Episode 4

1.9K 182 14
                                    

Biasa, typo adalah teman setia. HAHAHA.

—Ur Future—

"Sasuke ...!"

Hinata masih berteriak memanggil Sasuke meski dia tahu tidak seharusnya mengganggu lelaki itu. Sasuke terus berjalan santai meski dia tahu ada seorang gadis di belakangnya yang membutuhkan bantuan.

Sudah genap satu minggu sejak kepergian Mikoto dan Hinata benar-benar membuat Sasuke kesal setengah mati dengan tingkahnya yang tidak biasa. Sasuke merasa risih dengan kehadiran gadis itu di sampingnya meski selama ini dia yang selalu mencari perhatian Hinata. Dia tahu jika Hinata bersikap seperti itu agar dirinya tidak merasa sedih atas kepergian sang ibu, tetapi sungguh yang Hinata coba lakukan amat membuatnya malu.

Hinata menghiburnya dengan cara berlebihan dan itu membuat Sasuke seperti laki-laki cengeng.

"Sasuke bantu aku!"

Masih tergopoh-gopoh dengan langkahnya, Hinata pelan-pelan menaiki anak tangga sekolah sambil membawa tumpukan buku yang tingginya hampir sampai menutupi matanya. Itu adalah buku milik Sasuke dan teman-temannya,  yang seharusnya dibawa sendiri oleh lelaki itu. Namun, karena Hinata memaksa untuk membawa semua buku itu tanpa paksaan, Sasuke tentu membiarkan gadis itu dan masa bodoh setelahnya.

"Sebentar lagi sampai. Dua lantai lagi." Sasuke berbicara enteng di depan Hinata

"Apa kau bilang?!" Gadis itu memekik kesal dengan napas tersengal-sengal dan langkah penuh kehati-hatian agar tidak tersandung.

Kedua tangan Hinata sudah terasa pegal sampai-sampai dia hampir tidak merasakan fungsi ototnya. Tangannya mati rasa. Kedua kakinya juga gemetaran sebab harus menaiki tangga dari lantai dasar ke ruangan di lantai empat. Namun, saat mereka berdua tiba di lantai tiga, Sasuke tiba-tiba bergegas turun.

"Aku melupakan sesuatu! Hinata, kau naik sendirian saja, ya!"

"Hei, hei!"

Sasuke menyeringai saat menuruni anak tangga yang ada dan menertawakan Hinata yang bekerja keras membuatnya tersenyum dengan membawa setumpuk buku dari kelasnya, sementara gadis itu mau tak mau harus menyelesaikan niat awalnya, menyimpan buku-buku tersebut ke dalam lemari di lantai empat. Memang benar kalau dia yang menawarkan bantuan, tetapi dia tidak berpikir jika Sasuke tidak membantunya sedikit pun.

Hinata jengkel sendiri.

Satu, dua anak tangga kembali Hinata pijak. Tingginya susunan buku membuatnya sulit melangkah ke lantai paling atas, apalagi pandangannya terhalang oleh buku-buku tersebut. Gadis itu menggerutu kesal pada dirinya sendiri yang bersikap sok baik, padahal dia sendiri tahu jika Sasuke bakal kembali seperti biasa. Karena pada dasarnya kehilangan seseorang memang membuat siapa pun menjadi sedih dan terpuruk, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka akan terbiasa dan kembali hidup seolah semua itu sudah berlalu.

Beberapa saat setelah itu, beban yang Hinata pikul tiba-tiba berkurang saat seseorang mengambil sebagian besar buku-buku di tangannya dan hanya menyisakan beberapa saja. Hinata pikir Sasuke masih memiliki rasa peduli dan kembali padanya untuk membantu.

"Nah! Begitu kan lebih—" Ucapan Hinata menggantung, matanya bergerak tak tentu arah menghindari lautan kecil di depannya.
Ternyata bukan Sasuke.

"Naruto?!" Hinata pura-pura sangat terkejut padahal hanya sebatas tak percaua karena ternyata Naruto yang menolongnya.

"Apa? Kau mau aku kembalikan ini semua padamu?"

Hinata menggeleng cepat. Meskipun menjengkelkan, dia tidak mau jika harus membawa buku-buku yang bukan dari kelasnya. Dia tidak mau otot lengannya yang berangsur membaik, harus menegang lagi jika Naruto menarik pertolongannya. Lantas, gadis itu berjalan lagi menaiki anak tangga terakhir yang membawanya ke ruang guru.

Your FutureWhere stories live. Discover now