Episode 9

1.5K 155 24
                                    

—Ur Future—

"Hei, maafkan aku!"

Keesokan harinya, Naruto benar-benar memikirkan dan sadar dengan apa yang dia ucapkan pada Hinata  yang melakukan kontak fisik berlebihan sebagai tanda pertemanan, yang condong pada perempuan murahan. Sampai membuat gadis itu merasa tersinggung.

"Aku bilang aku minta maaf!" Naruto menyentak lengan Hinata sampai gadis itu berhenti mendadak.

Naruto minta maaf dengan cara yang salah.

"Kau dengar tidak?"

Hinata sangat ingin berteriak sambil meremas-remas wajah Naruto yang sangat menjengkelkan. Lelaki itu meminta maaf, tetapi caranya justru membuat Hinata lebih marah.

"Apa?!" bentak Hinata dengan alis menekuk tajam, membalas tatapan Naruto dan menunjukkan bahwa dirinya tidak berniat memaafkan lelaki itu meski malam tadi dia berpikir untuk melakukannya semisal Naruto datang meminta maaf.

"Kau ini bisa tidak lebih lembut dengan orang lain?" Naruto agak meninggikan suara melihat perlakuan kasar Hinata

"Tidak! Aku hanya akan baik kepada lelaki yang tidak merendahkanku!"

Untuk sebentar Naruto memejamkan mata. Dia hampir lupa bahwa kedatangannya kali ini adalah untuk meminta maaf. Lantas diembuskannya napas panjang itu untuk mengurangi rasa kesal pada gadis yang sejak tadi tidak menganggapnya ada.

"Baik, baik, maafkan aku."

Naruto melepaskan tangan Hinata, kemudian menyelam pada sinar rembulan di mata gadis itu. Lagi-lagi dia merasa agak tenang jika berhadapan dengan mata bak bulan purnama di depannya seolah terdapat sebuah hamparan bunga warna ungu yang menenangkan.

"Aku minta maaf, " ucap Naruto lagi.

"Sejak tadi kau meminta maaf, untuk kesalahan yang mana?"

"...?"

...yang mana?

Naruto tidak pernah merasa memiliki kesalahan lain selain dirinya mengatakan jika Hinata gadis gampangan, tetapi sekarang dia harus mengingat kesalahan apalagi yang telah dia perbuat kepada Hinata. Mungkin, baginya hanya sebuah ucapan belaka, yang ternyata berbeda makna untuk telinga Hinata.
Manusia memang memiliki perbedaan dalam segala hal, termasuk dalam segi pemahaman.

Naruto menggaruk tengkuknya, bingung harus berkata apa. "...untuk ucapanku kemarin, yang sepertinya membuatmu tersinggung."

Mau bagaimana lagi, Naruto hanya mengingat satu kesalahan yang satu itu. Barangkali memang dia tidak melakukan kesalahan lain, tetapi Hinata yang salah bicara.

Hinata mengembuskan napas. "Tidak memaafkanmu juga pasti tidak ada untungnya. Lagipula, aku bersyukur jika kau sadar dengan ucapanmu kemarin."

"Maaf, aku tidak bermaksud buruk yang menempatkan dirimu pada seorang yang gampangan."

"Ya.  Ucapanmu memang agak keterlaluan kemarin. Mungkin kalau Sasuke, aku bisa menerimanya karena bagaimanapun, dia mengenalku lebih dari siapapun." Hinata menghela napas lagi, kemudian kembali melangkah ke kelas.

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang