two

234 35 14
                                    

Air terus berjatuhkan dengan deras ke aspal, mataku menatap aspal tersebut dengan datar. Tidak suka dengan hari ini, sekolah dengan keadaan hujan yang seperti ini, membuat rambutku basah dan tidak bisa di apa apakan lagi. Aku menyukai hujan layaknya aku mencintai Justin Bieber, tapi sekarang aku tidak mood dengan air yang berjatuhan ini. Rasanya membuatku kesusahan.

"Sha, bel bentar lagi, kita harus masuk kelas."

Tatapanku menatap Seyna, temanku. Dengan dengusan yang keluard dari mulutku, aku mengangguk, dan mulai berjalan bersamanya.

Rasanya aku tidak ingin bersekolah, aku ingin dirumah menikmati indahkan pemandangan kamarku yang hanya diisi dengan poster Justin Bieber. Telingaku yang akan mendengar suara suamiku itu, ah, aku ingin cepat cepat pulang.

"Kau nanti pulang bersama siapa?" Tanya Seyna.

Aku memandang rambutku dan mengibas ngibaskan, aku ingin mereka kering tapi sepertinya akan lama,

"Dijemput suamiku." Ucapku tanpa melihatnya dan terus menerus mengurus rambutku.

Seyna mendengus,

"Sungguh?" Ucap Seyna dengan nada malasnya.

Aku mendongak menatapnya, lalu menahan tawaku. Lalu mengangguk dengan semangat, aku tahu Seyna sangat bosan mendengar itu. Tapi 'toh itu memang suamiku, tak ada yang boleh mengambil suamiku!

"Tentu saja!" Aku tertawa.

Seyna memukul bahuku pelan, "kau sudah gila."

Aku menatapnya dengan sumringah,

"Tak apa, asal aku gilanya karna suamiku tidak dengan lelaki lain."

Dengan segera aku lari dan menjulurkan lidahku, detik itu aku tertawa. Aku berbalik dan segera masuk kekelas.

"Dasar Bieber!"

Samar samar aku mendengar teriakan Seyna, dengan langsung aku mundur dan melihat dia sedang berdiri di sana, aku tersenyum senang,

"Aku memang Mrs. Bieber!" Jawabku dengan teriakan.

Seyna menendang kakinya lalu masuk kekelasnya.

Aku terkikik dan masuk juga.

***

"Mama! Aku pulang!"

Aku berteriak seraya berjalan dengan gembira, tatapanku menatap mengeliling kearah rumah.

Seketika berhenti, melihat mama, papa, dan kaka duduk dengan menatapku. Kaka yang menatapku lalu membuang muka dengan kesal entah karna apa. Mengapa papa ada disini? Bukankah ada di kantornya?

"Ada apa?" Cicitku.

Tangan papa mengangkat keudara, menyuruhnya untuk mendekat. Aku menurut dan mendekat, dan duduk di pertengahan papa dan mama.

"Kaka kenapa?" Tanyaku, menatap kaka, tapi kaka hanya mengangkat bahunya.

"Mama sama papa minta maaf dulu ke Shasha, karena sudah berbohong pada dirimu." Ucap mama.

Aku mulai menatap mama dengan serius, dalam hatiku bertanya tanya, ada apa? Apa ada hal yang serius. Ah, jantungku mulai berdebar kencang. Apa jangan jangan..

"Kehidupan kita sebenarnya tidak seperti ini."

Aku mengerjap, menatap mama dengan was was,

"Hah? Apa aku miskin?!" Pekikku panik.

Aku menatap kakaku yang menatapku dengan bola mata memutar, aku memberengut, berasa kesal melihat wajah menyebalkan kakaku itu. Tapi, apa memang seperti itu?! Ah, ya tuhan, apa aku akan diusir dari rumah layaknya film di televisi?

devenu réalité - JbWhere stories live. Discover now