Black Forest II

58 3 1
                                    

Grrrr... Grrrr...

"Ohhh siaaaalll, ini pasti akhir dari hidupku." Sambil menggerutu aku berbalik dan berlari menjauh dari monster itu.

Monster yang tadinya tidur telah terbangun. Yang lebih parahnya lagi monster itu terlihat sangat marah.

"Apa yang harus kulakukan? Serangan itu tidak berpengaruh. Arrrggghhh.., benar kata paman aku seharusnya masuk ke sini bersama Paman." Penyesalan memang selalu datang diakhir.

Shhttssss..,

Belum sampai dua puluh meter aku berlari monster itu dengan cepat berlari dan berdiri didepanku dengan memamerkan gigi-giginya yang tajam. Monster itu tidak memberikanku jalan untuk kabur.

Melihat monster itu aku sontak menghentikan langkaku dan menyerangnya lagi.

Boomm.., boom...,

Keheningan hutan ini telah berubah menjadi keributan besar akibat seranganku.

Tulang-tulang yang berserakan di dekat sarang monster itu beterbangan dimana-mana membuat jarak pandang yang sudah minim akibat tidak adanya cahaya menjadi semakin minim lagi.

"Aku harus lari!" Yang aku pikirkan hanyalah lari, seranganku barusan bukan untuk melumpuhkan atau bahkan mengalahkan monster itu. Itu hanya sebatas pengalih perhatian.

Setelah serangan itu dengan cepat aku menyelinap kabur dari monster itu. Aku berlari secepat yang kubisa walaupun kondisi jalan tidak memungkinkan untuk berlari. Yahh, kalian tidak perlu bertanya lagi sudah berapa kali aku terjatuh akibat akar-akar sialan ini!

Rrrgggghhhh ..., rrgghhh ..., Aaauuuu...

Suara lolongan monster itu membuat bulu kudukku berdiri. Sepertinya aku membuat dia lebih marah lagi. Asal suara itu memang terdengar dari kejauhan tapi aku bisa tahu kalau monster itu sekarang sedang marah dan mulai mencariku.

Aku tidak memikirkan apapun lagi, aku hanya berlari secepat yang aku bisa. Entah sudah berapa puluh kali aku terjatuh yang kulakukan hanya berdiri lagi dan berlari menjauh dari monster itu.

"Lari... Aku harus terus lari...."

Entahlah..., aku sudah tidak tahu berapa lama aku berlari. Lari ketakutan seperti itu membuatku tidak merasakan kelelahan, tidak, sampai aku menyadari bahwa aku benar-benar hampir pingsan akibat terus berlari tanpa istirahat.

Brrukk

"Aku tidak sanggup lagi" tubuhku jatuh disamping akar besar yang dipenuhi lumut dan beberapa jamur. Akar itu menjadi sandaran untukku, sangat keras tapi terasa sangat nyaman untukku.

Tidak butuh lama untukku tanpa sadar tertidur di situ. Tubuhku yang kelelahan memaksaku untuk tidur walaupun aku telah mencoba sekuat tenaga menahannya.

• • •

Beberapa jam sebelumnya.

Hari masih siang ketika Niel sampai di tempat persembunyian mereka. Niel tidak langsung ke gubuk sederhana yang di bangun olehnya melainkan menuju ke tempat latihan Mack.

Deruh air terjun yang terdengar bertanda bahwa Niel sudah dekat dengan tempat latihan Mack.

"Tuan Muda... Kamu dimana?" Beberapa kali berkeliling tanpa melihat ujung rambut Mack membuat Niel cemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Deadly Clans (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang