the rain

32 5 0
                                    

"Lalu?" Kini giliran Shinji yang dibuat bingung karena tatapan semua orang menuju padanya dan Jungkook dengan sangat menyelidik.

"Apa kami tidak boleh hanya sekedar berteman dengan muslim?." Tanya Jungkook.

"Bukan begitu, kami membebaskan kalian berteman dengan siapapun itu. Tapi ingat satu hal!. Kalian adalah penganut Yesus yang berbakti. Sedari kecil kami didik untuk menjadi penerus kami." Kata Kakek Jeon.

Semua terdiam. Bahkan Jungkook yang tadinya asik memakan camilannyapun kini ikut berhenti.

Tempat itu begitu sunyi dalam sekejap.

.
.
.
.
.
.

"Oh ayolah, kenapa wajah kalian terlihat begitu serius? Nikmati ini semua, Ya Tuhann" kata nenek Jeon dengan menyenggol lengan suaminya.

"Aku sudah mengantuk. Lanjutkan tanpa aku,"  pamit Jungkook dengan gaya khas orang mengantuk.

"Kookie," seru nenek Jeon yang kini berjalan mendekati cucunya.
"Tidak perlu diambil pusing omongan kakekmu, nenek percaya kalau kau pasti akan menjadi penerus kami." Lanjut nenek mencium pipi Jungkook.

"Sudah sana tidurlah, aku tau kau sangat lelah menyiapkan semua ini," kata nenek lagi sembari berjalan membelakangi cucunya yg hanya mematung.

*kamar Jungkook.

Disana banyak sekali tempelan tempelan foto yg Jungkook ambil disetiap moment bersama keluarga besarnya.
Semua begitu terlihat bahagia.
Bersama sama bernyanyi dan Jungkook tertangkap kamera tengah memakan kue disalah satu moment itu.

Bersulang dan berebut makanan. Tertawa bahagia karena hal konyol.  saling menyuapi stik daging babi sebagai hidangan utamanya.

"Ini keluargaku, merawatku dan menyayangiku selama berpuluh tahun. Aku hidup bersama dengan ajaran mereka, kasih sayang mereka, dan segalanya." Gumam Jungkook seraya mengusap salah satu foto kebersamaannya.

"Kita-- sungguh berbeda, Zahra." Lanjutnya lagi.

"Lo beneran sayang sama Zahra?," tanya Shinji yg sedari tadi berdiri diambang pintu kamar kakaknya dengan dua tangan yg menyilang didadanya.

"Gue bingung. Tapi jujur gue udah terpikat sama cara dia hidup," jawab Jungkook.

"Gue tau ini bakal terjadi. Dan gue sendiri ga bisa ngelakuin hal apapun. Gue cuman minta satu sama lo," Shinji mendekat.

"Gue minta, lo jangan pernah hianatin isi hati lo sendiri," lanjutnya dengan menunjuk dada Jungkook.

"Gue- hati gue udah kek kebelah gitu. Setengah hati gue udah milik Zahra," gumamnya namun masih bisa didengar oleh Shinji.

"Hahahaha, puitis banget lu!. Sumpah gada cocok cocoknya sama muka lo yg kek om pedo kelaparan," Shinji tertawa hingga memegangi perutnya.

"Kamfret!. Dikira dia gue ga lagi serius kali," gumam Jungkook kesal.

"Sumpah dah, lo ngaca bentar! Liat keadaan muka lo sendiri," kata Shinji ditengah tawanya.

"Jadi menurut lo ini muka om pedo yang lagi kelaparan? Gue tunjukin kelakuannya sekalian," ucap Jungkook menatap Shinji dari cermin dengan wajah sinis.

"O- ow, waktunya untuk kabur," gumam Shinji segera berbalik dan berlari untuk keluar dari kamar kakaknya.

Tapi sayang sekali, usaha Shinji gagal. Kini Jungkook sudah menggenggam pergelangan tangannya.

"Mo kemana?" Tanyanya

"Ehehe, kebelet pipis."

"Alasanmu sungguh klasik ,nak" katanya dengan senyum evil ala ala kelinci byuntae yg langsung menggelitiki Shinji hingga Shinji berguling diatas kasur empuk kakaknya.

DIFFERENTWhere stories live. Discover now