Part 25 [Please God, give me a baby!]

19.4K 906 42
                                    

Kiara's POV
Aku membuka mataku dengan pelan, kurasakan hembusan napas Mevil tepat di wajahku dan detak jantungnya yang terdengar sangat dekat. Kuletakkan satu tanganku untuk merasakan dadanya yang naik turun seirama dengan detak jantungnya.

Apakah aku bisa terus merasakan pagi seindah ini? Dengan Mevil yang mendekapku dengan hangat, membuatku merasa begitu dicintai dan layak untuk menjadi istrinya yang sesungguhnya?
Apa aku boleh bermimpi bahwa suatu hari semua ini akan menjadi rutinitas kami hingga kami menua dan memiliki banyak cucu dan cicit? Lalu tersenyum bersama di kursi goyang, bercengkrama membahas masa lalu dan mengenang saat ini?
Apa itu hanya mimpi yang terlampau tinggi? Aku hanya ingin bahagia, tapi kenapa hidupku selalu berjalan sebaliknya?

"Kiara, kau sudah bangun?"

Disaat pikiranku masih berkecamuk, Mevil bangun kemudian mengecup puncak kepalaku.

"Iya, aku sudah bangun." Jawabku jujur tak ingin berpura-pura dan membuatnya marah kembali.

Tanpa aba-aba, ia bangun dari tidurnya dan membuatku merasa sangat kehilangan. Tapi dalam waktu sepersekian detik dan gerakan super cepat, ia membuatku terkesiap dan terkejut dengan tindakannya yang tak pernah kubayangkan.

"Selamat pagi anakku yang manis. Bagaimana tidurmu hari ini sayang?" Tanya Mevil yang bersimpuh tepat di depan perutku dengan kepalanya yang menempel pada perutku. Ia tersenyum secerah mentari kemudian mengecup perutku dengan pelan.

Bukan rasa senang yang menyelimutiku, tetapi rasa takut dan sedih yang mulai merambat. Jika semua kebohongan ini terbongkar, apakah Mevil akan semakin marah padaku? Apa ia akan membunuhku dan membuangku ke jurang? Oh Tuhan, aku bahkan tak bisa membayangkan bagaimana marahnya ia saat tau bahwa aku tidak  mengandung anaknya.

"Kiara, ayo hari ini kita ke dokter untuk memeriksakan kandunganmu. Aku tak ingin anak kita menderita cacat apapun. Akan kupastikan ia mendapatkan asupan gizi yang lebih dari cukup dan lahir dengan sehat."

DEG! Jantungku memburu dengan cepat dan keringat dingin mulai bermunculan. Dengan cepat aku memutar otakku untuk mencari akal.

"Tapi hari ini aku gak mau pulang dulu. Kemarin kan kamu bilang mau izin 2-3 hari dari kantor? Gak bisa ya kalau izin kamu digunain beneran? Kan kalau kita mau ke dokter artinya kita harus pulang. Aku gak mau pulang dulu."

Entah setan dari mana yang merasukiku dan membuatku menjadi wanita menyebalkan seperti ini.
Bukannya marah, Mevil malah memelukku, membuatku merona dan mengelus rambutku dengan lembut.

"Wah, hormon kehamilan telah membuatmu semanja ini. Hahaha, dari dulu aku ingin sekali mengurusi ibu hamil. Oke, kita gak akan pulang secepat itu sayang. Hehehe. Pagi ini kamu ingin makan sesuatu? Aku bisa memasakkanmu beberapa masakan."

"Oh benarkah? Kamu bisa memasak?"

"Tentu saja, aku bisa memasak makanan enak yang belum pernah kamu santap."

"Hmm, coba sebutkan contohnya?"

"La tassa gordon chicken fettucin, pernah denger?"

"Makanan apa itu? Kenapa namanya aneh?"

"Makanan yang baru saja kupikirkan. Hahaha, aku suka memberi nama-nama aneh pada makanan yang kubuat."

"Memangnya kamu koki yang bisa membuat resep baru dan memberikan nama sesuka hatimu?"

"Aku memang koki, kamu pasti akan ketagihan setelah memakan masakanku."

"Coba buktikan."

"Hahaha, tunggu sebentar di sini."

Mevil kembali bersimpuh dan tersenyum manis ke arah perutku.

"Tunggu papa ya nak."

Entah mengapa aku merasakan kesedihan yang menyayat hati. Apakah aku bisa terus-terusan membohongi Mevil seperti ini?

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang