Dua

1.2K 69 34
                                    

"Diem lu, Bangsat!" Teriakanku menggema di lorong lantai 3 sekolah kami.

"Ampun, Kira.. Gue gak bermaksud,"

"Gak usah sok bego!" Aku memukul wajahnya lagi.

"Gu.. gue gak tau ka.. kalau Suci temenn.. lu." Suaranya tak terdengar jelas karena aku memberikan pukulan cukup keras pada rahangnya.

"Dia resmi jadi temen gue 5 menit yang lalu. Tepatnya setelah elu dorong dia sampe jatuh di tangga!"

Lalu aku memukulinya lagi, lagi, dan lagi. Aku benci. Aku gak suka ada yang mengganggu orang yang lemah.

"Gue.. Minta.. Ma.. maaf."

Mendengar permintaan maafnya, aku menghentikan seranganku. Tujuanku sudah tercapai.

"Minta maaf ke Suci!" ucapku, "Gua juga minta maaf udah mukul lu. Kalo lu mau bawa masalah ini ke BK, silahkan." Aku pergi meninggalkan Sofia yg masih sibuk meringis.

Aku berniat ke UKS untuk menengok Suci yang tadi jatuh dari tangga karena didorong Sofia. Sebenarnya aku gak kenal siapa Suci. Bahkan, namanya saja baru kutahu tadi pas mukulin si Sofia. Tapi, gak ada salahnya kan, membela orang yg kita gak kenal kalau dia diperlakukan gak adil?!

"Woy!" Joni/Jono memanggil dari kejauhan. Ia berjalan mendekatiku, "Mau kemana lu? Abis jadi kuli? Kok keliatannya capek gitu,"

"Mau ke UKS. Biasalah, olahraga tanpa pemanasan,"

Anak geng kami memang biasa menyebut berantem itu dengan sebutan olahraga. Ya, karena kami merasa sehat setelah berantem. Sama kayak perasaan orang yg abis olahraga. Singkatnya, berantem itu olahraga kami.

"Lu cedera? Kok sampe ke UKS segala." Dia memperhatikan wajah, tangan, dan kakiku, mencari luka ataupun memar.

"Bukan gue. Suci yg sakit,"

"Suci siapa?" tanyanya, "Oh, gua tau.. korban bulliying?" lanjutnya.

Aku hanya mengangguk.

"Siapa yg lu pukul?"

"Sofia,"

"Alhamdulillah, kesampaian juga cita-cita lu."

Baiklah, aku sudah tau, ini adalah Joni. Karena hanya Joni yg tau aku ingin memukul Sofia.

Aku tersenyum bahagia, "Bahagia banget gua, Jo!"

Aku memang selalu ingin memukul si Sofia itu. Aku gak ada masalah dengan gaya sok kecakepannya. Tapi, gaya sok jagoannya itu, aku benci. Sejak pertama masuk sekolah ini, aku sudah ingin menonjok wajahnya. Tapi, dia belum mencari masalah saja, sampai akhirnya tadi dia mendorong siswa lain sampai jatuh dari tangga.

"Gua sebagai sahabat lu turut bahagia." ucap Joni, "Tapi, hati-hati kalau ngasi pelajaran ke tukang bully, Ra. Ntar Kepsek tau, bisa-bisa lu dikeluarin kayak waktu di Bandung,"

"Kenapa? Gak mau kehilangan gue?"

"Najis bener. Ya kalau lu di keluarin, siapa yg bakal ngasi pelajaran buat orang-orang tukang bully, macam si Sofia itu?!"

"Iya iya, gak bakal kok. Kemaren itu gue pukul anaknya kepala sekolah, wajar dikeluarin,"

"Gua bersyukur Kepsek kita gak punya anak. Gak ada peluang lu di keluarin, deh,"

"Sudah pasti."

*****

"Suci ya?" aku masuk ke ruangan tempat Suci dirawat.

"Iya." balasnya, "Akira, makasih, kamu udah nolongin aku disaat mereka semua diam karena takut sama Sofia. Aku gak tau mau bales kebaikan kamu pake apa," ucapnya sambil menangis.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang