"Telat. Tadi gue lari-larian ngejar bus eh tau taunya gue salah naik. Naik bus kelas sebelah." Jawabku
"Yaelah, bukan namanya Ferda kalo enggak telat sih."
"Gitu amat lo. Eh, Viki mana?" Tanyaku. Mataku berkeliling mencari sosoknya.
"Gue enggak dicariin nih?" Candanya
"Lo udah ada disini masa gue nyariin lo lagi. Gue serius nih, Viki mana? Gue kangen."
"Ciee, udah jadian kok enggak cerita-cerita sama gue. Vikinya lagi sama Gina masuk kedalam hotel tadi."
"Yeee, siapa yang jadian. Di tolak nih. Yaudah ah masuk yuk." Ajakku sambil merangkul Ervan.
"Serius lo? Jadi lo udah pernah nembak dia? Kapan? Ceritain dong."
"Nanti deh. Lebih baik kita check in dulu."
Gue memasuki hotel yang memang terdapat dikawasan pantai ini. Setelah beberapa kamar telah di booking beberapa hari yang lalu, kami tinggal check in dan tugas selebihnya diberikan kepada semua ketua kelas dari angkatanku.
"Maaf mas, kami dari siswa sma yang beberapa hari lalu udah booking beberapa kam--"
Belum sempat gue selesai bicara, mas-mas itu memotong perkataanku."Kamar yang sudah di booking semuanya sudah di ambil teman-teman anda."
"Lho? Pasti ada kesalahan mas. Masa gue harus tidur diluar? Enggak oke banget." Kataku
"Fer!" Suara Viki mengalihkan perhatianku. Gue menoleh kebelakang dan melihat Viki mengayun-ayunkan sebuah kunci kamar di tangannya. "Kunci kamar lo."
Sial. Ternyata sudah diambil Viki. Sudah kubilang pasti enggak mungkin ada kesalaha teknis. Jelas-jelas si ketu a.k.a ketua kelas sudah menyiapkan semuanya secara matang-matang.
"Oh ya. Terimakasih sebelumnya mas." Kataku kepada mas-mas tadi seraya menarik tangan Ervan menuju Viki yang sedang berdiri bersama Gina.
"Gue tadi sekalian check in buat lo supaya kamar kita sebelahan." Ujarnya seakan membaca pikiranku apa yang ingin kukatan olehnya.
"Enggak usah terimakasih ke gue. Kamarnya disana, sini ikut gue." Katanya lagi. Sekali lagi dia seperti tau apa yang ingin kukatakan olehnya.
Jangan-jangan dia cenayang yang sekolah di sekolah yang sama sepertiku dan menyamar jadi manusia biasa. Eh, tapi kan cenayang juga manusia. Pikiran itu langsung kulempar jauh-jauh dari otakku sebelum gue sendiri berfikiran yang tidak-tidak.
Gue dan Ervan mengikuti kedua bocah itu a.k.a Viki dan Gina dari belakang. Gue juga heran kenapa akhir-akhir ini mereka berdua terlihat dekat setelah Viki keluar dari rumah sakit dan Viki seakan mengacangiku bak kacang lupa kulit. Tapi gue sendiri juga selama ini dekat dengan Ervan. Intinya gue merasa gue dan Viki tidak sedekat dulu lagi.
Apa mungkin karena kejadian itu ? Masa sih, keesokan setelah kejadian itu dia hanya bersikap biasa-biasa saja dihadapanku tapi sejak saat itu juga dia memang jarang menampakkan dirinya dihadapanku atau mungkin cuma perasaanku saja? Ah, entahlah. Gue sendiri bingung.
Viki membukakan pintu untukku dan gue langsung menerobos masuk kedalamnya. Melempar tas dan menghempaskan tubuh di kasur.
"Nih kuncinya. Gue sama Gina happy-happy dulu yaa. Bye." Viki melemparkan kunci pintu kearahku. "Betewe kamar gue ada di sebelah kanan kamar lo." Katanya
Dan saat itu gue tidak mendengar suaranya lagi. Mungkin dia sudah keluar. Ku dengar suara pintu ditutup dan Ervan tiba-tiba saja menerjangku.
"Lo woles aja dong." Ketusku dan duduk diatas kasur.
"Woles kok. Cerita ke gue dong gimana caranya lo di tolak."
"Elah, tau tau aja lo nagihin cerita itu."
Tanpa babibu lagi gue menceritakan semua hal yang terjadi saat gue menyatakan perasaanku ke Viki. Ervan hanya diam mendengarkan ceritaku tanpa memotongnya sedikitpun.
"Mungkin dia enggak mau pacaran dulu. Sebagai sahabatnya lo pasti tau kan sejarah percintaannya dia." Kata Ervan setelah gue selesai bercerita.
"Sebagai sahabatnya gue aja belum di ceritain apa pun tentang sejarah percintaannya. Kalo soal itu dia masih abu-abu di mata gue, Van. Siapa tau aja dia punya mantan dan belum bisa move on dari mantannya."
"Enggak mungkin lah. Menurut gue nih ya, lo kan udah lumayan lama sahabatan udah gitu dekat banget masa dia enggak mau cerita segala hal tentang dirinya. Jadi kemungkinan besar dia belum pernah pacaran, Fer. Dia mungkin belum naruh hati sama siapa pun." Tanggapnya
"Tapi kalo gue lihat dia sama Dion waktu itu kayak dekat banget. Gue curiga dia pernah pacaran sama si Dion."
"Kalopun pernah pacaran masa lo langsung nyerah gitu buat dapatin hatinya. Sahabatan cewek-cowok gitu pasti selalu aja ada salah satunya yang ujung-ujungnya jatuh cinta sama sahabat sendiri."
Ah, ya. Kenapa setiap persahabatan yang beda gender ending-ending nya akan saling jatuh cinta? Kenapa gue juga harus ngalamin ini?
"Daripada lo diam kayak patung mikirin ini, mending kita enjoy-enjoy aja main jetski. Berani lawan gue enggak lo?"
"Siapa takut?"
●●●
#NB : Huhh ... Gue enggak tau kenapa ceritanya makin kesini makin gaje. Sekarang gue mau ceritain tentang Viki dan Ferda aja dan part-part selanjutnya ayah sama kakek Viki enggak gue munculin dulu. Dan gue enggak tau masih ada yang baca atau enggak cerita gue. Yang intinya setiap yang udah baca gue harapin Vommentsnya ya! Tolong dibudidayakan.
BẠN ĐANG ĐỌC
I'm with you
Teen FictionKetika seorang cowok yang terlahir dari keluarga broken home yang kehidupannya terlantar secara perlahan bisa berubah karena seorang cewek disekolahnya yang membuat diri dan kehidupannya jauh lebih baik dan siapa sangka seiring berjalannya waktu dia...
Part 16
Bắt đầu từ đầu
