BAB 2 : Hidup & Mati

279 43 31
                                    

Wilayah timur Clan Alexi penuh dengan prajurit dan penyihir musuh. Jumlah mereka berkisar 8500-9000 orang prajurit dan 1000-1200 penyihir. Jumlah tersebut hanya sebagian dari total keseluruhan yang menyerang Clan. Sebagian dari pasukan sudah menguasai bagian selatan dan barat Clan Alexi. Sedangkan wilayah utara masih sebagian yang dikuasai.

Bangunan-bangunan yang berada di wilayah timur ini saling bertumpukan dan terbuat dari kayu. Sepintas terlihat seperti kawasan kumuh. Semua penduduk yang tidak sempat melarikan diri dari wilayah timur ini dibunuh oleh para prajurit dan penyihir musuh. Para prajurit clan yang tetap menjaga wilayah timur ini pun di bunuh dengan sadis oleh mereka. Para prajurit dan penyihir berjalan disetiap jalan dan gang di wilayah ini untuk menyisir rumah-rumah para penduduk. Mereka memasuki setiap rumah yang mereka lewati. Tidak peduli rumah macam apa itu, rumah besar, kecil, bagus, jelek atau apapun itu. Mereka akan memasuki rumah tersebut dan menghancurkannya. Mereka seperti malaikat pencabut nyawa, karena setiap kali mereka keluar dari salah satu rumah penduduk, rumah tersebut pasti hancur berantakan akibat di obrak abrik oleh prajurit itu.

~oOo~

Pada saat itu 2 orang prajurit berdiri di depan rumah salah satu penduduk Clan. Rumah itu berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Rumah itu berada di sudut wilayah timur, hampir berbatasan dengan wilayah utara clan.

Di dekat rumah tersebut terdapat beberapa pohon yang baru saja di tebang. Ada beberapa bangunan lainnya di samping rumah itu, seperti kandang kuda, sumur air dan gudang.

Rumah itu memang berada sedikit jauh dari keramaian wilayah timur clan. Sepi, ditempat ini hanya ada suara angin, beberapa ternak dan sekali-sekali terdengar suara ledakan dari pusat wilayah timur Clan.

Prajurit itu melihat rumah tersebut dengan ekspresi jijik dan marah. Sepertinya mereka kesal karena tidak bisa menjarah barang barang berharga dari rumah tersebut.

"Hmm...." Salah satu prajurit menggerutkan kening seperti berpikir keras. Wajah prajurit itu bulat, bibirnya tebal dan diwajahnya banyak bintik-bintik hitam, Smorey Raks, itulah namanya. Sebelum Rey-nama panggilan dari Smorey Raks-berbicara lagi ada senyum kecil di wajahnya.

"Mungkin kita harus mencoba metode yang baru untuk menghancurkan rumah ini." Kata Rey sambil berjalan mendekati rumah tersebut.

"Tunggu...." Kata Tiliny Raks-Liny-, prajurit ini tinggi, tapi badannya kurus dan wajahnya dipenuhi jenggot dan kumis yang panjang. Dia terlihat seperti tidak pernah mengurus dirinya sendiri setelah sekian lama dia hidup.

"Sepertinya di dalam rumah ada kecoak yang lagi bersembunyi." Kata Liny.

Rey yang tadinya berjalan mendekati rumah tersebut tiba tiba berhenti dan mulai tertawa.
"Hahaha... Kalau begitu ini akan lebih menarik lagi." "Hmm ...?" Rey berpikir sejenak dan melanjutkan lagi pembicaraannya. "Karena kita tidak dapat barang yang bagus dari rumah ini kita harus sedikit bermain dengan kecoak ini." Senyumnya menggambarkan kekejian.

Rey memasuki rumah tersebut, Dia mengambil beberapa lampu minyak yang di gantung dan melemparkannya ke dalam rumah.

"Hahahahah...."
"Teruslah sembunyi di dalam rumah. Setelah kamu menjadi daging panggang kita berdua akan memakan dagingmu yang empuk itu." kata Liny sambil berteriak.

"Hahahaha" tawa mereka menjadi lebih keras lagi. Suara tawa itu terdengar sampai di dalam rumah. Dibalik tawa mereka ada seseorang yang menangis karena kesakitan dan takut.

~oOo~

Panas ? Pasti, orang yang terjebak dalam kebakaran pasti merasakan panas yang membuat kulit melepuh dan tubuh seperti daging yang perlahan lahan di bakar di atas api.

The Deadly Clans (18+)Where stories live. Discover now