"Sakit"

7.4K 271 1
                                    

"Kalau lo ga niat buat ngisi hari gue, kenapa lo nerima gue ada di hidup lo? Seakan lo ngasih gue harapan, tapi akhirnya gue terlupakan."

"Bahkan untuk sekedar pura-pura senyum gue ga bisa. Gue terlalu rapuh."

"Kasih tau caranya buat ngelupain wajah, senyum, dan nada bicara lo dari otak gue. Gue pengen hidup tenang tanpa cinta yang dari lo."

"Tapi kalau gue bisa jujur, lo bisa kembali ke hati gue kalau lo mau. Walaupun ini bodoh, gue sayang lo Rev!"

--Natalie Sanjaya-- 15.52 WIB.

***

Kenapa cinta kadang terlalu menyakitkan? Karena di dalamnya harus ada pengorbanan.

☕☕☕


Natalie duduk di tikar sembari menatap danau berwarna lumut yang ada di depannya. Sesekali dia melempari batu ke dalam sehingga membentuk gelombang kecil sampai ke tepian. Ternyata, ajakan Haydar hari ini tidak membuatnya lupa sama sekali kepada Revin. Malah membuatnya semakin kepikiran. Revin seolah berhasil untuk menghipnotis Nata dan merayunya agar tidak berpaling sedikit pun dari hatinya. Entah jurus apa, Natalie tidak tahu. Tapi itu nyatanya benar, bahwa Revin menahan Natalie pergi. Gadis itu tidak menoleh pada Haydar ataupun anak-anak yang sedang bermain di hamparan hijau rumput. Mereka tertawa riang, sedang Natalie diam mengutuki rasanya sendiri. Dia benar-benar menyesal mengagumi Revin.

"Nat!" ujar Haydar kuat. Dia melemparkan sebuah batu ke tengah danau. "Lo mikirin apa sih?"

"Eh-- ga kok! Gue hanya pengen diem aja."

"Gue ga yakin. Pasti lo mikirin Revin ya? Cowo gitu ngapain dipikirin sih Nat?" Haydar duduk di samping Natalie. Masih sama, dengan wajah datar dan nada suara yang lurus seperti jarum.

"Gue ga mikirin Revin kok! Lagian buat apa mikirin cowo yang udah nyakitin hati gue? Gue ikut sama lo juga pengen lupain masalah ini kan? Jadi jangan ingetin lagi. Lo yang nyuruh lupain malah lo yang ingetin."

"Nyantai kali!" seru Haydar. "Gue cuma nanya, bukan ingetin. Gue bahagia kalau lo bisa lupain dia."

Natalie mendesak kesal. Dia paham maksud Haydar. Dari perkataannya terdapat isyarat bahwa Haydar tidak suka Natalie masih memikirkan soal Revin. Padahal, Nata tidak bermaksud mengingat tentang Revin, kalau diberi kesempatan langsung bisa melupakan lelaki itu, pasti Nata akan mengiyakan.

Dia memandang danau yang hijau lagi, sebelum akhirnya dia terkejut mendengar suara dering telepon miliknya. Firasatnya memburuk dan mulai menerka-nerka siapa yang meneleponnya saat ini. Jelas pikirannya langsung tertuju pada orangtuanya. Ayah dan ibu Natalue selalu pulang setiap waktu les matematika Nata, paling lambat setengah jam sebelum mulai. Menunggu guru privat itu datang, dan pergi setelah Natalie memulai pelajarannya. Sehingga tidak ada lagi waktu bagi Natalie untuk kabur.  

Dan ternyata tepat apa yang diperkirakan oleh Nata. Ibunya memanggil. Mungkin saja untuk menanyakan keberadaannya, atau malah marah-marah karena dia tidak ada rumah.

"Halo mah?" jawab Natalie.

"Sayang kamu dimana? Maaf mama ga bisa pulang ke rumah, mama harus pergi ke luar kota karna ada urusan."

Natalie membulatkan matanya. Batinnya meloncat kegirangan mengetahui kalau ibunya tidak bisa pulang. Ini akan menjadi kesempatan besar bagi Natalie bebas satu harian. "Gapapa ma!"

"Gini dong! Ga main pergi-pergian. Tadi mama nanya sama pak satpam lewat telpon, kamu ga kabur. Hebat anak mama."

"Siap!!" ujar Natalie sembari menahan tawanya. Seakan jika dia tidak bertelepon, tawanya akan meledak dan membawanya tercebur ke danau. Lagian, jelas si satpam tidak melihat. Dia tertidur pulas tadi.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang