four

147 24 17
                                    

Semenjak kejadian itu, dan itu baru terjadi beberapa jam yang lalu walau sekarang sudah pagi lagi. Kaka mendiamiku, dan aku kesepian disini. Dia hanya melirikku sebentar lalu tidak lagi, rasanya aku ingin menangis. Tapi hey, mengapa kaka marah padaku hanya karna kejadian itu? Seharusnya tak usah menjadi seperti ini.

Ini menjadi semakin banyak beban di pikiranku.

Termasuk soal dimana aku mempermalukan diriku sendiri karna tingkahku, dan saat aku cek handphoneku, membuka instagram disitu banyak pemberitahuan Justin Bieber, dan itu ada aku. Kalian, bayangkan saja kalian yang jadi diriku?

Hari pertamaku di sini sangatlah amat sial.

Aku membenci ini.

"Honey?"

Aku mendongak, melihat mama yang berjalan masuk ke kamarku, aku menghela nafas lalu tersenyum tipis.

"Mengapa kau jadi pendiam seperti ini?"

Mama mengelus rambutku dengan lembut, dengan segera aku memeluknya. Memejamkan mataku dan mencoba menenangkan hatiku dengan pelukan ini.

"Ceritakan padaku." Ucap mama.

Aku menghela nafas dan menceritakan semuanya, dari bertemu dengan Justin Bieber sampai aku mempermalukan diriku sendiri, lalu kaka berantem dengan dia, dan sampai mama mengerti.

Beberapa menit aku menceritakannya, aku melepas pelukanku, menatap mama dengan mata yang sedih, yang benar saja aku akan memasang mata bahagia. Tentu tidak. Aku menghela nafas melihat mama mengangguk anggukkan kepalanya.

"Mama mengerti, lagian mama dan papa sudah tahu."

Mataku membulat, lalu menggigit kuku ku dengan gemas, alisku tertekuk,

"Ma, maafkan aku." Bisikku.

Aku memberengut saat mama mencubit pipiku secara tiba tiba.

"Mama gemas 'ih, tak apa, sayang. Mama juga tahu dari internet dan,"

Mama menatap aku dengan lekat, aku membalasnya dengan bingung,

"Papa tahu dari temannya, dan ternyata Daniel yang terkena paparazzi disitu, tentu saja papa bilang kalau itu anaknya. Jadi teman teman nya terkejut 'deh." Ucap mama.

Aku memberengut, "Ma, aku bikin papa malu." Ucapku dengan sedih.

Mama menggeleng geleng, "Tidak. Sekarang, kau ganggu kakamu itu, kalian berdua membuat mama menjadi merasa tidak ada kalian dirumah ini."

Aku menatap mama seraya mengangguk. Dengan segera aku berlari kecil ke luar kamarku dan aku bisa mendengar suara tawa mama di dalam sana. Aku memang lucu, selalu.

Ah tidak, aku dalam masa tidak mood karna kejadian itu. Astaga, apa yang aku lakukan saat itu?

Aku memberengut, merasa kesal pada diriku sendiri. Mataku menatap pintu hitam polos. Aku membuang muka, masuk tidak ya? Ya tuhan, mengapa menjadi gugup seperti ini? Kalau kaka marah padaku bagaimana? Memukulku? Atau menyiksaku?

Aku bergidik ngeri saat memikirkan itu semua, lalu menggeleng geleng, tidak, tidak. Kaka tidak akan berbuat seperti itu.

Dengan helaan nafas, tanganku mulai bergerak membuka pintu kamar kaka. Setelah terbuka sedikit, kepalaku aku masukkan dan mengitip.

Mataku mengerjap ngerjap dan melihat kesekeliling lalu melihat kaka yang sedang tengkurep dengan bantal di kepalanya. Kepalanya membelakangiku.

Apa dia tidur?

Aku masuk dengan perlahan, melipat bibirku dengan erat. Mengapa sekarang aku seperti penjahat yang akan mencuri? Aku mendengus dengan pelan, lalu menutup pintu perlahan lahan.

devenu réalité - JbWhere stories live. Discover now