16. BURN

13.2K 1.4K 49
                                    

Don't play the victim to circumstances you created.

"Berapa lama kamu berlibur sama keluargamu di sana?" tanya Becky dengan wajah mendung, bibirnya mengerucut kesal. Sejak kemarin wanita itu uring-uringan setiap kali mengobrol dengan Leander lewat video call.

"Rencananya dua minggu." Leander menjawab dengan sabar.

"Kamu nggak bisa menyempatkan waktu buat ketemu aku? It's a long holiday, Axel." Becky merayu sambil merajuk. Seperti inilah Becky, wanita unik yang selalu mampu memonopoli semua orang di sekitarnya untuk menuruti keinginannya.

"Becky, kalau pun sekarang kamu sedang ada di Eropa, aku juga belum tentu bisa menemui kamu. Terlalu beresiko, Becky. Apalagi posisi kamu sekarang di Chicago, itu jelas mustahil." Leander mengulangi lagi penjelasan yang sudah diberikannya pada wanita itu sejak semalam.

"Tapi kenapa harus sampai dua minggu sih? Apa nggak terlalu lama?" Becky mulai tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Namanya juga acara keluarga, Becky. Tahun-tahun sebelumnya juga pernah begini, dan kamu nggak protes. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba jadi aneh begini sih?" Leander bertanya lelah.

"Aku bukan nggak suka kamu kumpul sama keluarga kamu, tapi aku nggak suka kamu harus tidur sekamar sama Ranice!" Becky menjawab dengan suara sedikit meninggi.

"Ternyata itu alasannya! Kamu dari kemarin marah-marah itu semua karena aku tidur sekamar sama Ranice?" suara Leander terdengar datar menanggapi alasan kekesalan kekasihnya itu.

"Memangnya salah kalau aku marah?" balas Becky bertambah kesal karena respon Leander yang datar-datar saja.

"Kenapa juga kamu harus marah, Becky? Ini kan hal yang wajar, suami istri tidur di kamar yang sama. Justru yang aneh itu kalau kami tidur di kamar terpisah, atau lebih parahnya aku tidur sekamar sama kamu. Itu baru akan jadi masalah, Becky."

"Kamu nggak seharusnya bicara kayak gitu, Axel!" Becky mendelik penuh emosi mendengar penuturan Leander.

"Bagian mana dari omongan aku yang salah? Aku cuma bicara fakta, Becky. Apa kamu lebih suka kalau sandiwara ini terbongkar sekarang?" Leander masih berusaha bersabar menghadapi emosi Becky yang mulai meninggi.

"Aku kira setelah kamu tahu alasan aku kesal dari kemarin, kamu bakal cari jalan keluar. Entah itu tidur di hotel, atau apa pun yang bisa membuat kalian nggak perlu tidur sama-sama lagi. Tapi yang ada kamu malah balik marah sama aku, aku nggak nyangka, Axel!"

"Kamu yang mulai memancing kekesalan aku, Becky! Pikiran kamu itu nggak realistis!" Kini suara Leander mulai meninggi. Tentu dia kesal Becky menyalahkannya seperti ini. Bukankah ide pernikahan ini juga muncul dari kepala Becky? Tapi kenapa sekarang hanya karena masalah sepele seperti ini, dia jadi marah?

"Ok! Jadi apa yang realistis sekarang?! Aku harus duduk diam dan terima kenyataan kalau ada perempuan lain akan merebut kamu dari aku, begitu? Kenapa nggak sekalian aja kamu tidurin perempuan itu? Sekalian buat dia hamil, Axel!" Becky setengah berteriak kepada Leander.

"Becky ... Hati-hati sama ucapan kamu! Jangan menantang aku, kecuali kamu udah siap buat menyesal!" Leander merendahkan suaranya, tapi wajahnya terlihat mengerikan.

"Oh ya? Kalau gitu buktiin! Aku mau lihat dia hamil! Biar pun aku nggak yakin kalau kamu bisa melakukannya. Aku nggak yakin kamu bisa tidur dengan wanita lain selain aku, Axel!" balas Becky sengit.

"Kamu belum tahu apa yang bisa aku lakukan, Becky." Suara Leander terdengar penuh ancaman.

***

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang