BAB 7 : Pengkhianatan

119 14 10
                                    

Mack POV

"Fokus, tenangkan pikiranmu. Kamu harus bisa memfokuskan pikiranmu pada suatu objek dan cobalah untuk bersatu dengannya." Kata paman.

Sial, aku tidak bisa fokus dengan keadaan yang seperti ini. Pikiranku terpecah akibat air yang jatuh tepat ke kepalaku. Seperti batu-batu kerikil halus yang di lemparkan dari atas dan menuju tepat ke kepalaku. Sudah pasti sangat menyakitkan. Latihan yang kupikir sangat menyenangkan ternyata seperti ini, semua di luar harapanku. Bibirku mulai membiru, sudah lebih dari 4 jam aku berlatih di bawah air terjun ini.

"Paman, bisakah aku istirahat sebentar?" Aku sudah tidak tahan lagi, jika aku bertahan lebih lama lagi bisa-bisa kepalaku pecah karena air terjun ini.

"Baiklah, kita akan istirahat makan terlebih dahulu."

"Terima kasih Paman." Dengan cepat aku pergi dari batu kesengsaraan itu. Batu kesengsaraan? Yahh, aku menamakan batu itu sebagai batu kesengsaraan karena hanya rasa sakitlah yang aku rasakan jika duduk bersila di situ.

Kita kembali ke rumah kecil yang telah selesai di bangun, walaupun kecil dan sederhana rumah itu satu-satunya tempat untuk berlindung dari cuaca yang tidak menentu. Rasa nyaman yang kurasakan dari rumah itu hampir sama dengan tempat tinggalku di clan dulu, terlebih pemandangan sekitar yang tidak akan pernah ada kata bosan untuk melihatnya. Pohon, dan makhluk hidup yang berada di sekitarnya saling bersinergi membentuk kenyamanan bagi orang yang memandang dan mendengarnya.

Sementara paman menyiapkan makanan aku mulai menghangatkan diriku didekat api yang telah paman buat dari batang-batang kayu kering yang aku kumpulkan setiap pagi dan sore hari. Aku memiliki beberapa tugas, seperti mencari kayu-kayu kering, mengambil air di sungai dan terkadang disuruh memancing ikan di sungai, sebenarnya paman bisa dengan mudah menangkap ikan dari dalam sungai memakai sihirnya. Ikan yang di tangkap paman adalah ikan-ikan terbaik. Biasanya, sebelum paman menggunakan sihirnya paman akan berdiri di bibir sungai dan akan menatap air, itu hanya berlangsung beberapa saat. Setelah itu paman akan mengayunkan tongkatnya, ikan-ikan yang semula berenang bebas di aliran sungai itu akan mulai bermunculan seperti sengaja di panggil oleh Paman. Apa Paman bisa berbicara dengan ikan? Atau, apakah sihir bisa mempengaruhi makhluk hidup yang lain? Bingung? Pasti, aku tidak tahu bagaimana paman melakukan hal yang luar biasa seperti itu. Dan setelah di pikir-pikir kenapa paman tetap menyuruhku memancing jika paman bisa melakukan itu dengan mudah.

Setelah selesai menyiapkan makanan, aku dan paman mulai menyantap makanan itu. Makanan yang paman buat hampir sama setiap harinya, menu utama makanan kita pasti ikan bakar. Kalaupun ada daging kelinci atau rusa bakar itu akan sangat luar biasa, tapi semenjak aku mulai berlatih tidak ada waktu untuk paman pergi berburu atau memasang perangkap.

Paman biasanya tidak terlalu banyak bicara, paman akan berbicara seperlunya dan akan langsung pada pokok permasalahannya. Aku sudah biasa dengan situasi ini, kalau aku tidak membuka pembicaraan duluan maka aku dan paman hanya akan menikmati makanan ini dengan keheningan. Yang ada hanya suara angin dan burung-burung yang merdu, seakan-akan burung-burung itu tahu kalau akan menjadi sangat hening jika mereka tidak berkicau. Aku menikmati makanan yang paman buat, sebenarnya aku mulai bosan dengan makanan ini. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, mungkin nanti aku akan belajar memasak, tapi nanti, setelah aku menyelesaikan pelatihan ini dan mulai melakukan perjalanan sebagai adventish baru.

"Paman, sebenarnya kenapa Clan kita bisa kalah?" Saat aku bangun dari tidurku pertanyaan inilah yang terlintas di kepalaku, tapi aku tidak langsung bertanya pada paman. Aku menunggu situasi yang tepat, saat ini bukanlah situasi yang tepat, tapi, aku sudah tidak bisa lagi menahan keheningan ini.

The Deadly Clans (18+)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz