Tuhan selalu adil

62 3 3
                                    

Zahra masih bisa bersyukur hari ini. Apalagi jika ia sedang bersama dengan keluarga Harsyan. Rasanya sangat menenangkan hati dari berbagai permasalahan dihidupnya.

Zahra senang jika berada ditengah tengah keluarga ini. Mereka terlihat damai. Saling akrab satu sama lain. Menimbulkan satu keromantisan sendiri didalam rumahnya.

"Ra, kamu masih ngajar anak anak?" Tanya Fatimah. Ibu dari Harsyan.

"Masih kok mi, lagian kan Zahra seneng sama anak kecil. Gajinya lumayan juga.hehe" jawabnya sambil terus mencuci beberapa sayur yg akan dimasak dengan Fatimah.

"Emang engga ganggu kuliah kamu? Kamu kan juga kerja ditoko kue" kata ibu Harsyan

"Zahra ambil kuliah sore mi, tapi kalo weekend sih pagi"

"Hm. Begitu"

Kini kedua wanita itu sedang sibuk memasak berbagai makanan untuk makan malam.

Zahra sudah terbiasa disini. Zahra merasa kalau dia punya keluarga baru dan kelurga ini sangat diimpikan olehnya.

Keluarga Muslim yg begitu harmonis.

***
Waktu menunjukan pukul 07.00 p.m. Zahra mulai masuk kedalam ruangan yg cukup besar didalam rumah ini. Dan ruangan itu adalah tempat sholat.

Zahra nampak menggelar sajadah dan mulai melakukan sholat isya. Mengikuti ayah Harsyan yg menjadi imam disini.

Usai beribadah, kini keluarga kecil yg bahagia berserta Zahrapun tengah bersiap siap untuk melakukan rutinitas makan malamnya.

"Ra, kenapa kamu engga tinggal disini saja bersama kami?" Tawar ayah Harsyan yg bernama, Fajri. Entah sudah berapa kali beliau menanyakan hal ini pada Zahra.

"Iya. Lagian bisa bantu umi disini. Iya kan bi?" Seru Fatimah dengan bersemangat.

"Em.. Zahra ga enak mi, bi. Lagian Yoora eonni masih merhatiin Zahra kok" kata Zahra dengan senyum canggungnya.

"Lagian kan jauh juga bi dari toko kue sama tempat ngajar Zahra" ucap Harsayn seolah membela Zahra dihadapan orangtuanya. Harsyan tau, pasti Zahra merasa sangat tidak enak hati kali ini.

"Iya udah engga apa apa. Yg terpenting, kamu bisa jaga diri kamu. Dan Harsyan, kamu harus bantu Zahra disetiap masalahnya"

"Sesama muslim harus saling membantu." Kata Fajri dengan menunjuk kewajah anaknya, Harsyan.

"Siap abi.." seru Harsyan bersemangat.

***
Ruang belajar para anak umur kurang lebih lima tahunan itu terlihat begitu ramai.

Semua terlihat sangat antusias mengikuti pelajaran menggambar sambil bermainnya itu.

Meski rintik hujan menghambat mereka keluar untuk bermain. Tapi Zahra membuat ruang kelasnya seakan tempat berteduh dan bermain yg sangat mengasikan.

"Harsyan oppa, Ini warna apa?" Tanya salah satu anak dengan suaranya yg begitu menggemaskan.

"Kau tau warna buah tomat? Atau.. Em, hidung seorang badut?"

"Ahh yaa. Aku tau, itu warna merah. Terimakasih, oppa" katanya seraya berjalan mencari pewarna merah.

"Mereka sangat suka belajar" kata Harsyan yg sedari tadi membatu Zahra untuk mengajar.

"Entah seperti apa mereka jika sudah besar nanti" gumam Zahra menatap anak anak didiknya.

"Dan, entah seperti apa jika kita menghabiskan masa tua bersama sama" kata Harsyan lg yg langsung membuat Zahra menoleh.

DIFFERENTDonde viven las historias. Descúbrelo ahora