one

535 44 43
                                    

Asap yang keluar dari mulutku seiring nafas yang aku keluarkan, aku suka memainkan nafasku saat musim dingin seperti ini. Menatap kebawah dan terus menerus mengeluarkan nafas lewat mulutku, asap itu keluar lagi. Senyumku terbit, merasa senang hanya karna ini. By the way, telingaku terus menerus mendengar musik yang sengaja aku putar beberapa kali.

Merasa enak ditelinga saat mendengar suaranya. Membuat hatiku 'adem untuk beberapa saat.

Justin Bieber.

Yep. Seorang penyanyi terkenal, bahkan sudah menjadi legend untuk seluruh dunia. Kalian harus tahu, aku seorang belieber dari tahun dua ribu sebelas. Segitu saja aku sudah tergila gila, bagaimana belieber lain yang sudah dari tahun dimana dia meluncur didunia selebriti yang membuat dia terkenal sampai sekarang.

Aku tidak pernah menyangka kalau diriku akan menjadi fangirl yang benar benar tergila gila oleh ketampanan seorang Justin Bieber. Diriku bahkan menangis saat dimana dia terkena masalah, ingin berada dimana negara dia hidup. Tapi tidak akan bisa. Itu hanya mimpi.

"Wanna be, wanna just like talk to, you.." aku menggumamkan nada dan lirik lagu tersebut.

Segini saja aku senang, dengan keadaan yang memang lagi bahagia, mendengar suara merdunya. Memakai headset, seakan akan aku sedang duet dengannya.

Kekehanku keluar begitu aja, otakku memang kemana mana. Dari dulu khayalan ku tingkat tinggi. Luar biasa tinggi, bahkan mama dan papa saja selalu menggeleng geleng dimana saat imagination ku kambuh tepat dihadapan mereka. Selalu berkata kalau diriku 'gila' dan harus ke dokter untuk memeriksa keadaanku. Itu tidak lucu.

"They try to get at me.."

Aku berdecak dengan kagum, tak pernah bosan mendengar lagu ini walau aku putar terus menerus. Aku ingin berkata kasar, karna kalau seperti ini aku bisa hamil mendadak, karna mendengar suaranya.

"Wanna be, wanna be everthing I though be to you.."

Ya tuhan, kalian, bisa tolong aku? Aku sepertinya memang akan hamil secara mendadak.

Ah, tidak. Hiraukan itu. Aku menendang nendang air di hadapan kakiku, merasakan air tersebut yang mulai menyerap ke dalam sepatuku, itu tidak masalah. Yang terpenting perasaan ku lagi tenang dan bahagia seperti ini dan tidak boleh di lewatkan.

"Sist, aku memanggilmu dari tadi."

Tepat suara itu terdengar saat satu headset ku terlepas karna tarikan. Mataku mendongak, dan mendapatkan brother ku yang sudah memasang wajah datar. Aku mendengus, lalu melepas satu headset yang masih terpasang, dan berkacak pinggang. Menatap dia dengan tatapan ikut ikutan datar.

"Kau ini. Disini dingin, mama sudah memarahiku karna aku pulang tidak bersamamu."

"Suruh siapa kau meninggalkan ku, huh!" Aku 'memelet lidahku kearahnya.

"Dasar anak kecil."

Detik itu aku memukul bahunya dan langsung bergerak memeluk lengannya yang lumayan kekar. Aku bisa mendengar dia mendengus, lalu berjalan yang diikuti kedua kakiku yang mulai mengikutinya.

"Kau mau tahu tidak?"

Aku mendongak, menatap matanya yang tertuju padaku, lalu mengangguk dan menatap kedepan kembali. Mulutku mengeluarkan suara yang tidak lain karna aku menggumamkan nyanyian, disaat itu pun aku menunduk, menatap kaki ku dan dia yang bergerak maju secara bergantian.

"Tadi aku melihat televisi yang mama tontoni," Ucapnya.

Dengan sedikit perlahan, aku mendongak kembali dan menaiki satu alisku, menunggu kelanjutan yang akan dia ucapkan.

devenu réalité - JbWhere stories live. Discover now