"Ah ... I-ini kaa-"

"Iya, ini pipa yang bisa menyaring air, agar lebih layak diminum," potong Nael seolah bisa membaca pikiranku, "jangan berbicara lagi, minum."

Aku tidak berkomentar apapun karena Nael yang memintaku untuk tidak berbicara, tapi aku tidak lupa bahwa aku sudah pernah meminum air tanpa pipa itu sebelumnya. Maksudku, malam sebelum aku bertemu mereka kemarin-kemarin. Dan buktinya, aku baik-baik saja.

Ke tepi sampan membuatku agak trauma, sebenarnya. Apalagi saat ini masih gelap dan aku tidak bisa melihat apapun. Syal dan selimut yang kukenakan, kuremas kuat. Aku terus membayangkan saat wajahku menghadap air, di dalam air ada sosok lain yang juga menghadap ke arahku, bersiap-siap menarikku untuk ke dasar.

Nael yang sepertinya bisa membaca pikiranku langsung memegang pergelangan tangan kiriku.

"Kau tidak akan jatuh, aku janji."

Usai membulatkan tekad untuk mempercayai Nael, tenggorokanku pun akhirnya terselamatkan.

Aku yang dibangunkan pertama kali oleh Nael. Yyil dan Zuo masih tertidur, mereka tidur bersebelahan dan saling memunggungi. Mereka berdekam dalam selimut masing-masing dan terlelap. Nael menjelaskan bahwa dia yang mengambil alih kendali di tengah malam (lagi), karena sebelumnya Zuo yang mengendalikan sampan ke barat saat hari terang tadi.

"Mau aku yang mengantikanmu menyetir?" tanyaku ragu, Nael pun tampaknya paham dengan keraguanku. Aku belum pernah mengemudikan sampan. "Aku bisa melakukannya, asal kau mau mengajariku sebentar."

Nael tertawa renyah. "Kau tidak boleh mengemudi sampan. Kau kan belum legal!"

Aku menatapnya cemberut. "Memangnya dalam keadaan seperti ini tetap tidak boleh?"

"Haha, aku bercanda. Sebenarnya kita sudah sampai di salah satu pegunungan tujuan kita. Tapi karena masih gelap, kita akan melakukan observasi layak tinggal nanti, saat sudah terang."

Observasi layak tinggal. Uh, aku paling benci dengan materi itu saat di Survivalife kemarin. Mencatat semua perhitungan dari suhu udara, jarak air dan tempat pijak, dan temperatur air saja sudah membuatku kewalahan. Satu halaman saja tidak akan cukup untuk perhitungan itu. Ada banyak syarat dan semuanya memuakkan.

Tugas observasi layak tinggal pernah dibuat satu buku oleh penemunya dan masih digunakan hingga hari ini. Terkadang mereka memperbaharui informasi baru. Satu buku itu sangat berat, untuk memori ponselku. Ukurannya sepuluh kali lebih berat daripada e-book biasa.

Oh ya, memangnya mau mengharapkan buku semacam apa? Buku asli di era aqua? Itu namanya mimpi, kalau kata Ibu. Kertas aslipun, Ibuku tidak pernah melihat atau menyentuh, apalagi aku.

"Yyil yang paling ahli kalau menentukan persentase layak tinggal."

Oh baguslah, jadi aku tidak perlu melakukan kalkulasi dan memeriksa syarat lagi.

"Sudah diikat?" tanyaku.

Nael menunjuk depan dengan jempolnya. Sebenarnya percuma saja dia melakukannya, aku tidak dapat melihat apapun di depan sana selain kegelapan. Diikat maksudku di sini adalah memarkirkan sampan agar tidak bergerak terbawa ombak, untuk informasi.

Aku mengangguk seolah bisa melihat tali telah diikat pada suatu besi panjang, tajam yang dipaku pada pegunungan. Kalau kalian bertanya darimana aku tahu, itu karena semua hal itu adalah hal umum untuk anak Survivalife.

"Kau benar-benar hebat, Skye," ucap Nael.

Aku tidak tahu apa yang sedang ia puji tentangku, tapi aku cukup tersanjung karena seorang senior memuji anggota ranking hampir paling belakang di Survivalife. Iya, aku payah jika dibandingkan dengan yang lain.

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang