Part 2 [Why My Life so Hard?]

47.9K 2.8K 23
                                    

Kiara's POV
"Ayah, ini makanannya. Sekarang apakah aku boleh makan?"

"Makan?!
Kamu masih minta makan setelah apa yang kamu lakukan?
Tidak!!!
Petani di luar sana juga tidak akan rela, benih yang mereka rawat dan besarkan dengan susah payah di makan oleh seorang pembunuh seperti mu!"
Ayahku berbicara tanpa melihat diriku dan mengabaikan permintaanku.

Aku terdiam mendengar jawaban ayahku.
Segitu hinakah diriku?
Aku bukan pembunuh!
Sungguh aku tak mengetahui akan begini jadinya.
Aku hanya melintasi jalan dan tiba-tiba ada seorang pengemudi mabuk yang berjalan menerobos lampu merah.

Ibu spontan mendorongku dan beliaulah yang mengalami kecelakaan.
Bahkan aku masih tak percaya saat itu ibu akan pergi.
Pergi selamanya dari hidupku.
Dan aku bahkan tak menyangka hidupku akan menjadi 180° berubah semenjak kematian ibu.

Aku melangkah terseok-seok menuju kamarku.
Apa lagi yang bisa kulakukan untuk menghilangkan rasa lapar ini selain tidur?
Tubuhku seakan menyusut,
Bahkan berat badanku sudah turun 5 kg.
Dulu ayah begitu menyayangiku, bahkan seringkali dia membawakanku phd saat dia pulang bekerja.

Dan dulu aku yang menolak untuk makan malam-malam, alasannya karena aku takut gendut.
Tapi sekarang?
Untuk makan sepiring nasi tanpa lauk saja aku tak di perbolehkan.
Aku kembali terisak meratapi nasibku.

Mungkin sore ini aku harus kembali mencari makanan sisa dari restaurant di dekat rumah.
Kuharap ayahku akan pergi ke luar dan aku bisa leluasa keluar rumah.
Jika tidak, mungkin malam ini pun aku harus menahan lapar dan hanya meminum air untuk mencegah dehidrasi.
Aku meratapi nasibku hingga tak terasa aku tertidur dengan mata yang terasa kebas.

☆☆☆☆☆

Author's POV

"Saya akan membayar hutan itu pak, jadi jangan ambil rumah saya.
Saya mohon pak, itu peninggalan terakhir istri saya.
Saya rela melakukan apapun selain memberikan rumah itu."
Suara lelaki tua itu terdengar bergetar.

"Kamu sudah meminjam uang ini lebih dari 1 bulan dan setiap hari aku selalu mendengar pernyataan yang sama.
Salahkan dirimu yang selalu kalah dalam berjudi, harusnya kamu menggunakan otakmu untuk memenangkan permainan kartu itu.
Aku tidak mau tau!
Pokoknya minggu depan kamu sudah harus membawakanku uang itu!
kalau kamu tidak membawa uang itu, dapat kupastikan bahwa rumahmu akan berada di tanganku dan kedua kakimu akan kupatahkan!
Sekarang pergi dari hadapanku!
Cuih, kutu sepertimu hanya merepotkanku!"
Pria berumur paruh baya berbadan gendut itu nampak kesal dan meludah kemuka lelaki tua yang nampak ketakutan itu.

"Sa..sa..ya berjanji akan membawakan uang itu seminggu lagi. Saya janji, jangan ambil rumah saya atau mematahkan kaki saya. Saya mohon jangan lakukan semua itu."
Lelaki tua itu nampak bergelayut di kaki besar milik pria berbadan gendut itu.

"PERGI SEKARANG JUGA ATAU KAMU AKAN MERASAKAN INDAHNYA TERJUN DARI LANTAI 30 GEDUNG INI?! JANGAN SENTUH KAKIKU!
Pria berbadan gendut itu nampak kesal dan meninggikan suaranya.

Lelaki tua itu nampak takut dan segera keluar dari ruangan milik pria berbadan gendut itu.

☆☆☆☆☆

Kiara's POV
Aku terbangun dari tidurku, terlihat dari luar jendela kamarku bahwa sang surya telah kembali bersembunyi di biliknya.
Hari telah gelap dan perutku semakin lapar,
Badanku pun semakin lemas.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang