Part 18 [Hi Christy!]

23.4K 1.2K 98
                                    

Kiara's POV
Aku yang tak bisa berenang, hanya duduk di tepian sambil memasukkan kedua kakiku dan bermain air sambil memperhatikan Mevil yang sedang meminta seorang pelatih yang ada di kolam renang untuk membantunya memakai Sun Block. Padahal jika dia memintaku untuk memakaikan Sun Block, maka dengan senang hati aku akan membantunya. Tetapi dia malah mendatangi pelatih yang ada di kolom renang dan meminta pria paruh baya itu untuk membantunya.
Pria paruh baya itu nampak dengan cepat memoleskan Sun Block ke badan berototnya.

Pria paruh baya itu nampak dengan cepat memoleskan Sun Block ke badan berototnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat badannya yang kotak-kotak dan putih bersih itu memancing imanku. Apa lagi di tambah senyumannya yang memanggilku untuk ikut berenang, tetapi aku hanya bisa menggeleng pelan untuk menolak ajakannya dan tersenyum singkat ke arahnya sambil menggoyang-goyangkan tanganku.
Sungguh tak bisa di pungkiri, badan tegap dan kekarnya di tambah dengan wajahnya yang tegas dan hidung mancungnya membuat proporsi wajahnya begitu tepat.
Yah, aku cukup kecewa karena dia kembali menaikkan rambut-rambutnya yang sengaja kujatuhkan agar dia terlihat seperti berponi.
Dia beralasan bahwa dia merasa sangat panas karena rambut-rambut itu menutupi wajahnya.
Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menaikkan rambutnya dalam sehari, tetapi ketika kami menuju kolam renang dia meminta izin dan menaikkan kembali rambut-rambut lembut miliknya hingga jambul kebanggaannya kembali terlihat.
Pasti dia tak ingin terlihat jelek di depan wanita-wanita yang berbikini minim itu, tanpa sadar aku merasa tak suka saat banyak wanita yang melirik ke arahnya.
Ingin rasanya aku berteriak dan berkata, 'Hi, dia adalah suamiku, jangan melirik ke arahnya.'

Yah, memang tak bisa ku pungkiri bahwa aku hanya seorang istri yang di kontrak olehnya, tapi tetap saja aku sudah menjadi istri sahnya.
Jadi tak ada salahnya bukan aku merasa cemburu.
Bahkan jambul kebanggaannya membuat dirinya menjadi semakin tampan.
Aku juga lebih menyukai dia yang menggunakan model rambut dengan jambul kebanggaannya itu di banding dengan dia yang menggunakan poni, tetapi aku sengaja agar mata jelalatan wanita-wanita berbikini itu tak menatapnya tetapi tetap saja dia meminta izin kepadaku untuk membuat jambulnya kembali dan aku yang memang sudah terjerat dengan dirinya hanya bisa mengangguk tanpa memberikan banyak penolakan.
Terlihat dia yang mendekat ke arahku dan banyak wanita yang mendesah kecewa, dan tentu saja aku merasa begitu bangga karena lelaki yang dari tadi mereka perhatikan malah berjalan mendekat ke arah wanita yang tidak begitu terlihat mencolok seperti diriku dan dengan senyum lebarku aku membalas senyum lebarnya.

Akhirnya kami bersantai dengan berenang bersama, ya sebenarnya bukan berenang bersama karena aku tak bisa berenang tapi setidaknya aku bisa bermain air dengan puas dan melihat badan Mevil yang kotak-kotak itu.
Aku memperhatikannya dengan senyum bodoh yang tercetak jelas di wajahku dan memainkan air dengan lebih bersemangat.
Tapi kegembiraanku berangsung menghilang ketika Mevil tiba-tiba saja menepi dan mengecek ponselnya, wajahnya terlihat malas saat melihat ponselnya, sepertinya dia mendapat sebuah telepon kemudian terlihat dia menganggat telepon itu dan tak berapa lama setelah telepon itu di tutup, dia yang mulanya berada di pinggir kolom renang segera beranjak dan dengan cepat berjalan mengambil handuk dan meninggalkanku sendirian di kolom renang.
Ya, dia pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun dan saat ini aku kebingungan.
Mengapa dia terlihat begitu panik dan cemas?
Apa yang sebenarnya terjadi?

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang