Episode 3

1.9K 199 14
                                    

Biasa, typo adalah teman setia, tapi saya usahakan bersih dari salah ketik ehehe, tapi kalau masih ada, ya maap whwhwh. BTW mau curhat. ternyata revisi bikin pusing banget. Aku nulis hal-hal yang nggak bisa dimengerti dan entah kenapa dulu ngerasa kalau tulisanku bagus banget hahaha. Silakan nikmati versi yang lebih sedap dipandang mata ini yaaawwww


—Ur Future—



Desember 18, 2017.

Hari ini, Bibi Mikoto meninggal. Pukul 19.30 di rumah sakit Kyoto. Kau harus mencegah Sasuke agar tidak pergi bersama teman-temannya. Sebab di masaku dia begitu terluka sampai berlarut berminggu-minggu lamanya.
Kau harus melakukan apapun untuk Sasuke tetap berada di rumah sakit menjaga ibunya. Hanya dengan begitu, dia tidak menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Bibi Mikoto. Hinata, lakukan apa saja agar Naruto tidak memaksa Sasuke ikut ke kelab.

Embusan napas Hinata lepas. Kedatangan surat itu membuatnya seperti bisa melihat masa depan. Tak hanya bertemu Naruto, tetapi juga dengan Toneri beberapa waktu lalu. Sekarang surat tersebut membuatnya tahu lebih dulu akan kematian ibu Sasuke seperti malaikat saja. Meskipun tidak begitu dekat, dia dan Mikoto sempat bertemu beberapa kali saat dirinya masih sekolah menengah pertama dan pertemuan itu memberinya kesan yang baik karena Mikoto adalah sosok yang pengertian, seperti ibunya.

Tidak hanya misterius, kenyataannya kedatangan surat itu membuat Hinata menjadi bingung. Dia tidak tahu mengapa dirinya harus percaya dan melakukan apa yang tertulis di dalamnya padalah sekarang ini adalah masa di mana yang berkuasa atas hidup ini adalah dirinya, bukan untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya di kehidupan itu.

Ini adalah hidup Hinata yang sekarang, bukan milik Hinata yang lain. Namun, orang itu mencoba mengendalikannya menggunakan surat tersebut padahal tanpa kertas itu pun, mereka bisa saja mengambil keputusan berbeda dan yang namanya menyesal sudah pasti ada di setiap pilihan yang diambil.

Meski berpikir demikian, gadis itu memikirkan cara untuk membuat Sasuke tetap tinggal di rumah sakit. Hinata ragu dengan apa yang tertulis, tetapi dia juga takut jika semisal Mikoto benar-benar meninggalkan dunia ini malam nanti saat sang anak berada di tempat lain. Dia mungkin harus menghentikan Naruto mengingat Sasuke bukanlah seseorang yang gampang dibujuk.

Hinata mungkin memang harus menghentikan Naruto, tetapi setelah diingat-ingat, tidak pernah sekalipun dia terlibat percakapan dengan lelaki berambut pirang tersebut. Jangankan mengobrol, saling sapa pun tidak pernah. Lantas bagaimana caranya menghentikan Naruo?

"Sepertinya memang lebih baik membujuk Sasuke saja," gumam Hinata sambil melangkah ke kelas, "dia mungkin mau kalau aku memintanya untuk mengantarkan aku mengunjungi Bibi Mikoto?"

"Kelab?"

Mendengar ucapan tersebut sontak membuat Hinata cepat-cepat memasuki kelas setelah baru saja dia mengumpulkan buku tugas ke ruang guru.

Seperti biasa, tiga lelaki rupawan itu sudah bergabung dengan Naruto di dalam. Artinya sudah dipastikan bahwa mereka akan pergi ke kelab malam ini dan menjadi langkah pertama bagi Sasuke menyesal seumur hidup di dunia masa depan karena alih-alih menemani sang ibu, dia lebih memilih pergi ke tempat hiburan memandangi pinggul gadis-gadis yang menggoda iman. Hinata tentu saja tidak mau itu terjadi sebab kematian Mikoto bukan salah Sasuke.

"Sudah lama aku tidak ke sana. Kita memang butuh suatu kenikmatan sekali-kali," ucap Sasuke enteng dan berlagak seperti lelaki dewasa yang seringkali menjamah dunia malam.

Bagi mereka berempat, tempat malam seperti itu bukan hanya untuk orang-orang yang sudah punya identitas resmi, tetapi asalkan punya banyak nilai di wajah dan dompetnya maka sah-sah saja.

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang