4. It's Your Turn.

Start from the beginning
                                        

Dan hari itupun datang. Hari dimana Dylan akan membuktikan cintanya pada Lexa. Mengakhiri segala mimpi buruk yang beberapa minggu ini menghantui Lexa.

Melissa masih memacu mobilnya menjauh dari bandara. Menuju rumah make up artis yang kemarin diberikan Julia. Ah, ini sih salon kecantikan biasa. Gumam Melissa saat sampai di depan rumah yang dimaksud.

"Mel, kenapa kita malah kesini ? Kenapa kita gak ke rumah lo aja ?" Tanya Lexa lagi.

Ke rumah gue ? Dan lo akan nemuin mama gue, papa lo sama warga lainnya disana ? NOPE.

"Diem gak bisa ya lo ? Mertua lo kemaren ke kampus, bilang kalo acara ulang tahunnya digelar hari ini da--"

"Hari ini Mel ?" Mata Lexa sukses terbuka lebar. "Gue gak ada kado."

"Apa menurut lo, mamanya Dylan itu sejenis orang yang mengharapkan kado di hari ulang tahunnya ?" Melissa langsung saja menarik lengan Lexa menuju dalam salon.

Mengabaikan segala jenis protes dari Lexa.
****

Nathan. Pria tampan itu kini terlihat luar biasa tampan. Mengenakan setelan tuxedo. Dan kini Nathan sedang berada di depan cermin di apartemen Leo.

"Heh, bego kecil, lepasin gak tuh baju gue." Hardik Dylan sembari mendaratkan pukulan kecil di kepala Nathan.

"Ampun bang. Gue coba bentaran doang. Yaelah gue udah mandi juga. Udah wangi." Nathan mencebik. Dan langsung saja dihadiahi tawa oleh Angel dan Leo.

"Lepasin gak ?"

"Iya iya gue lepas. Pelit banget lo sama adik sendiri juga." Nathan mulai melepas tuxedonya.

"Gimana lo sama Melissa ?" Celetuk Leo yang kini sedang membuatkan Angel susu.

"Gak tau. Rasanya susah banget menjamah hatinya. Dia itu dulu dikasih makan apa coba sama mamanya, sampe bisa sebegitu kuat dan beku." Nathan berkata lemah. Merebahkan badannya pada sofa.

"Ya lo semangat dong. Seenggaknya kisah cinta lo gak akan sama kayak gue. Harus berdarah-darah berpuluh-puluh episode baru menemui ending." Kini Dylan menepuk bahu adiknya pelan. Seolah memberi semangat.

"Masa lalu lo udah jelas bersih, masa depan lo juga udah pasti bersih, Nathan." Angel ikut menyemangati.

"Iya lo gak harus jadi hidangan makan malam para tante kesepian baru mendapatkan kebahagiaan." Leo menimpali.

"Oh C'mon." Nathan mulai kesal. Beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan para tetua.
****

"Lo serius gak nganter gue Mel ?" Tanya Lexa begitu mobil Melissa berhenti di depan hotel yang dimaksud.

"Nope, gue ada sesuatu yang harus dikerjain. Lo buruan masuk sana, gue udah telat." Usir Melissa.

"Telat kemana sih ?" Lexa terlihat enggan menuruni mobil Melissa. Walaupun tangan Lexa bergerak pasti melepas seatbelt dan mulai membuka pintu mobil Melissa.

Telat make up Lexa, kan gue juga harus dateng disini. Teriak Melissa dalam hati.
****

Dan acara kejutan untuk Lexa pun berhasil. Berhasil membuat Lexa akhirnya mendapatkan kebahagiaannya kembali setelah pernah direnggut untuk kedua kalinya.

Melissa benar-benar tidak bisa menahan haru. Tidak bisa menahan air matanya untuk tidak membanjiri wajah cantiknya saat Dylan memasangkan cincin di jari manis Lexa. Juga saat kedua insan itu berdansa sejenak.

"Congratulation." Ujar Melissa di tengah tangis harunya, saat Lexa menghampiri Melissa. Dua sahabat itu kemudian berpelukan.

"Thank you, Mel. I know it's all because of you." Lexa melepas pelukannya.

"No. It's all because you deserve it. Gue bener-bener bahagia akhirnya lo bahagia." Melissa mengusap bahu Lexa.

"Mel, as you see, gue udah bahagia. Now it's your turn. Seperti yang selalu lo bilang, lo akan mulai memikirkan nya setelah gue bahagia." Kata Lexa sungguh-sungguh. "Love." Lanjut Lexa seraya melempar pandang pada manusia tampan lainnya di sudut ruangan. Nathan. Yang sedang bersandar pada dinding dengan gelas yang entah berisi apa di tangannya. Nathan dengan pandangan kosong. Yang entah menatap siapa.

"He deserves to be happy too, Mel. And his happiness is on you. Cobalah untuk memberinya kesempatan." Lanjut Lexa saat kedua mata abu-abu Melissa menatap Nathan.

"Why ? Kenapa gue harus kasih dia kesempatan ?" Tanya Melissa, masih menatap Nathan.

"Because it's your turn. Your turn to believe that love does exist." Kata Lexa sembari mengusap bahu Melissa. Membuat Melissa mengalihkan pandangannya pada Lexa. Lexa dengan senyumnya yang merekah.

"I'll try."

"Okay." Setelahnya Lexa mengedikkan bahunya. Pada Dylan yang tengah menunggunya. Tanpa menunggu Melissa merespon, Lexa berlalu. Meninggalkan Melissa yang berniat membalikkan badan, menuju Nathan.

Namun..
*****

The Only Exception ~ ENDWhere stories live. Discover now