhubungan dengan saudara kembarku.

"Akhirnya kau bicara. Yeah, Kinara is my girlfriend."

"Lalu, siapa Christy?"

"Christy? Just a friend"

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang